Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Mengubah takdir (Gadis terbuang dan CEO tampan)

Mengubah takdir (Gadis terbuang dan CEO tampan)

Agatha_Vellyn

5.0
Komentar
42
Penayangan
1
Bab

Gabriella atau yang biasa di panggil dengan sebutan El itu merupakan putri dari keluarga yang cukup terpandang di kota. Akan tetapi bukan berarti, menjadi putri dari keluarga terpandang akan membuatnya menjadi sosok yang penuh dengan hal yang bisa dibanggakan. Gabriella harus merasakan ya namanya derita dijadikan upik abu di kediamannya sendiri. Ayahnya yang telah menikah lagi sejak kepergian sang Ibunda tercinta, membuat Gabriella harus merasakan kepedihan yang dalam lantaran ibu tirinya. Diperlakukan seperti pembantu, difitnah ini dan itu hingga pada akhirnya Gabriela harus terusir dari kediamannya sendiri lantaran saudara tirinya yang memiliki beribu akal bulus untuk menjatuhkan sosok Gabriela itu. Hingga suatu saat sebuah takdir berubah ketika Gabriella bertemu dengan seorang Jericho. Pria tampan dengan sifat dingin tak tertentu itu, membuat hidup Gabriella sedikit demi sedikit mulai berubah dari Upik abu menjadi Cinderella. "Denganku, kamu akan bisa membalaskan dendam," kata Jericho.

Bab 1 El dan berjuta kepedihan.

Prang ....

Sebuah piring tiba-tiba terlempar, ketika seorang gadis dengan rambut hitam legam baru saja keluar dari dapur. Gadis dengan nampan di tangannya itu terkejut bukan main, apalagi serpihan dari beling itu terlempar dan melukai kakinya.

"Dasar anak tidak tahu di untung. Kau sudah di beri makan dan tunjangan untuk bernaung, tapi tidak bisa membalas budi padaku. Lihatlah anakmu itu, Pa! Jam segini dia baru keluar dari dapur sedangkan aku sudah menahan lapar sejak berjam-jam yang lalu!" Suara teriakan dari seorang wanita terdengar memekakkan telinga di dalam rumah yang cukup mewah itu.

"Maaf, Nyonya. Aku sedikit tidak enak badan, jadi ...."

Plak ....

Belum sempat Gabriella menyelesaikan satu bait dari kalimatnya, sebuah tamparan sudah mendarat telak di pipi mulus itu hingga meninggalkan jejak kemerahan gambar 5 tangan. Monalisa, wanita muda 25 tahun itu menamparnya dengan penuh kemarahan.

"Alasan apa lagi yang ingin kau katakan, ha? Lihatlah, Pa! Anakmu ini benar-benar kurang ajar. Aku lapar dan perutku hampir melilit sakit, tapi dia? Ini keterlaluan!"

Seorang pria baya berusia 60 tahun, berdiri dari tempat duduk dan menatap anak dan istri mudanya yang terlihat saling berdebat.

"Sudahlah, ambil kartu emas itu dan pergilah berbelanja. Biarkan semua kekacauan ini di urus anak tidak tahu di untung itu!"

Deg ....

Hati Gabriela tiba-tiba mencolos mendengar penuturan dari ayahnya. Bagaimana bisa pria baya itu menyebutnya sebagai anak tidak tahu di untung sama seperti wanita yang tadi baru saja memakinya itu? Bukankah seharusnya, Rahmad lebih memilih membela putrinya daripada seorang wanita yang baru dia nikahi kurang lebih 3 bulan terakhir ini.

"Pa, Papa ...."

"Bereskan semua kekacauan yang sudah kau buat atau Papa tidak akan memberikanmu makan selama dua hari!"

Cukup sudah! Gabriela tidak bisa lagi mengelak jika papanya sudah berbicara. Entah dosa apa yang pernah Gabriel lakukan hingga mendapatkan nasib seburuk ini.

Di balik kesedihan seorang Gabriella, Monalisa tersenyum sinis sembari menatap Gabriella yang kini juga saling bertatap mata dengannya. Tatapan mata itu seolah mengatakan jika Gabriela sudah kalah telak dengan apa yang terjadi hari ini.

Dengan menahan rasa sesak dan sakit yang ditahannya di dalam sanubari, Gabriella mulai memunguti pecahan beling dari piring yang baru saja dilemparkan oleh Monalisa.

Akan tetapi gadis 18 tahun itu, seketika langsung meringis ketika sepatu heels milik Monalisa menginjaknya dengan sengaja. Ujung heels yang runcing beradu dengan pecahan beling di bawah telapak tangan membuat luka itu semakin terasa perih. Perlahan wanita tidak tahu malu itu menunduk seraya berbisik, "Aku senang ketika bisa melihatmu menikmati penderitaan seperti ini."

****

Di sebuah tempat, tepatnya di sebuah gedung perkantoran mewah di ibukota. Seorang pria dengan pakaian mewahnya mulai bergerak menuruni mobil dan memasuki area lobby gedung perkantoran itu. Dilihat dari perawakannya, pria itu bukanlah pria sembarangan yang bisa disentuh oleh orang lain.

Nathan Ellano Deccasio.

Putra tunggal dari keluarga Deccasio yang memiliki kekayaan melimpah itu adalah orang yang sangat dingin. Rumor yang beredar mengatakan jika pria ini sering sekali mengencani beribu gadis dari berbagai macam kalangan. Diantaranya ada beberapa artis terkenal dan juga model internasional.

Menjadi seorang penguasa dari berbagai macam properti yang dimiliki oleh keluarganya, hal-hal seperti ini tentu saja saling berkaitan. Mungkin bisa jadi untuk mendompleng popularitas dari para artis dan juga model-model itu atau bahkan mungkin sebaliknya.

"Sir, selamat datang kembali di perusahaan!" Seorang pria paruh baya menyapa atasannya dengan kepala menunduk memberikan hormat diikuti dengan para karyawan yang berdiri di belakangnya. Para karyawan yang terdiri dari berbagai jajaran mulai dari beberapa orang direktur, manager, atau bahkan staf lain pun turut melakukan hal yang sama seperti yang pria paruh baya itu lakukan.

"Hmm," jawab Nathan.

Tidak heran lagi dengan kelakuan pria itu. Citra seorang Nathan yang memang dingin dan irit bicara sudah tersebar dimana-mana. Akan tetapi itulah daya tarik dari Nathan itu sendiri. Semakin seseorang itu sulit disentuh, maka semakin tertantang pula orang lain.

Nathan, pria itu berjalan melewati karyawannya begitu saja tanpa menatap atau bahkan meliriknya sedikitpun. Terus berjalan tanpa melihat kanan dan kiri, seseorang yang tak lain adalah petugas kantin tiba-tiba saja menubruknya dari depan hingga menumpahkan semua minuman yang berada di atas nampan.

Napas semua orang seketika terasa seperti tercekat kalah menatap bagaimana reaksi tubuh dari pria dingin itu. Apalagi Nathan yang dia mematung seraya menatap gadis dengan rambut hitam legam itu tanpa bergerak sedikitpun.

"Astaga, El! Apa yang kau lakukan?" batin sang kepala HRD. Wanita dengan gaun merah itu berjalan mendekati Gabriella yang tengah memunguti berbagai macam cup minumannya.

"El, bagaimana kau ..."

"Maaf, Miss. Aku tidak sengaja. Tadi Miss Sana meminta saya untuk segera mengantarkan minumannya, jadi saya tidak melihat jika ...."

Ucapan Gabriella terhenti ketika menatap seorang pria yang kini tengah menunduk sembari menatapnya. Aura sekitar seketika terasa dingin dengan keadaan yang mencekam. Pun dengan Gabriella yang diam mematung tanpa bisa berkata apa-apa.

Sana, wanita yang tadi meminta Gabriella mengantarkan minuman segera mendekati mereka dan berulang kali menundukkan badannya memohon maaf pada Sang presiden direktur. Bagaimanapun juga ini merupakan kesalahannya.

"Direktur, maafkan saya. Sekali lagi, maaf. Saya yang bersalah," kata Sana.

Gabriela segera berdiri dan turut membungkuk meminta maaf kepada Sang presiden direktur. Jangan sampai pria itu marah dan membuatnya kehilangan pekerjaan ini. Jika hal itu sampai terjadi, lalu bagaimana cara untuk dirinya mengganti piring yang baru saja dipecahkan oleh Monalisa pagi tadi.

"Presiden direktur, maafkan saya. Saya benar-benar tidak sengaja melakukan hal itu! Sekali lagi mohon maafkan saya, maaf untuk ketidaksengajaan ini, maaf juga untuk keteledorannya. Jika berkenan, saya akan mencuci jas itu dan memberikannya ketika sudah bersih sempurna!" ujar Gabriella mengajukan diri. Ya, setidaknya itu yang bisa dia lakukan untuk menyelamatkan diri dari amukan pria penguasa ini.

Tanpa banyak bicara, Nathan segera melepaskan jas yang dia kenakan dan memberikannya pada Gabriella kemudian beranjak begitu saja dari tempatnya dan melenggang meninggalkan semua orang yang merasa pasokan udara dalam kerongkongan mereka sudah mulai menipis. Semua orang bernapas lega ketika Nathan sudah mulai memasuki lift dan pintu itu kemudian tertutup.

"Hah, selamat. Astaga, El! Kau membuat kami semua hampir mati karena jantungan. Bagaimana jika tiba-tiba pria itu marah dan melampiaskan kemarahannya pada kita semua?" cicit Sana.

"Hehe, maaf ya semuanya! Aku benar-benar tidak tahu!"

Sedangkan di dalam lift, seorang pria tengah menatap kosong pantulan dirinya dalam cermin.

"Mata itu!"

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
Mengubah takdir (Gadis terbuang dan CEO tampan)
1

Bab 1 El dan berjuta kepedihan.

09/06/2022