Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Mengejar Cinta Wanita Dingin

Mengejar Cinta Wanita Dingin

Author D

5.0
Komentar
48
Penayangan
3
Bab

Liana sebenarnya gadis periang dan supel, namun karna suatu kejadian, dirinya menjadi anak yang tertutup dan dingin hingga ia dewasa. Tubuh Liana akan menjadi gemetar hebat ketika ia harus mengingat masa itu, masa yang telah membuat dirinya trauma dan berubah dingin yang tertutup. Bahkan karna traumanya itu Liana akan pingsan secara tiba-tiba. Mungkinkah Liana akan berubah dan mampu melawan trauma dengan hadirnya seorang pria tampan disisinya? Kehidupanya semakin sulit setelah kehadiran dua lelaki tampan bernama Dygta Damar Mahendra dan Jenius Sastrawiguna yang selalu memperebutkan dirinya. Apakah Liana memilih antara mereka atau justru sebaliknya? Serta misteri apa yang telah membuat seorang Liana menjadi tertutup dan dingin? Mungkinkan Dygta dan Jenius mampu mengungkap tabir rahasia Liana yang telah membuatnya berubah. Inilah kisah cinta segitiga serta perseteruan mereka dalam perjuangan mereka mengejar cinta seorang Liana gadis dingin serta tertutup.

Bab 1 Malam Kesedihan

Liana namanya, usia dua belas tahun. Tak berbeda dengan anak-anak seusianya, Liana yang supel dan periang selalu bermain dengan riangnya bersama teman-teman sebayanya, membuat banyak teman dilingkungan tempat

ia tinggal.

Liana terdiri dari empat bersaudara, dua kakak satu adik. Dalam keluarganya, Lianalah anak perempuan satu-satunya dikeluarga tersebut. Liana tumbuh menjadi anak yang mandiri sedari kecil, Liana sudah terlatih untuk hidup mandiri, setiap hari Liana selalu mengerjakan pekerjaan orang tuanya, baik pekerjaan ringan maupun berat, bahkan tak jarang Lianapun mengganti peran orang tua dalam menjaga adik bungsunya Dino. Maklumlah ayah Liana sudah lama meninggal sejak Liana berusia tujuh tahun, dan ibu Liana merantau keluar kota demi menyambung hidup, keadaan seperti inilah yang membuat Liana semakin tumbuh menjadi anak yang tangguh dan mandiri diusianya yang masih belia.

Namun, Liana tetaplah sosok anak kecil yang terkadang merindukan peran orang tua, apalah daya, Liana hanya bisa menangis dalam diam disaat kerinduan itu datang tiba-tiba.

Sesekali ibu Liana hanya mengirim uang untuk Liana dan adiknya, sedangkan kedua kakak Lianapun bekerja diluar kota, Rendy dan Ikbal sangat jarang pulang karna kesibukan pekerjaan mereka diluar kota.

Beberapa bulan ini Rendy tidak bekerja akibat pemutusan hubungan sepihak atau phk. jadilah kini Rendy hanya dirumah saja menemani Liana dan Dino berbeda dengan Ikbal yang masih bekerja diluar kota.

***

Saat ini Liana berusia dua belas tahun, seperti biasa Liana selalu bekerja membantu peran orang tua, setiap hari menjaga Dino adik Liana sambil bermain dengan teman-temannya.

Hingga hari itu terjadi, hari yang telah mengubah perjalanan hidupnya juga sifat yang ada pada diri seorang Liana selama ini hilang dalam sekejab dan mungkin trauma disepanjang hidup Liana.

Malam itu Rendy kakak Liana pulang dalam keadaan mabuk. Rendy yang stres karna menganggur melampiaskan dengan ikut mabuk meminum-minuman berakohol bersama teman-teman tongkrongannya. Rendy pulang saat sudah pukul dua dini hari, entah setan apa yang membisiki telinga Rendy kala itu ketika melewati kamar Liana, seketika ia berhenti tepat didepan pintu kamar Liana dan langsung masuk kekamar Liana begitu saja.

Klik!

Pintu kamar terbuka dengan perlahan.

Rendy melihat Liana tidur dengan tatapan haus, seolah ingin menerkam mangsanya hidup-hidup Rendy mulai berjalan mendekati Liana secara perlahan. Tatapan Rendy begitu menelisik keadaan Liana kala itu. Sorot matanya yang tajam dan juga deru nafas yang begitu memburu terlihat jelas dimata Rendy. Perlahan tapi pasti Rendy mulai mendekati posisi tidur Liana.

Liana pun terkejut bukan main, karna merasa terganggu saat ia membuka mata. Sontak tubuh Liana bergetar karena terkejut melihat Rendy sudah ada ditempat kasur miliknya.

"Ka-kak Re-rendy." Liana terbata saking terkejutnya.

Senyum smirk tercetak jelas diwajah Rendy membuat tubuh Liana semakin semakin gemetar karena takut.

"Kak," panggil Liana masih memberanikan diri.

Dengan sigap Rendy langsung membungkam mulut Liana dengan kedua tanganya.

"Hummm!" Liana memberontak kuat saat mulutnya dibekap Rendy.

"Diam kau Liana!" gertak Rendy mengancam.

"Kak Rendy, a-apa yang kau la-lakukan?" gugup Liana kecil. Liana beringsut mundur hendak beranjak.

"Diammmmm!!" gertak Rendy lalu membekap mulut Liana kembali dan menarik paksa tubuh Liana keatas kasur.

