Setelah istrinya hilang ingatan, barulah Angga menyesali perbuatannya pada Raniah. Segala cara Angga lakukan agar Raniah kembali mengingatnya dan mencintainya. Akankah usaha Angga mengembalikan ingatan dan cinta Raniah untuknya berhasil?
"Sah?" tanya pemuka agama yang menikahkan Angga Sandoro (30 th) dan Raniah Larasati (21 th).
"Sah." jawab saksi dan para tamu yang datang.
"Dengan ini Saudara Angga Sandoro dan Raniah Larasati sah menjadi pasangan suami-istri." ucap pemuka agama.
Setelah pengucapan janji suci, Angga dan Raniah pun di giring ke kamar pengantin untuk beristirahat karena jam empat sore nanti akan lanjut acara resepsi.
Pengucapan janji suci dan resepsi diadakan di salah satu hotel bintang lima di Jakarta.
Angga Sandoro, anak bungsu dari tiga bersaudara serta anak laki-laki satu-satunya dari pasangan Arlan Sandoro dan Hernita Hapsari. Dua kakak perempuan Angga sudah menikah.
Papa Arlan adalah pengusaha di bidang makanan dan minuman, dia punya lima pabrik makanan ringan, minuman dan mie instan yang tersebar di lima kota di Indonesia. Dan sebagai anak tunggal laki-laki, Angga lah yang mewarisi usaha Papa Arlan itu.
Usia Angga sudah memasuki tiga puluh tahun, karena Angga tidak kunjung menikah, Papa Arlan pun menjodohkan Angga dengan putri almarhum sahabatnya, Raniah Larasati.
Kedua orangtua Raniah sudah meninggal sejak Raniah SMA karena kecelakaan, mulai saat itu biaya sekolah Raniah ditanggung sepenuhnya oleh Papa Arlan. Papa Arlan dan Mama Hernita sudah menganggap Raniah seperti anak kandung mereka sendiri. Bahkan Raniah pun tinggal bersama kedua orangtua Angga dan tentunya bersama Angga juga.
Setelah Raniah lulus kuliah, Papa Arlan pun menikahkan Raniah dengan Angga.
Sebenarnya Angga memiliki seorang kekasih, Wilona namanya yang saat ini sedang menyelesaikan S3-nya di Inggris. Sebelum Wilona pergi ke Inggris, Angga sudah pernah melamar Wilona tapi Wilona menolak karena terlanjur mengambil program S3 di Inggris dan meminta Angga untuk menunggunya selesai kuliah baru mereka menikah.
Angga bisa menunggu, tapi tidak dengan kedua orangtua Angga. Makanya Papa Arlan mendesak Angga menikah dengan Raniah.
Karena orangtuanya terus mendesak, mau tidak mau Angga menyetujui perjodohannya dengan Raniah yang sudah dia anggap seperti adik sendiri.
°°°°°
Kamar pengantin.
Sekarang Angga dan Raniah sudah berada di kamar pengantin.
"Niah..." panggil Angga.
"Iya Mas." jawab Raniah.
"Sini ada yang mau Mas omongin." ucap Angga sambil menepuk sisi kosong sebelahnya.
Raniah pun mendekati Angga yang saat ini duduk di sofa depan ranjang lalu duduk di sisi kosong sebelah Angga.
"Kamu tau kan kalau aku terpaksa menerima perjodohan ini?" tanya Angga halus.
Raniah menganggukkan kepalanya.
"Dan kamu tau kan kalau Mas punya kekasih?" tanya Angga.
Lagi, lagi Raniah menganggukkan kepalanya.
"Jadi Mas mau kita bercerai setelah kekasih Mas pulang. Gimana?"
Raniah yang menunduk langsung menoleh ke arah Angga.
"Kalau Om Arlan dan Tante Herni tau gimana, Mas?" tanya Raniah.
"Ya jangan sampai tau. Ini kesepakatan kita berdua aja. Mungkin dua tahun lagi Wilona selesai, jadi dua tahun lagi kita bercerai. Kamu tenang aja, setelah menikah, Mas akan memenuhi gono-gini yang kamu mau. Makanya kamu pikirkan dari sekarang apa-apa saja yang kamu mau nanti setelah kita menikah." jawab Angga.
Raniah diam sejenak.
Walau hatinya sakit dengan kesepakatan yang di lontarkan Angga, tapi Raniah juga tidak mau egois, dia tahu Angga tidak mencintainya kalaupun pernikahan ini terus di lanjutkan, dirinya lah yang akan tersiksa karena hidup dengan laki-laki yang tidak mencintainya.
"Baik Mas, aku setuju. Tapi aku juga minta satu hal selama kita menikah." jawab Raniah.
"Apa?" tanya Angga.
"Jangan ada kontak fisik antara kita." jawab Raniah.
Tanpa pikir panjang Angga menganggukkan kepalanya tanda dia menyetujui permintaan Raniah.
"Oke, jadi kita sepakat yah kalau setelah Wilona pulang, kita bercerai." ucap Angga sambil menjulurkan tangannya ke hadapan Raniah.
"Sepakat." jawab Raniah sambil membalas uluran tangan Angga.
°°°°°
Pukul 20.00
Acara resepsi selesai. Semua tamu undangan sudah berpulangan. Yang tersisa di ruang resepsi hanya pengantin dan keluarga inti.
"Ini kado pernikahan dari Papa." ucap Papa Arlan sambil menyerahkan satu amplop coklat pada Angga.
"Apa ini Pa?" tanya Angga.
"Lihat aja sendiri." jawab Mama Herni.
Angga pun membuka amplop coklat itu dan mengeluarkan isi di dalamnya.
Sebuah kartu scan membuka pintu apartemen dan dua tiket honeymoon ke Singapura selama satu minggu.
"Ini kunci apartemen Pa?" tanya Angga.
"Iya. Itu apartemen untuk kalian berdua." jawab Papa Arlan.
"Sebenarnya Mama mau setelah kalian berdua menikah kalian tetap tinggal sama kami, tapi Papa bilang kalian berdua harus belajar mandiri, jadi mau gak mau Mama setuju saat Papa membelikan apartemen untuk kalian." timpal Mama Herni.
Meski sudah dewasa dan punya uang sendiri, tapi Angga masih tinggal bersama orangtuanya karena orangtuanya melarang Angga keluar dari rumah. Bahkan untuk membeli apartemen saja Mama Herni tidak mengizinkan, karena kalau Angga punya apartemen sendiri, akan ada alasan untuk Angga tidak pulang ke rumah.
Mendapat hadiah apartemen dan diizinkan tinggal di apartemen itu setelah menikah, jelas saja Angga senang. Karena memang itulah yang dia rencanakan setelah menikah dengan Raniah agar bisa pisah kamar dengan Raniah. Karena kalau masih tinggal di rumah orangtuanya sudah pasti mereka akan tidur sekamar. Kalau setiap hari tidur sekamar, Angga tidak bisa jamin apakah Angga bisa menahan dirinya untuk tidak kontak fisik dengan Raniah.
Kontak fisik disini bukan hanya hubungan suami-istri melainkan tak sengaja memeluk Raniah saat tidur juga termasuk kontak fisik.
"Makasih yah Pa atas apartemennya tapi kalau honeymoon, kayaknya gak usah deh." ucap Angga.
"Kenapa gak usah? Honeymoon itu penting buat kamu dan Raniah, biar Mama sama Papa bisa cepet nimang cucu." tanya Mama Herni.
"Kan kerjaan lagi banyak Ma, masa Angga pergi honeymoon ninggalin kerjaan." jawab Angga.
"Kan cuma seminggu Ga, lagian kan kamu perginya tiga hari lagi dan ada juga Pak Bowo yang handle semua saat kamu pergi nanti, jadi gak ada yang perlu kamu cemaskan lah." balas Papa Arlan.
Pak Bowo adalah asisten Papa Arlan yang sekarang bekerja membantu Angga menjalankan perusahaan.
"Iya Ga. Pasti Raniah juga pengen kan ke Singapura, dia kan belum pernah ke Singapura." timpal Mama Herni.
"Iya kan Niah?" tanya Mama Herni pada Raniah.
Angga melirik Raniah dan memberi kode pada Raniah untuk menolak.
"Um... kayaknya gak usah deh Tante." tolak Raniah sambil menundukkan kepala.
"Kok gak usah! Harus! Pokoknya kalian harus pergi, Mama gak mau tau kalian berdua harus honeymoon." paksa Mama Herni.
"Tapi Tante-"
"Ini lagi masih manggil Tante, kan udah dibilang mulai sekarang manggil Mama bukan Tante." potong Mama Herni.
"Keputusan Mama pokoknya sudah mutlak! Mama gak mau tau tiga hari lagi kalian harus berangkat ke Singapura. Ingat yah bukan cuma Raniah aja atau kamu aja yang pergi tapi kalian berdua." ultimatum Mama Herni.
Raniah dan Angga saling pandang lalu tak lama Angga menganggukkan kepalanya tanda setuju untuk pergi honeymoon.
°°°°°
Bersambung...