Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Hijrah Cinta Sang Casanova

Hijrah Cinta Sang Casanova

Deche

5.0
Komentar
1.1K
Penayangan
34
Bab

Bobby jatuh cinta pada Claudia ketika pandangan pertama. Namun, Claudia tidak menyukai Bobby karena Bobby seorang casanova. Bobby sering berganti wanita dan berganti teman tidur. Selama ini Claudia terpaksa bersikap baik kepada Bobby karena Bobby pernah menyelamatkan menantu Claudia. Claudia kesal karena Bobby sering sekali datang ke rumah Claudia untuk menemani mertua Claudia untuk bermain catur. Mertua Claudia yang bernama Sultan dengan sengaja membiarkan Bobby mendekati Claudia. Sultan tidak ingin Claudia terus menjanda setelah puluhan tahun ditinggal mati oleh suaminya. Bobby terus berjuang mendekati Claudia. Hingga akhirnya Claudia menerima lamaran Bobby. Sebelum hari pernikahan mereka, Claudia mendapatkan kejutan dari masa lalu Bobby. Setelah mereka menikah Claudia juga mendapatkan kejutan dari seseorang yang tidak ia kenal. Kejutan apa saja kah itu? Bagaimana dengan rumah tangga Claudia dan Bobby selanjutnya? Jangan lupa follow akun Fb Deche dan Ig @deche62

Bab 1 Claudia Kesal.

Rendi duduk di kursi kebesarannya. Ia sedang membaca laporan keuangan perusahaannya. Tiba-tiba intercom di atas meja kerjanya berbunyi. Rendi mengangkat intercom tersebut.

"Ada apa, Jen?" tanya Rendi.

"Di bawah ada tamu bernama Pak Bobby mau bertemu dengan Bapak," kata Jeni.

Rendi kaget mendengarnya. Ada urusan apa Bobby datang ke kantornya? Padahal Bobby belum pernah datang ke kantornya. Biasanya mereka bertemu di lapangan golf. Namun, sekarang Bobby sering datang ke rumah Rendi. Jadi mereka sering bertemu di rumah Rendi.

"Suruh beliau masuk!" ujar Rendi.

"Baik, Pak," jawab Jeni.

Beberapa menit kemudian pintu ruangan Rendi terbuka. Jeni mempersilahkan Bobby masuk ke dalam ruang kerja Rendi. Rendi beranjak dari tempat duduknya lalu menghampiri Bobby.

"Apa kabar, Bobby?" Rendi menyalami tangan Bobby.

"Alhamdulillah baik," jawab Bobby.

"Silahkan duduk, Pak," kata Rendi. Bobby duduk di sofa. Ia memperhatikan sekeliling ruang kerja Rendi. Pandangan Bobby tertuju pada satu foto yang menempel di dinding ruang kerja Rendi. Foto itu adalah foto seorang pria yang masih muda. Sepertinya itu adalah foto ayah Rendi karena foto itu terlihat seperti foto lama.

"Itu ayahmu?" Bobby menunjuk ke foto tersebut. Rendi menoleh ke arah foto yang ditunjuk Bobby.

"Iya, Om. Itu Papa saya. Beliau meninggal ketika saya berusia lima belas tahun," jawab Rendi.

"Pak Bobby mau minum apa?" tanya Rendi.

"Hmm, Tidak ada kopi buatan mamamu, ya?" tanya Bobby.

"Tidak ada, Pak. Kalau mau minum kopi seperti itu datang saja ke rumah," kata Rendi sambil tertawa.

"Kalau begitu minum teh manis saja," ujar Bobby.

"Tidak mau minum kopi?" tanya Rendi.

"Tidak. Nanti saja minum kopi kalau ke rumahmu," jawab Bobby.

"Saya pesankan dulu." Rendi beranjak dari tempat duduk lalu berjalan menuju ke pintu ruang kerjanya. Ia membuka pintu ruang kerja.

"Jen. Tolong buatkan teh manis dua!" ujar Rendi kepada sekretarisnya. Lalu Rendi menutup pintu ruang kerja. Ia kembali duduk di sofa.

"Ada apa, nih? Sepertinya ada urusan penting," tanya Rendi.

"Begini, Ren. Ada yang saya katakan kepadamu," ujar Bobby.

"Tentang apa, Pak?" tanya Rendi.

"Tentang mamamu. Saya ingin melamar mamamu," ujar Bobby.

"Loh, mau melamar Mama kenapa bicara ke saya? Kenapa tidak langsung bicara ke Mama?" tanya Rendi.

"Kamu kan anaknya. Saya minta ijin ke kamu untuk menikahi mamamu," ujar Bobby. Rendi tersenyum mendengar perkataan Bobby. Bobby menghargainya sebagai anak dari Claudia.

"Pak. Sebagai anak saya setuju saja jika mama saya menikah lagi. Asalkan untuk dibahagiakan, bukan untuk disakiti, disia-siakan dan dibuat menangis setiap hari!" kata Rendi.

Mendengar perkataan Rendi, Bobby langsung bernapas lega. Rendi tidak menghalangi mamanya untuk menikah lagi.

"Kamu mengatakan demikian karena masa lalu saya yang buruk," ujar Bobby dengan sedih.

"Pak, bukan maksud saya untuk menyinggung Pak Bobby. Saya hanya ingin mama saya kembali ceria seperti dulu saat papa saya masih hidup." Tiba-tiba air mata Rendi mengalir mengenang masa kecilnya ketika papanya masih hidup.

"Saya akan sangat berterima kasih kalau Bobby bisa membahagiakan mama saya. Sebagai anak saya sangat ingin melihat mama saya hidup bahagia dengan orang yang mencintainya." Rendi mengusap air mata yang mengalir di pipinya.

"Tentu saja. Saya akan berusaha untuk membahagiakan mamamu. Akan saya buktikan kalau mamamu bisa lagi bahagia seperti dulu," ujar Bobby.

***

Setelah mendapat ijin dari Rendi, Bobby lebih sering datang ke rumah Sultan walaupun Sultan tidak menyuruh Bobby datang ke rumah. Melihat Bobby yang lebih sering datang ke rumah, membuat Claudia menjadi bertambah kesal.

"Ayah." Claudia menghampiri Sultan yang sedang berbicara dengan Rendi. Claudia duduk di kursi sofa dengan wajah cemberut.

"Kenapa?" tanya Sultan.

"Kenapa sih, Ayah sering menyuruh Pak Bobby ke rumah?" tanya Claudia dengan kesal.

"Ayah tidak sering menyuruh dia datang ke sini. Ayah menyuruh dia datang kalau Ayah butuh teman main catur. Kalau ada Rendi, Ayah tidak menyuruh dia datang ke sini," jawab Sultan.

"Lalu kenapa dia sering sekali datang ke sini?" tanya Claudia.

"Ayah tidak tahu. Mungkin dia ingin bertemu sama kamu. Atau mungkin mau minum kopi buatan kamu," jawab Sultan.

"Mau minum kopi kok harus ke sini. Memangnya tidak punya pembantu buat disuruh-suruh," gerutu Claudia.

"Mungkin dia suka dengan kopi buatamu daripada kopi buatan pembantunya," ujar Sultan.

"Memangnya Claudia pembantu Pak Bobby," kata Claudia kesal.

Claudia tidak suka dengan pria hidung belang seperti Bobby. Claudia males beramah tamah dengan pria seperti Bobby. Namun, karena Bobby sudah menyelamatkan Rahma, terpaksa Claudia harus bersikap sopan dan ramah kepada Bobby.

'Dasar playboy cap kampak,' gerutu Claudia di dalam hati.

Rendi teringat dengan perkataan Bobby ketika datang ke kantornya beberapa hari yang lalu. Ia belum memberitahu Claudia tentang Bobby yang datang ke kantor untuk melamar Claudia.

"Oh, iya. Ada yang mau Rendi sampaikan kepada Mama," kata Rendi.

Rahma datang dari dapur membawa sepiring singkong goreng. Lalu ia letakkan di atas meja sofa.

"Dafa sedang apa?" Rendi mengambil satu potong singkong goreng lalu memakan singkong goreng.

"Sedang tidur. Tadi mau dimandikan tapi Dafa masih tidur." Rahma duduk di sebelah Claudia.

"Tadi kamu mau bicara apa ke Mama?" tanya Claudia.

"Nanti dulu. Rendi mau habiskan singkong goreng dulu." Rendi mengunyah singkong goreng. Ia menikmati singkong goreng buatan istrinya. Claudia sudah tidak sabar mendengarkan cerita Rendi. Rendi menghabiskan singkong goreng lalu meneguk air putih yang sudah disediakan Rahma.

"Beberapa hari yang lalu Bobby datang ke kantor Rendi," kata Rendi.

Claudia mengerutkan keningnya mendengar perkataan Rendi. "Mau apa dia datang ke kantor Rendi?" tanya Claudia.

Rendi menceritakan apa yang Bobby katakan. Sultan dan Rahma juga mendengarkan perkataan Rendi. Claudia bertambah marah ketika mendengar cerita Rendi.

"Rendi! Kenapa kamu bilang begitu kepada Bobby? Kamu seperti memberi ijin agar Bobby mendekati Mama!" seru Ibu Claudia dengan kesal.

"Claudia, apa yang Rendi katakan itu benar. Dia ingin melihat mamanya hidup bahagia." Sultan mencoba memberi pengertian kepada Claudia.

"Apa Ayah sudah tidak ingin Claudia tinggal di sini?" tanya Claudia dengan sedih.

"Bukan begitu, Claud. Semenjak kamu menikah dengan Raja, kamu sudah menjadi anak Ayah. Bahkan setelah Raja meninggal, kamu tetap menjadi anak Ayah. Sudah menjadi kewajiban Ayah melindungi kamu dan Rendi," ujar Sultan.

"Sekarang Rendi sudah besar, dia sudah punya keluarga kecil sendiri. Ayah juga ingin kamu juga hidup bahagia dengan orang yang mencintai kamu," lanjut Sultan.

"Claud mengerti, Yah.Tapi bukan dengan Bobby," kata Claudia.

"Lalu dengan siapa? Yanuar?" tanya Sultan.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Deche

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku