Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Sang Pemuas
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
"Kita udahan ya."
"Ok,” sahut Aruna santai. Cewek berkulit kuning langsat ini terlihat sudah mengetahui hal itu sebelumnya.
Hening sejenak.
"Kamu nggak tanya alasan aku apa?" tanya laki-laki berperawakan tinggi itu dengan raut wajah heran.
"No,” jawab Aruna lagi. Mata almond coklat terangnya tampak memancarkan keseriusan dari jawabannya.
"Kamu beneran nggak pengen tahu?"
"Iya."
"Kamu nggak kecewa atau sakit hati gitu?"
"Pertanyaan kamu telat. Aku sudah kenyang dengan semua perasaan itu, sejak aku tahu kamu selingkuh sama Julia.”
Yup ... sesimple itukah respon Aruna di momen berakhirnya hubungannya dengan Aji. Cowok yang selama 3 tahun terakhir menjadi kekasihnya. Cowok yang pada awalnya sangat dia percaya kini berubah menjadi sangat mengecewakan.
Cowok yang ... ahhh sudahlah. Aruna muak membicarakannya.
Dia menghembuskan nafas kasar, ada rasa ketidakpuasan tergambar dari mimik wajah Aji. Aruna menyadari betul ekspresi itu.
"Kenapa? Kamu kecewa karena aku nggak marah-marah, sebel, atau nangis-nangis gitu?" tanya Aruna runtun.
Jika memang dugaan Aruna benar, Aji sungguh sangat aneh. Dia yang minta udahan, lalu kenapa dia yang harus merasa kecewa dan sakit hati? That's funny.
"Apa jangan-jangan kamu sendiri udah punya cadangan? Makanya kamu bisa bersikap sesantai ini."
Aruna terkekeh. Sekarang dia malah melayangkan tuduhan tidak jelasnya pada Aruna. Cowok gila. Cowok tidak tahu diri.
"Jangan samain aku sama kamu, Aja. Aku bisa bersikap sesantai ini, karena mata aku udah terbuka. Aku sadar, kalau cowok modelan kamu nggak pantes buat ditangisin. Even, kamu udah nggak ada di duniapun, belum tentu aku tangisin."
"Kamu nyumpahin aku?" tanyanya agak kesal.
"Nope. Kamunya aja yang baper."
Aji terlihat masih tak percaya dengan respon yang Aruna tunjukkan. Masa' bodoh dengan itu, toh memang sudah sewajarnya hubungan ini berakhir. Sudah tidak ada satupun lagi alasan untuk mempertahankannya.
"Udah nggak ada yang perlu dibicarakan lagi kan? Kalau gitu aku pamit. Bye."
Aruna beranjak pergi meninggalkan cafe dengan perasaan lega. Lega karena tak akan ada lagi laki-laki itu dalam hidupnya. Lega karena dia tak perlu berpura-pura bodoh lagi dengan perselingkuhan Aji.
***
Puluhan tisu berhamburan di lantai, tampak Aruna sedang duduk di atas kasurnya sambil memangku kotak tissue. Matanya tampak sangat sembab lantaran terus menangis sejak semalam. Hidung mancungnya juga sudah sangat merah sekarang. Bahkan hingga kini, matanya masih saja basah karena air mata yang tak mau berhenti mengalir.
Dan satu-satunya orang yang menjadi saksi betapa merananya Aruna pagi ini, adalah Nella. Sahabatnya. Cewek berambut ikal ini hanya bisa memamerkan wajah cengo dan kadang sesekali meringis karena prihatin melihat Aruna.
“Bukannya, lo bilang lo ngerasa lega ya putus dari dia? Tapi kok, lo bisa segalau ini sih?” tanya Nella masih saja tak percaya.
Saat di telepon tadi malam, Nella sangat yakin kalau Aruna baik-baik saja. Tapi kenapa sekarang dia bertingkah seperti di tinggal mati Romeo begini?
“Maunya gue juga gitu. Cowok buaya kayak dia, emang nggak pantes ditangisin. Tapi … kenangannya itu loh Nel, itu yang nggak bisa gue lupain. Itu yang bikin hati gue sakit banget,” sahut Aruna dengan sesenggukan.