Brugh!

"Kak Rendy."

"Aku bilang diam kau Liana!" gertaknya lebih kuat.

"Lepas kak, lepas!" mohon Liana terus memberontak, namun apa daya tangan kecil yang tak sebanding dengan kekuatan orang dewasa membuatnya tak berarti apa-apa. Malam itu Rendy yang sudah bukan seperti manusia lagi dimata Liana.

Liana menangis dalam diam hanya isak tangislah yang mewakili perasaanya saat ini. Rasa sakit ditubuhnya tak sebanding perasaan yang kini telah hancur karna ulah sang kakak. Rendy dengan bringasnya merenggut apa yang seharusnya ia jaga. Seorang kakak yang seharusnya melindungi adik dan juga keluarga, namun justru menghancurkanya dalam sekejab.

Hujan deras diluar dan cuaca dingin yang mencekam menambah perasaan Liana kecil saat itu. Dunia seakan ikut berkabung atas apa yang terjadi padanya. Ya. Liana kecil kini telah menjadi sosok yang tak ia inginkan hanya dalam semalam saja.

Pagi hari mulai menyapa tapi Liana masih meringku dengan isak tangis yang tiada henti. Matanya sembab hatinya hancur dengan kondisi yang begitu memprihatinkan. Semalaman sejak kejadian malam tadi, Liana hanya duduk meringkuk dipojok kamarnya dalam keadaan airmata tiada henti sepanjang malam.

Tok!

Tok!

"Kak ..." panggil Dino dari arah luar pintu.

Suara Dino rupanya membuat Liana terkesiap. Ia menoleh seraya mengusap sisa-sisa airmata yang terus saja mengalir tanpa henti.

"Di-dino," ucap Liana dengan suara lirih dan tercekat.

"Kak ... kak Liana didalam kan?"

Suara Dino semakin terdengar jelas ditelinga Liana. Segera ia mengusap airmatanya dengan cepat. Dengan tubuh lunglai Liana menguatkan diri untuk berdiri. Ia memilih berjalan kekamar mandi sebelum menemui Dino. Liana tak ingin keadaanya diketahui oleh adik bungsunya itu. Dengan remuk hati yang redam Liana melangkah perlahan menuju kamar mandi.

"Kak Rendy, kenapa kau tega lakukan ini padaku kak," tangis Liana kembali luruh.

"Kak ... buka kak! Jangan bikin Dino takut ..." teriak Dino semakin kencang.

"Di-dino." untuk kesekian kalinya Liana terkesiap. "Tidak! Aku harus kuat demi Dino adikku." Liana menggeleng kuat. Liana segera mengusap airmatanya lalu kembali membasuh wajahnya dengan air agar lebih segar.

"Kak Liana ..." teriak Dino semakin khawatir.

"I-iya Dino, tunggu sebentar." Liana bergegas menyahut seraya melangkah keluar dari kamar mandi.

Klik!

Liana membuka pintu kamarnya secara perlahan. Ia melihat adik bungsunya tengah menatapnya dengan raut khawatir.

Brugh!

Dino langsung memeluk Liana erat. Liana sempat menutup matanya sejenak. Sekuat apapun Liana airmata kembali luruh namun segera ia usap.

"Kakak kenapa lama sekali membuka pintu," ucap Dino menatap wajah sang kakak.

Liana menarik nafasnya dalam-dalam sebelum berkata.

"Maaf ya Dino sayang ... kakak tadi tidur pulas banget, sampai-sampai tidak mendengar panggilan Dino," dusta Liana.

Dino memperhatikan wajah Liana seakan mencari kebohongan diwajah sang kakak. Merasa diperhatikan Liana memasang senyum termanianya.

"Tapi kenapa lama sekali kak," sungut Dino.

"Hem, maaf sayang ... namanya orang tidur mana dengar. Ya kan?"

"Hehe ... iya juga sih. Dino juga sering dibangunkan kak Liana, tapi tetap aja tidur," cengir Dino sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Ya sudah, sekarang Dino mandi dulu gih. Kak Liana akan buatkan sarapan untuk Dino dan ..." ucapan Liana terhenti ketika akan menyebut nama Rendy.

"Kenapa kak?" tanya Dino.

Liana menggeleng cepat. "Ah tidak apa-apa sayang."

"Oya kak, nanti siang jadikan kita pergi ketaman?" tanya Dino saat teringat tujuanya hari ini.

Liana terdiam sejenak sebelumnya akhirnya menggeleng. "Maaf ya Dino, sepertinya tidak jadi."

"Loh, kenapa kak?" bocah itu terlihat kecewa.

Bukanya menjawab Liana justru terdiam tanpa kata.

"Kak Liana," panggil Dino.

"Sudah gih, lebih baik kamu cepat mandi. Biar kak Liana buatkan sarapan untukmu."

"Tapi kak."

"Dino."

"Baiklah kak."

Dino bergegas melangkah menuju kamar mandi sedangkan Liana menatap punggung Dino dengan tatapan sayu dan sendu. Buliran bening kembali lolos begitu saja diwajah cantik Liana. Hati Liana semakin sakit ketika ia harus mengingat kembali kejadian malam tadi. Dengan tubuh gemetar hebat dan nafas terasa sesak Liana berusaha menguatkan diri, namun justru airmata semakin mengalir tiada henti.

'Tuhan kenapa kau biarkan cobaan ini terjadi padaku,' keluh Liana pada dirinya sendiri.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku