Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Semasa hidupnya, gadis bernama Molly ini selalu diatur oleh kakak perempuannya yang dipercayakan sebagai wali tunggal yang ia punya. Ke mana kedua orang tuanya? Mereka ada, tapi sibuk, urusan duniawi lebih mereka pikirkan dari pada hidup dan hati kedua anaknya. Walau semua fasilitas lengkap dan hampir tak kekurangan. Kedua orang tua mereka tidak memikirkan hati dan perasaan anak-anaknya.
Kedua kakak beradik ini tak ambil pusing, mereka saling melengkapi, walau, tetap sang kakak, Kimmy, menjadi pengatur segalanya. Apalagi sekarang Kimmy sudah menjadi istri seorang pengusaha muda dan memiliki dua anak. Luar biasa bawel.
"Kalau Mama sama Papa nggak bikin kita bahagia,kita cari kebahagiaan sendiri Molly, dengan tetap menghormati mereka yang menghadirkan kita ke dunia ini." Kalimat itu selalu menggema. Ceramah akan ada disetiap waktu saat mereka bertemu, baik di dapur rumah saat Molly sarapan dan bersiap berangkat ke kampus atau sekedar saat menonton acara TV bersama.
"Dan gue nggak akan biarkan anak-anak gue ataupun lo, merasakan hal yang sama kayak kita." Centong sayur mengarah ke wajah Molly yang menatap takut karena benda itu diangkat dari dalam panci berisi kuah sup buntut yang mengebul.
"Santai nyonya ..., gue nggak mau muka glowing gue lecet melepuh kena centong yang lo pegang, ya," ucap Molly sambil memundurkan badan. Kimmy terkekeh. Ia lalu melanjutkan memasak.
Jadi istri pengusaha tak menghambat Kimmy menjadi Ibu rumah tangga pada umumnya. Urusan masak dan memenuhi perut para warga di rumah mereka yang luas, itu tanggung jawab dia. Urusan lain biar para bedinde alias pekerja rumah tangga yang berjumlah tiga orang, mengerjakan tugas dengan jobdesk masing-masing.
"Kak, gue lagi siapin skripsi, baru judul sama draft, sih, tapi gue jenuh, nih," keluh Molly sambil mengaduk-ngaduk teh melati yang ia seduh tadi.
"Jenuh kenapa?" tanya Kimmy sambil mengiris beberapa jeruk nipis sebagai pelengkap.
"Pengin sesuatu yang beda. Gue punya daftar yang harus gue lakuin sebelum gue lulus kuliah."
"Berapa banyak yang lo pengin? Kalo nggak bikin duit gue atau duit Kakak ipar lo tiris, jalanin, lah!" sahut Kimmy sambil sesekali menoleh ke Molly.
"Yakin?"
"Iya. Emang apa, sih, daftarnya? Coba sebutin ke gue," tantang Kimmy.
"Okeh. Bentar, gue tarik napas dulu." Molly melirik ke Kimmy yang masih memotong-motong bahan pelengkap lainnya untuk masakannya.
"Move On dari gebetan tukang PHP, gebet dosen, nggak ketemu Mantan, gabung di organisasi kampus, jadi Most wanted mahasiswi sekampus, dan--" ucapan Molly terhenti karena sanggahan Kimmy.
Dengan pisau di tangan kanannya ia berbicara dengan Molly. "Gabung organinasi apaan lo, udah semester tujuh? Telat. Ganti yang lain atau coret." Kimmy kembali menatap talenan dihadapannya. Molly manyun-manyun sebal.
"Yaudah, diganti, jadi ... nggak diatur-atur Kak Kimmy. Gimana? Keren 'kan?"
Keheningan terjadi. Hanya suara mendidih air kuah sup yang terdengar. Molly melirik takut ke Kimmy.
"Gitu, Mol ...," ucap Kimmy pelan dan dalam sambil berbalik badan ia menatap tajam ke Molly. Gadis itu loncat dari kursi dan berlari menuju ke kakak iparnya yang sudah bersiap dengan pakaian kantor.
"Molly!" teriak Kimmy sambil berjalan mengejar Molly yang bersembunyi di balik tubuh kakak iparnya.
"Heh ... heh ... heh! Pisau itu, turunin sayang," protes suami Kimmy.
"Itu, adek ipar kamu kurang aseemmm, dia bikin list isinya gak mau diatur aku lagi. Apa itu, hah!" Kimmy melotot. Molly mengintip dari balik tubuh kakak iparnya.
"So-rry, Kak," ucap Molly terbata.
"Lo pikir gue mau atur hidup lo terus. Gue bakal berhenti kalo lo nikah Molly! Sama cowok yang baik dan tahu pentingnya arti keluarga!" Kimmy mencak-mencak.
"Iya ... iya, sorry Kak," ucap Molly lagi.
"Udah ya, Mol, nurut Kakak, dan kamu sayang..., istriku cantik, istri budiman, istri baik, istri penyayang, taruh pisaunya ya cantik, aduhhh ..., aku serem lho lihatnya," suami Kimmy itu berjalan menghampiri dan merangkul bahu istrinya ke arah dapur. Molly merasa lega. Kakak iparnya itu selalu bisa menenangkan Kimmy jika sedang bertengkar.