Namaku Ayyara, umurku baru genap dua puluh tahun. Aku masih duduk di bangku kuliah.
Aku adalah anak tunggal, dan kedua orang tuaku sangat menyayangiku.
Semula hidupku selalu bahagia, karena tidak kurang suatu apapun, papa dan mama selalu memanjakan ku, segala apa yang kupinta, mereka selalu memberikan padaku. Namun belakangan ini, papa dan mama sering bertengkar, entah apa penyebabnya.
Saat pulang kuliah, sayup-sayup kudengar suara papa berkata, "Sejak kapan kamu selingkuh dengan lelaki itu? aku tak menyangka Rani, kamu tega mengkhianatiku!"
"Pa, semua yang kamu tuduhkan itu tidak benar Pa, tolong percaya Mama," Kudengar mamaku menghiba.
"Semua buktinya sudah jelas. Apa kamu masih mau menyangkal?" kudengar papa kembali membentak mama.
Praaang...!
Entah barang apa lagi yang dibanting papa, karena khawatir dengan mama, akupun menghampiri mereka.
"Ma, Pa, tolong jangan bertengkar lagi, Arra pusing dengernya, apa tidak bisa diselesaikan baik-baik!" Kataku mencoba menasehati mereka.
"Ara, pergilah! tak usah ikut campur urusan orang tua." Ucap papa sedikit marah padaku.
Aku masih berdiri terpaku, aku masih memikirkan mama, aku takut papa akan menyakiti mama nantinya.
"Ara, kamu nggak dengar apa yang papa bilang. Cepat pergi!" teriak papa seraya melotot kepadaku.
Kejadian seperti itu aku rasakan hampir tiap hari, aku selalu mendengar mereka bertengkar dan itu sangat membuat aku tak betah dirumah, hingga suatu hari aku menceritakan semua yang terjadi antara papa dan mamaku pada Andrean pacarku.
"Ndre, aku pusing nih, makin nggak betah aja dirumah," Ucapku saat ketemuan dengan Andre di cafe.
"Pusing kenapa Beb?" Tanyanya.
"Mama papaku tiap hari selalu berantem, aku pusing dengernya, lama-lama nggak tahan rasanya. Aku pengin pergi dari rumah saja," Kataku pada Andre.
"Kamu yang sabar Beb, mungkin mereka sedang ada masalah," balasnya.
"Tapi kan bisa dibicarakan baik-baik, jangan berantem terus kaya gitu," Jawabku lesu.
"Sudahlah sayang, itu urusan mereka, kamu nggak usah ambil pusing, lebih baik kita hapy-hapy yuk!" Ajaknya seraya menggandengku.
"Kita mau kemana Ndre?" Tanyaku setelah menyadari mobil yang kunaiki bersama Andre telah jauh menuju keluar kota.
"Aku akan mengajakmu kesuatu tempat, yang bisa membuat kamu bisa melupakan segala masalah." Ucapnya seraya tersenyum.
"Tapi Ndre, aku takut,"
Jujur aku merasa takut Andre akan berbuat macam-macam padaku.
"Kamu nggak usah takut Ra, aku nggak mungkin macam macam sama kamu." Ujarnya seraya menggengam tanganku.
Aku mengangguk mencoba mempercayainya, semoga saja Andrean tidak membohongiku.
"Ra, sepertinya kamu lelah, minumlah!" Ucapnya seraya menyodorkan sebotol minuman.
Karena kebetulan haus, akupun segera meminumnya, namun tiba-tiba aku merasakan kepalaku sangat pusing, Setelahnya aku tidak ingat apa-apa lagi.
Ketika tersadar, aku merasakan sakit di sekujur tubuhku, terutama di bagian kewanitaanku, dengan kepala yang masih sedikit pusing aku mencoba melihat keadaan sekeliling, dan aku merasa berada, dikamar sebuah hotel.
Kupandangi seluruh tubuhku yang tanpa sehelai benang pun. Andrean dia telah merenggut kesucian ku.
"Andrean bangun! Cepat bangun!" Kataku sembari menggoncang goncangkan tubuhnya.
"Apa yang telah kamu lakukan padaku Ndre?" Tanyaku saat melihat Andrean membuka matanya.
"Ara, kita telah bersenang-senang sayang!" Ucapnya tanpa merasa bersalah.
"Andrean kamu jahat. Kamu tega menodaiku," aku menangis terisak, aku menyesal percaya begitu saja pada Andrean.
"Sudahlah Ara, semua sudah terjadi, kamu nggak usah khawatir, kalau kamu sampai hamil, aku pasti tanggung akan jawab kok," Ucapnya, membuat aku semakin muak dibuatnya.
Aku bergegas hendak keluar, aku ingin pulang saja. Sekalipun itu membuatku malas kalau mengingat papa selalu bertengkar tiap hari dengan mama, tapi setidaknya itulah tempat paling aman sementara untukku.
"Kamu mau kemana Ara?" Tanyanya.
"Pulang!" Jawabku ketus.
"Silahkan pulang! "Tapi ingat, kalau kamu hamil, aku tidak akan bertanggung jawab."
/0/16704/coverorgin.jpg?v=d5c2877c62f02be8cddc10bb73713c32&imageMogr2/format/webp)
/0/10988/coverorgin.jpg?v=0faf1f56ce1b16ce51c1b7c328343121&imageMogr2/format/webp)
/0/6867/coverorgin.jpg?v=20250122151618&imageMogr2/format/webp)
/0/15844/coverorgin.jpg?v=20250123121039&imageMogr2/format/webp)
/0/12837/coverorgin.jpg?v=7dc61bacc0aca4d5f83426a32992dded&imageMogr2/format/webp)
/0/4700/coverorgin.jpg?v=20250121182607&imageMogr2/format/webp)
/0/15442/coverorgin.jpg?v=ef4cf7c8252af2c39a87b4debdcf16d1&imageMogr2/format/webp)
/0/13286/coverorgin.jpg?v=20250123145025&imageMogr2/format/webp)
/0/5851/coverorgin.jpg?v=a2c52e04a4aa01cb1709cafafc343444&imageMogr2/format/webp)
/0/16131/coverorgin.jpg?v=ef37b785472cc4e574f639096218bae4&imageMogr2/format/webp)
/0/13727/coverorgin.jpg?v=20250123145551&imageMogr2/format/webp)
/0/14910/coverorgin.jpg?v=6464e001c2234a6bcb30acfa204a7d8c&imageMogr2/format/webp)
/0/12932/coverorgin.jpg?v=17c807e7abc8895df0b4981cbadf98db&imageMogr2/format/webp)
/0/5445/coverorgin.jpg?v=3b91375ed64683a2f0276b7e82376696&imageMogr2/format/webp)
/0/18446/coverorgin.jpg?v=27b73657c0d70b191e06621a77e319a7&imageMogr2/format/webp)
/0/6525/coverorgin.jpg?v=fe530da2cdf1be08e81fc74c4b6bed3b&imageMogr2/format/webp)
/0/3556/coverorgin.jpg?v=ec390f80ad1ac726261e39ac3654fedf&imageMogr2/format/webp)
/0/16282/coverorgin.jpg?v=ade96b2f1ab33a720bf3a2d58598601c&imageMogr2/format/webp)
/0/22491/coverorgin.jpg?v=b226bf8c8c8eb75f83759b3311dca1bb&imageMogr2/format/webp)