Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Gadis Penakluk CEO Nakal

Gadis Penakluk CEO Nakal

Momo_Star

5.0
Komentar
559
Penayangan
5
Bab

Kevin Abraham adalah putra tunggal Abraham Wilson. Seorang pengusaha besar yang terkenal di Indonesia. Dia terkenal hobby gonta-ganti pasangan. Bahkan tak jarang dia memakai uang perusahaan untuk menutup mulut para gadis yang dihamilinya membuat Abraham yang melihat kelakuan putranya merasa khawatir. Abraham kemudian mendesak Kevin untuk menikah, awalnya Kevin menolak permintaan papanya. Namun, Abraham tidak hilang akal, dia mengancam mencoret nama Kevin dari kartu keluarganya serta mengancam tidak akan memberikan warisan kepada Kevin. Kevin yang merasa resah berpikir keras bagaimana caranya agar dia dapat membawa calon istri dalam waktu yang singkat. Dia kemudian menemui Naura, gadis yang telah memecahkan kaca mobilnya dan bekerja di divisi pemasaran perusahaannya. Kevin menawarkan sejumlah uang pada Naura agar ia mau menerima tawaran kawin kontrak dengannya. Awalnya Naura menolak karena tak ingin menjadi salah satu bagian dari wanita koleksi bosnya itu. Namun, pada akhirnya Naura menerima tawaran kawin kontrak itu, mengingat Naura sedang butuh uang untuk biaya operasi kangker hati Nayla, kakak Naura. Rencana Kevin berhasil untuk mendapatkan Naura gadis sombong yang dibencinya itu. Akankan Naura bisa menaklukkan hati Kevin dan membuat sang CEO nakal itu berubah? Lalu apakah Kevin bisa mencintai Naura dengan sepenuh hatinya?

Bab 1 Pecinta Wanita

Di sebuah ruangan apartemen mewah, dua orang anak manusia beda jenis sedang menyatukan keringat mereka. Suara desahan silih berganti mengiringi kegiatan panas mereka berdua.

"Shit! Aku bahkan belum apa-apa." Kevin berkata dengan geram. Suara ponselnya yang menjerit minta diangkat membuyarkan kegiatan panasnya.

"Iya Pa." Sapa lelaki itu setelah meraih benda pipih itu dari nakas. Suaranya terdengar kesal.

"Kamu dimana? Kalau kamu gak serius mengurus perusahaan, lebih baik Papa kasih saja perusahaan ini pada orang lain atau papa sumbangkan utuk panti asuhan!"

Tut

Sambungan telpon dimatikan sebelah pihak.

"Sial!" Kevin mengumpat kasar karena kesenangannya diganggu.

"Pakai bajumu!" Kevin berkata bernada perintah pada gadis yang tadi bermain dengannya.

"Kenapa?" tanya gadis itu tak mengerti. Ditariknya selimut untuk menutupi tubuhnya setelah dinginnya AC menusuk ke kulitnya.

"Papaku menelpon," lelaki itu menjawab sambil mengambil potongan bajunya yang tercecer di lantai.

"Tapi kita baru mulai." Gadis itu berkata dengan nada tak puas dengan permainan mereka.

"Nanti aku transfer ke rekening kamu." Kevin berkata sambil memakai celananya.

Sesungging senyuman tercipta di bibir merah berbentuk strawberry itu.

_________

Di lain tempat di waktu yang sama.

Rumah Sakit umum di Jakarta

"Keadaan kakak anda semakin parah, dia harus transplantasi hati atau nyawanya tidak bisa diselamatkan." Seorang pria memakai seragam medis berkata dengan nada serius membuat gadis di depannya lemas seketika, hampir saja dia terjatuh kalau tidak segera bersandar di dinding rumah sakit.

"Transplantasi hati?" Gadis itu berkata lirih. Dia tahu transportasi hati tidaklah murah, lalu bagaimana dia akan mendapatkan biayanya?

"Iya, hanya itu yang bisa kita lakukan untuk menyelamatkan kakak anda." Dokter itu memandang iba kepada gadis di depannya.

"Lalu berapa biayanya dok?" Gadis itu bertanya. Walau, dia tak yakin bisa mendapatkan biayanya.

"Sekitar lima ratus juta belum biaya yang lain." Pria itu menjawab dengan nada serius.

"Ya Allah." Tubuh gadis di depan pria itu merosot seketika lalu bersimpuh ke lantai.

"Maaf kami tidak bisa membantu." Pria berbaju dokter itu berucap lalu kemudian pergi meninggalkan sang gadis.

Naura Alzahra,, seorang gadis 22 tahun yang baru saja lulus kuliah. Dia seorang yatim piatu yang hidup bersama kakak angkatnya. Kehidupan mereka awalnya baik-baik saja sampai pada akhirnya Nayla kakaknya divonis kanker hati stadium tiga.

"Kamu dari mana Ra?" Nayla bertanya kepada Naura yang baru saja masuk. Nada suaranya lemah.

"Dari kantin Kak," jawab Naura berbohong.

"Kapan kita pulang, Ra? Kakak sudah tidak betah di sini." Nayla kembali berucap lemah. Tubuh gadis itu sangat kurus, ada lingkaran hitam di bawah matanya. Perutnya juga besar dosis orang hamil lima bulan akibat penumpukan cairan di tubuhnya.

"Tunggu instruksi dokter Kak." Naura berkata lembut. Hatinya hancur tiap kali melihat keadaan kakaknya.

"Aku nggak betah lama-lama di sini, lagi pula kalau terlalu lama di rumah sakit kita bayar pakai apa." Nayla berucap lirih.

