Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Cinta Terakhir Wanita Simpanan

Cinta Terakhir Wanita Simpanan

silvi.puteri

5.0
Komentar
214
Penayangan
2
Bab

Perhatian !!! 21++ Harap Bijak memilih bacaan. Novel ini mengandung konten dewasa. ....Mela Silviana, namanya. Memiliki paras yang menawan, bodi yang aduhai impian para wanita, membuat Mela memanfaatkan indah tubuhnya dan paras cantiknya untuk mendapatkan uang. Membuat lelaki tergila-gila padanya adalah pekerjaan Mela. Semua dia lakukan hanya demi uang. Bukan dari anak korban keluarga broken home, namun karena sakit hati yang ditorehkan cinta pertama anak perempuan membuat Mela seolah kehilangan arah dan tujuan hidupnya. Baginya tidak ada yang namanya cinta abadi. Kerasnya hidup menempah Mela menjadi seorang yang tangguh. Sampai akhirnya dia menemukan seseorang yang disebut 'Cinta Terakhir'. Seorang pengusaha muda kaya yang didesak ibunya untuk memiliki anak, namun sang istri tidak bersedia memiliki anak.

Bab 1 Aku Tidak Ingin Berbagi Dirimu

"Hmmmph... Aahhh...." terdengar desahan dua insan manusia yang baru saja mencapai puncaknya bersamaan.

"Hmmm.. Ayolah! " ujar Mela yang masih berada dibawah kungkungan kekasihnya Arvin.

Meski sudah menghabiskan waktu berduaan bersama sang kekasih seharian ini, Arvin serasa tidak rela melepaskan sang kekasihnya pergi dari sisinya.

Seharian ini, Arvin dan Mela berduaan sejak pagi dirumah kost Arvin. Itu adalah kebiasaan mereka disaat Mela libur kuliah.

Arvin yang memutuskan mengontrak sebuah kamar kost ketimbang tinggal bersama orang tuanya. Bukan tidak punya alasan, semua itu Arvin lakukan demi sang wanitanya.

Cinta yang terhalang restu dari kedua orangtua Arvin, membuat dia nekat melakukan apa saja.

Begitu juga dengan Mela, tidak berbeda dari kedua orangtua Arvin, orangtua Mela pun sama.

Entah apa yang membuat orang tua mereka tidak setuju dengan kisah cinta mereka berdua.

Arvin yang saat ini hanya bekerja sebagai karyawan kontrak disalah satu instansi pemerintah, tentu saja menjadi salah satu alasan orang tua Mela tidak mengizinkan Arvin menjadi menantu mereka.

Lalu, bagaimana dengan Mela? Apa yang membuat orangtua Arvin begitu menentang hubungan keduanya?

Masa lalu. Masa lalu Mela yang kelam dan tidak baik-baik saja adalah alasan orangtua Arvin.

Namun, percayalah kedua orangtua dari dua pihak itu hanya menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Hanya cara yang berbeda-beda.

Cinta yang begitu besar, membuat baik Arvin ataupun Mela tidak peduli akan restu dari kedua orangtua mereka. Yang pasti, bagi keduanya mereka akan bersama walau tanpa restu kedua orangtua.

"Ayolah sayang! Aku harus pergi," rengek Mela kembali pada Arvin.

Dengan berat hati, Arvin akhirnya melepaskan pelukan eratnya ditubuh ramping sang kekasih.

Mela segera beranjak memasuki kamar mandi yang berada disudut ruangan kamar kost Arvin. Diikuti Arvin, yang juga ikut membersihkan diri.

Ruangan kamar kost ini memang tidak terlalu besar, hanya berukuran empat kali empat meter persegi. Namun, terdapat kamar mandi kecil didalamnya, dan tersedia sebuah kasur yang hanya cukup untuk satu orang saja.

Disanalah biasanya dua insan itu menghabiskan waktu berduaan.

Mereka tidak berpacaran sebagaimana orang lainnya. Karena takut, jika mereka bepergian nantinya akan ketahuan oleh pihak keluarga masing-masing.

"Kamu akan menemui lelaki tua itu lagi sayang?" tanya Arvin pada Mela yang sedang memakai kembali pakaiannya, setelah dilemparkan sembarangan oleh kekasihnya yang selalu membuka pakaiannya jika mereka berduaan.

"Hmmm, " ujar Mela yang hanya berdeham karena dirinya sedang memakai kembali lipstiknya yang telah luntur.

"Kapan kamu akan berhenti seperti ini, Mel? " tanya Arvin lagi yang tampak tidak terima dengan pekerjaan kekasihnya itu.

Mela menghela nafas panjang dan menghembuskan perlahan sebelum menjawab pertanyaan Arvin, "Kita sudah pernah bahas ini kan? " tanya Mela menatap Arvin sendu. Seolah memohon untuk tidak membahas ini.

"Mel, aku tidak rela jika harus berbagi dirimu dengan lelaki tua itu." Protes Arvin tidak terima Mela yang ingin menghindari pembahasan mereka.

"Nanti, saat kuliahku selesai. Semua akan berakhir," ujar Mela dengan senyuman dibibirnya.

Mela berdiri, dan mendekati Arvin yang duduk diatas kasur, mengecup sekilas pipi pria itu sebelum berpamitan.

"Aku pergi ya, sayang." Pamit Mela yang sudah kembali rapi pada sang kekasih.

Namun, Arvin yang tidak rela langsung menarik tangan Mela. Dan Mela yang terkejut, terjatuh kembali disisi Arvin.

"Aaaaww.... " jerit Mela yang terjatuh.

Namun, berbeda dengan Mela, Arvin dengan wajah datarnya terus menatap Mela intens.

"Duh, kamu apa-apaan sih, Vin. " Kesal Mela pada kekasihnya.

"Kamu kenapa sih? " tanyanya lagi pada Arvin. Karena semakin kesal, kekasihnya itu tidak menanggapi dirinya.

"Aku.... Mau kamu berhenti! " ucap Arvin tegas dan masih menatap Mela.

"Vin, tolong ya. Kita udah sering bahas ini. Kamu kenapa jadi kayak gini sih? "

"Ya udah. Kalau gitu kamu berhenti dari kerjaan kamu. Aku nggak terima Mel,"

"Oke. Aku berhenti, sekarang pun aku nggak akan pergi bertemu lelaki itu. Tapi, kamu yang akan memenuhi semua kebutuhan aku dan biaya kuliah aku." Marah Mela yang melipat tangannya didada dan tidak menatap wajah Arvin. Mela sengaja mengalihkan pandangannya dari Arvin.

"Mel, kamu ngertiin aku dong. Aku cuma tidak mau berbagi dirimu !" bentak Arvin pada Mela.

"Iya aku ngerti. Kamu bisa kan memenuhi semua kebutuhan aku? " tantang Mela pada Arvin.

Mendengar ucapan Mela, membuat Arvin gusar. Dia mengusap wajahnya frustasi. Jelas saja dia tidak akan sanggup memenuhi yang Mela katakan. Gajinya perbulan juga kadang tidak cukup untuk biaya hidupnya sendiri, apalagi dia harus memenuhi kebutuhan kekasihnya.

"Oke. Untuk hari ini, pikirkan lah. Jika setelah ini kamu mampu memenuhi kebutuhanku, maka aku akan berhenti." Putus Mela yang akhirnya beranjak meninggalkan kekasihnya, Arvin yang masih terpaku akan ucapan dan permintaan Mela.

'Mel, aku sayang sama kamu,' gumam Arvin yang melihat punggung kekasihnya yang semakin lama semakin beranjak jauh.

Setelah kepergian Mela, Arvin duduk disudut kamarnya sambil melihat keluar dari jendela kaca kamar kostnya.

Tiba-tiba teringat ucapan kekasihnya, meminta permintaan Mela dipenuhi agar Mela berhenti menjadi simpanan 'suami orang'.

Ya. Seperti itulah cara Mela memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebelum memilih profesi itu, Mela pernah bekerja sebagai karyawan di salah satu instansi, gaji yang pas-pas-an, jangankan untuk biaya kuliahnya. Biaya pulang-pergi kuliah saja tidak cukup, apalagi untuk biaya semesternya yang terbilang cukup besar.

Orangtua Mela bukan tidak mampu membiayai kuliah Mela. Tapi, mereka hanya memberi pelajaran pada anaknya dengan menghentikan memberi uang dan mengambil hak pakai motor kepada putri sulungnya itu. Sampai Mela bersedia tidak lagi berhubungan dengan

Ternyata, alih-alih Mela menjadi jera atau berhenti berhubungan dengan Arvin, Mela malah semakin bebas.

Sayangnya, orangtua Mela tidak tahu pekerjaan sampingan putrinya itu.

Tok... Tok.. Tok...

Mela yang baru saja sampai didepan sebuah penginapan, mengetuk pintu salah satu mobil yang sangat dia kenal.

Karena mobil itu adalah mobil yang selalu mengantarnya. Pemilik mobil itu adalah kekasih gelap Mela, seorang pengusaha. Memiliki tiga buah bengkel yang besar, satu buah hotel dan tiga bangunan penginapan.

Seorang lelaki yang seumuran ayahnya, menjadi kekasihnya. Lelaki itu mampu memberikan apapun keinginan Mela, dan Tugas Mela hanya satu, yaitu melayaninya diatas ranjang.

Memangnya apa lagi yang dicari seorang pria beristri?

"Kamu masuk duluan ya, sayang." Ujar Ali yang membuka sedikit kaca mobilnya, dan menyerahkan sebuah kartu untuk membuka pintu kamar.

"Oke, abang." Jawab Mela yang lebih terdengar seperti desahan, dan menyerobot card yang baru saja diberikan lelaki yang dipanggilnya abang itu.

Mela berjalan memasuki penginapan. Yang pasti penginapan ini adalah milik Ali, Mela merasa karyawan yang bekerja disana juga sudah mengenal dirinya.

Walaupun Mela menyadari bisik-bisik mereka ketika Mela berjalan melewati mereka, tapi Mela tidak peduli.

Bagi wanita itu, dia tidak peduli dengan apapun yang orang katakan padanya. Karena mereka yang sibuk menilai dirinya tidak memberikan uang untuknya. Yang terpenting bagi Mela adalah uang, karena dengan uang semua berjalan dengan lancar.

Pintu terbuka saat Mela memasukkan card yang tadi diserahkan Ali. Mela segera masuk kekamar dan merebahkan tubuhnya diatas kasur.

Menatap langit-langit kamar, mengingat kembali pertengkarannya dengan sang kekasih.

Selalu Arvin seperti itu bila Mela ingin pergi bekerja.

Memang, Mela juga sadar semua itu karena Arvin yang menyayangi dirinya.

Tapi, semua sudah mereka bahas, sebelum menyetujui menjadi 'sugar baby' Ali, Mela sudah meminta persetujuan dari Arvin. Dan saat itu, Arvin setuju akan itu.

Lalu mengapa sekarang Arvin sering menjadi masalah jika Mela pergi dengan Ali.

Jujur, Mela pun sebenarnya jenuh dengan kehidupannya yang seperti ini.

Bukan tidak pernah ingin berhenti, tapi apa daya, saat diberi uang dirinya akan khilaf untuk yang kesekian kalinya.

Menjadi budak nafsu setan lelaki tua bertubuh tambun itu, bukan hal yang mudah dilalui Mela. Tapi, keadaan yang memaksa Mela menjadi seperti itu.

Dulu, sebelum menjadi simpanan Ali, Mela hanya menemani lelaki dengan bayaran per-jam saja dan tentu saja itu tidak diketahui oleh Arvin.

Tok... Tok... Tok...

Terdengar suara ketukan pintu kamar, membuyarkan semua lamunan Mela tentang Arvin.

"Hai sayang," sapa lelaki yang baru saja mengetuk pintu.

Tanpa dipersilakan masuk, Ali langsung masuk kekamar Mela. Dan langsung melumat bibir gadis dihadapannya.

"Sana, mandi dulu! " suruh Mela pada Ali dan mendorong tubuh lelaki itu yang memeluk erat dirinya.

"Sayang, ayolah. Abang merindukan kamu," rengekan manja Ali padanya, sungguh sangat memuakkan bagi Mela. Tapi, apa daya dia begitu tergoda dengan kemewahan yang dijanjikan Ali.

"Iya, aku juga kangen sama abang. Tapi, kita istirahat dulu." Ujar Mela dengan menatap wajah pria itu dan memperlihatkan senyuman manis yang menghiasi bibirnya.

"Oke. Baiklah, nyonya. Mari kita istirahat, sepertinya bidadari abang sangat lelah hari ini." Ali mengangkat Mela ala brydal style, dan membawanya ke pembaringan.

"Hehe, ayolah bang turunkan," rengekan menja Mela pada Ali.

Mela benar-benar pandai bersikap. Ali sepertinya sangat percaya dengan gadis tidak perawan itu.

"Kamu, masih berhubungan dengan lelaki itu? " tanya Ali yang berada disamping Mela. Jelas Mela tahu siapa yang Ali maksud, siapa lagi kalau bukan Arvin, kekasihnya itu.

"Hmmm, kenapa memangnya ?" tanya Mela yang menatap Ali juga dengan tangan yang meraba-raba dada lelaki itu.

Ya, seperti itulah yang diperlukan menjadi wanita penggoda.

"Jangan temui dia lagi," bisik Ali kepada Mela.

"Ehh, kenapa? " Mela terbelalak tidak percaya atas ucapan Ali. Bahkan dia sampai bangun dari posisinya dan duduk menunggu penjelasan pria itu.

"Abang tidak suka," tegas Ali.

"Huhh... " Mela menghela nafas.

'Ada apa dengan dua lelaki itu hari ini,' batin Mela.

"Apa karena lelaki kere itu kamu tidak mau menerima hadiah rumah yang abang berikan, huh? " tanya Ali lagi.

"Bukan sayang." Bantah Mela. "Kan percuma abang belikan aku rumah, kalau tidak ditinggali kan sayang. Tidak mungkin juga aku tidak pulang kerumah, bisa-bisa ayah dan ibuku curiga." Terang Mela.

"Makanya, ganti dengan motor saja ya? " rayu Mela dengan mengedipkan sebelah matanya.

Ali bahkan sudah membeli sebuah rumah tipe 36 untuk Mela. Tapi, Mela menolaknya. Dia ingin diganti satu unit motor matic saja. Rumah itu adalah hadiah ulang tahun yang diberikan Ali padanya. Bahkan, sertifikat rumah itu atas nama Mela.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh silvi.puteri

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku