Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Di sebuah ruangan apartemen mewah, dua orang anak manusia beda jenis sedang menyatukan keringat mereka. Suara desahan silih berganti mengiringi kegiatan panas mereka berdua.
"Shit! Aku bahkan belum apa-apa." Kevin berkata dengan geram. Suara ponselnya yang menjerit minta diangkat membuyarkan kegiatan panasnya.
"Iya Pa." Sapa lelaki itu setelah meraih benda pipih itu dari nakas. Suaranya terdengar kesal.
"Kamu dimana? Kalau kamu gak serius mengurus perusahaan, lebih baik Papa kasih saja perusahaan ini pada orang lain atau papa sumbangkan utuk panti asuhan!"
Tut
Sambungan telpon dimatikan sebelah pihak.
"Sial!" Kevin mengumpat kasar karena kesenangannya diganggu.
"Pakai bajumu!" Kevin berkata bernada perintah pada gadis yang tadi bermain dengannya.
"Kenapa?" tanya gadis itu tak mengerti. Ditariknya selimut untuk menutupi tubuhnya setelah dinginnya AC menusuk ke kulitnya.
"Papaku menelpon," lelaki itu menjawab sambil mengambil potongan bajunya yang tercecer di lantai.
"Tapi kita baru mulai." Gadis itu berkata dengan nada tak puas dengan permainan mereka.
"Nanti aku transfer ke rekening kamu." Kevin berkata sambil memakai celananya.
Sesungging senyuman tercipta di bibir merah berbentuk strawberry itu.
_________
Di lain tempat di waktu yang sama.
Rumah Sakit umum di Jakarta
"Keadaan kakak anda semakin parah, dia harus transplantasi hati atau nyawanya tidak bisa diselamatkan." Seorang pria memakai seragam medis berkata dengan nada serius membuat gadis di depannya lemas seketika, hampir saja dia terjatuh kalau tidak segera bersandar di dinding rumah sakit.
"Transplantasi hati?" Gadis itu berkata lirih. Dia tahu transportasi hati tidaklah murah, lalu bagaimana dia akan mendapatkan biayanya?
"Iya, hanya itu yang bisa kita lakukan untuk menyelamatkan kakak anda." Dokter itu memandang iba kepada gadis di depannya.
"Lalu berapa biayanya dok?" Gadis itu bertanya. Walau, dia tak yakin bisa mendapatkan biayanya.
"Sekitar lima ratus juta belum biaya yang lain." Pria itu menjawab dengan nada serius.
"Ya Allah." Tubuh gadis di depan pria itu merosot seketika lalu bersimpuh ke lantai.
"Maaf kami tidak bisa membantu." Pria berbaju dokter itu berucap lalu kemudian pergi meninggalkan sang gadis.
Naura Alzahra,, seorang gadis 22 tahun yang baru saja lulus kuliah. Dia seorang yatim piatu yang hidup bersama kakak angkatnya. Kehidupan mereka awalnya baik-baik saja sampai pada akhirnya Nayla kakaknya divonis kanker hati stadium tiga.
"Kamu dari mana Ra?" Nayla bertanya kepada Naura yang baru saja masuk. Nada suaranya lemah.
"Dari kantin Kak," jawab Naura berbohong.
"Kapan kita pulang, Ra? Kakak sudah tidak betah di sini." Nayla kembali berucap lemah. Tubuh gadis itu sangat kurus, ada lingkaran hitam di bawah matanya. Perutnya juga besar dosis orang hamil lima bulan akibat penumpukan cairan di tubuhnya.
"Tunggu instruksi dokter Kak." Naura berkata lembut. Hatinya hancur tiap kali melihat keadaan kakaknya.
"Aku nggak betah lama-lama di sini, lagi pula kalau terlalu lama di rumah sakit kita bayar pakai apa." Nayla berucap lirih.
"Kakak nggak usah pikirkan biaya, kita kan ada BPJS." Naura berkata untuk menenangkan hati sang kakak.
"Bukankah BPJS kita sudah gak aktif?" tanya Nayla.
Belum sempat Kayla menjawab, Nayla tampak membekap mulutnya. Gadis itu dengan sigap mengambil wadah, dia tahu kakanya akan muntah.
***
Beberapa hari kemudian Nayla sudah di bawa pulang ke rumah, sebenarnya dokter masih tak mengizinkan pulang tetapi Nayla memaksa.
"Ara tinggal dulu ya Kak. Ara akan cari kerja. Doakan Ara dapat kerja secepatnya." Naura berpamitan kepada kakaknya.
"Iya." Nayla menjawab dengan suara yang masih lemah.