Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Sang Pemuas
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Tak lama setelah bunyi lolongan serigala dan suara burung hantu bergantian, terjadilah hal di luar dugaan. Malam yang tadinya benderang terlihat suram karena bulan bersembunyi di balik awan. Sesosok laki-laki nampak berjalan tergesa-gesa menuju satu rumah, kemudian mengetuk jendela sebuah kamar.
Mendengar ketukan di jendela kamar, Sulastri yang sedang berbaring di ranjangnya menoleh cepat. Dia berdiri dan menghampiri jendela, mencoba mencari tahu apa atau siapa yang menghasilkan suara ketukan tadi.
Sulastri membuka jendela kamarnya yang penuh dengan hiasan pengantin. Tak ada siapapun di luar, hanya kegelapan malam yang menyambut. Cahaya bulan yang temaram belum sepenuhnya menampakkan diri. Pohon pisang terlihat seperti hantu yang melambaikan tangan, Sulastri bergidik ngeri, cepat-cepat dia menutup kembali daun jendela kamar.
Melanjutkan aktifitas sebagai calon pengantin esok hari, hatinya penuh dengan debaran-debaran aneh yang baru sekali ini dirasakan. Kadangkala bibirnya tersenyum sendiri, saat teringat akan Firman sang kekasih.
Mencoba kembali kebaya putih, baju yang dijahit emak seminggu yang lalu, lengkap beserta kain yang sudah dilamban --dikasih lipit layaknya pengantin khas Priangan. Sulastri mematut diri di cermin mengagumi kecantikan diri sendiri dalam balutan busana itu, lalu tertawa kecil seraya menutup mulutnya.
Ketukan samar itu terdengar lagi, Sulastri menajamkan telinga. Tidak salah, memang ada ketukan lagi di jendela kamarnya. Sulastri mengangkat kain yang dipakainya untuk memudahkan berjalan, berjingkat-jingkat mendekati jendela.
"Lastri, Lastri."
Suara yang lebih mirip desahan terdengar lamat-lamat di telinga Sulastri. Sulastri kaget, itu seperti suara Firman, ada apa menemuinya? Bukankah di rumah sedang berlangsung hajatan untuk melepasnya jadi pengantin besok? Apakah ada sesuatu yang sifatnya darurat sehingga Firman menemuinya diam-diam? Pertanyaan-pertanyaan itu membuatnya membuka jendela.
Kegelapan yang menyambut membuat Sulastri mengerjap beberapa kali agar pandangannya bisa menerobos pekatnya malam. Rembulan separuh tertutup awan saat itu. Gadis montok itu tidak melihat siapapun. Keramaian di rumah yang sedang menyiapkan hajatan juga hanya diterangi lampu petromax, tak mampu menjangkau tempat jauh.
Eh tapi tunggu, ada sesosok tubuh berdiri di bawah pelepah daun pisang. Ia melambaikan tangan ke arah Sulastri. Sulastri seperti mendengar kembali panggilan itu. Seperti terhipnotis ia bermaksud menemui orang itu.
Dia lupa baju pengantin itu masih melekat di badannya. Dengan susah payah Sulastri berhasil keluar lewat jendela. Mengendap-endap berjalan menghindari pandangan orang-orang yang ramai di depan rumahnya.
Ketika Sulastri melihat wajah orang itu dari dekat, berhasil memastikan bahwa pria itu adalah Firman, kekasihnya sekaligus calon suaminya.
"Ada ap--"
Belum sempat Sulastri menyelesaikan ucapannya Firman menempelkan satu jari ke bibirnya. Meminta gadis itu untuk mengecilkan volume suaranya.
"Sttt, sini," ujar pria tersebut seraya menarik Sulastri dan membawanya ke balik rimbunan pepohonan.
"Ada apa, Kang? Kenapa malam-malam begini datang?" bisik Sulastri
"Akang tak sabar menunggu hari esok, makanya malam ini Akang menemui bidadari Akang," jawab Firman sambil mencolek dagu Sulastri.
"Ah, Akang," kata Sulastri sambil tersipu. Perempuan itu mencabuti rumput tempat mereka duduk sambil menunduk, merasa jengah dan malu karena pujian dari kekasihnya .
"Akang merasa beruntung memilikimu, rembulan saja tak berani menampakkan diri karena malu, kalah dengan kecantikan dirimu." Firman semakin berani, dia mulai melingkarkan tangannya ke pinggang Sulastri. Sulastri kaget karena sebelumnya Firman tak pernah berlaku kurang ajar.
"Kang ... jangan," Sulastri berbisik sambil menunduk.
Firman malah menengadahkan muka Sulastri agar menatap wajahnya. Sulastri kaget bukan kepalang, wajah yang didepannya ternyata bukan kekasihnya. Belum sempat menjerit satu tiupan sudah membuatnya terkulai tak berdaya.
Firman palsu menidurkan Sulastri diatas rerumputan. Raungan anjing hutan di kejauhan merobek kesunyian malam. Mengiringi sosok iblis yang melampiaskan hawa nafsunya.
Hawa dingin menusuk kulit menghujam tulang. Pria bejat itu mulai mengelus badan Sulastri, kemudian melucuti pakaian gadis itu. Calon pengantin itu hanya mampu melotot memandangi jemari kekar yang menjamah tubuhnya.
"Bagaimana, Manis, kamu suka?" tanya laki-laki itu di telinga Sulastri.
Dengan rakusnya lelaki itu mencumbui Sulastri. Gadis itu menggeliat, berusaha melepaskan diri dari cengkeraman iblis tersebut. Namun, tenaga lemahnya tidak cukup untuk mengenyahkan lelaki itu dari atas tubuhnya.
Sungguh biadab, menggagahi wanita yang tidak berdaya karena pengaruh ilmu hitam. Air mata menuruni wajah Sulastri.
"Tolong ...." Batinnya berkata karena mulutnya seolah-olah terkunci.
Setelah selesai dengan hasrat iblisnya, sebelum berlalu lelaki itu mendudukan Sulastri di batang pohon sawo di dekatnya. Baju pengantin itu kotor dan ternoda, lamban kain terlepas, rambut panjangnya sebagian menutupi wajah, sungguh mengenaskan.