"Kakak nggak usah pikirkan biaya, kita kan ada BPJS." Naura berkata untuk menenangkan hati sang kakak.

"Bukankah BPJS kita sudah gak aktif?" tanya Nayla.

Belum sempat Kayla menjawab, Nayla tampak membekap mulutnya. Gadis itu dengan sigap mengambil wadah, dia tahu kakanya akan muntah.

***

Beberapa hari kemudian Nayla sudah di bawa pulang ke rumah, sebenarnya dokter masih tak mengizinkan pulang tetapi Nayla memaksa.

"Ara tinggal dulu ya Kak. Ara akan cari kerja. Doakan Ara dapat kerja secepatnya." Naura berpamitan kepada kakaknya.

"Iya." Nayla menjawab dengan suara yang masih lemah.

Jujur Naura sebenarnya tidak tega meninggalkan Nayla seorang diri, bagaimana nanti kalau dia lapar, haus ataupun ingin ke kamar mandi. Namun, apalah dayanya, kalau dia tidak bekerja bagaimana dia akan mengumpulkan uang.

"Bi, titip kakak saya ya." Naura berkata kepada tetangganya.

"Kamu mau ke mana?" Wanita bertubuh agak gemuk itu bertanya.

"Mau cari kerja Bi. Aku sudah siapkan bubur dan susu, Bibi tolong bantu saja kalau kak Nayla ingin ke kamar mandi." Naura berpesan kepada tetangganya.

Dia sendiri sebenarnya tidak enak setiap hari harus menitipkan kakaknya kepada tetangganya apabila dia keluar rumah, tetapi dia tak ada cara lain.

"Ya sudah, tapi nanti kalau kamu kerja Bibi nggak bisa bantu kamu tiap hari."

"Kalau aku kerja nanti ada hitungannya Bi." Naura menjawab perkataan Bibi itu. Walaupun tidak mengungkapkan dengan kata-kata tetapi Kayla cukup paham maksud wanita itu. Tidak ada yang gratis di dunia.

"Ya sudah, bibi doakan kamu cepat dapat kerja."

"Amin. Terima kasih Bi."

Naura kemudian mengayunkan langkahnya menuju jalan besar, dari rumahnya menuju jalan besar memakan waktu yang cukup lama. Dia bisa saja naik ojek tetapi itu akan menambah biaya perjalanannya sedangkan saat ini di harus hemat.

Naura terus berjalan tanpa menghiraukan rasa lelah di tubuhnya, hingga beberapa menit berlalu dan sampailah dia di sebuah halte bus.

Gadis itu berdecak kesal saat melihat bus yang seharusnya dia naiki tampak sudah berjalan di depannya.

"Malah telat lagi." Naura berkata lirih.

Baru saja dia akan berjalan menuju bangku halte bus tiba-tiba sebuah mobil berkecepatan lambat lewat tepat di depannya.

"Woy setan." Naura mengumpat ketika bajunya basah terkena air dari gubangan jalan yang tadi dilalui oleh mobil itu.

Dengan kesal Naura mengambil batu di sampingnya lalu melempar tepat mengenai kaca mobil hingga pemilik mobil itu menghentikan mobilnya.

"Aduh." Naura berkata lirih. Dia tahu pasti akan mendapat masalah setelah ini.

Kevin turun dari mobilnya setelah mendengar suara pecahan kaca dari belakang. Mata Lelaki itu membulat ketika melihat kaca belakang mobilnya retak.

"Oyy, ini semua pastilah ulah lo kan. Lo tahu nggak berapa harga kaca mobil ini, berani-beraninya Lo lempar pakai batu." Kevin berkata dengan nada kesal. Dari wajahnya pemuda tampak geram, mukanya memerah dan nafasnya turun naik tak beraturan.

"Bodo amat. Siapa suruh membuat baju Gue kotor. Sini ganti rugi!" Naura berkata dengan garang, membuat Kevin membulatkan matanya seketika. Baru kali ini ada gadis yang berani sama dia.

"Heh, gadis sinting. Baju Lo itu cuman basah, sementara kaca mobil gue pecah. Seratus baju Lo pun nggak akan bisa untuk mengganti kaca mobilku." Kevin berkata dengan nada yang meninggi. Kesal sekali dia dengan ulah gadis itu sudah melempar batu ke kaca mobilnya, tetapi malah dia yang minta ganti rugi.

"Bodo amat! Pokoknya lo ganti nggak, atau gue teriak nih kalau lo mau memperkosa gue, abang gue kepala preman di sini. Tau gak!" kata Naura bernada mengancam.

"Lo pikir gue takut, sini panggil abang lo," ujar Kevin menantang.

'Aduh mampus gue. Siapa yang mau gue panggil, dilepasin sayang. Masa ada rezeki nomplok dilewati,' Naura bermonolog dalam hati.

Kevin menaikkan sebelah bibirnya," dasar gadis aneh, mana coba abang lu" Kevin berkata sambil tersenyum mengejek Lalu melangkahkan kakinya menuju mobil.

"Hoy tunggu!" Naura berteriak tak terima ditinggal Kevin begitu saja. Namun, Kevin tak menghiraukannya.

Gadis itu kemudian mengambil batu lagi dan kembali melempar kaca mobi Kevin hingga pecah.

Kevin yang melihat kaca mobilnya pecah berantakan, tampak begitu kesal. Mukanya memerah, dadanya bergelombang, tangannya menggengam erat hingga otot-otot nya mengetat.

"Arghh. Gue nggak bisa bersabar kali ini. Lo ganti kaca mobil gue atau guelaporkan Lo ke polisi."

Mata Naura membulat seketika, bola matanya seperti hendak keluar.

"Polisi?"

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku