Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Wanita Penakluk Direktur Muda

Wanita Penakluk Direktur Muda

Rucaramia

5.0
Komentar
18.1K
Penayangan
93
Bab

Jika hanya tersisa satu cara untuk memperbaiki reputasi dan juga harga dirinya adalah dengan menodongkan pisau lipat pada Arnav, seorang director muda yang namanya sedang melejit di kancah dunia hiburan. Maka tentu Raellyn akan melakukannya tanpa perlu berpikir dua kali. Raellyn ingin menuntut pertanggung jawaban atas tindakan keji yang dilakukan Arsene, adiknya Arnav. Karena telah melanggar janji untuk menikahinya. Namun sayangnya Raellyn tidak cukup mengetahui bahwa Arnav bukanlah tipikal pria yang bisa dia dianggap remeh. Sedangkan bagi Arnav, tatkala dia mendapatkan tantangan yang datang dari seorang wanita asing sekaligus mengingat kebutuhannya untuk segera memiliki istri. Pria itu dengan senang hati mendeklarasikan ajakan menikah pada Raellyn. Dia bahkan tidak peduli meskipun wanita itu mau menikahinya hanya demi uang. Tapi satu hal, Arnav akan memastikan uang yang dia keluarkan akan sepadan dengan seluruh kenikmatan yang bisa dia dapatkan dari Raellyn.

Bab 1 Tuntutan

"Hati-hati Miss, benda kecil itu bisa melukai." Suara sang pria terdengar begitu santai, padahal situasinya sedang berada dibawah kendali seorang perempuan yang bisa mencabut nyawanya kapan saja. Tangan si pelaku berusaha untuk tidak gemetaran ketika dia menodongkan sebuah pisau lipat kearah pria yang sedang duduk nyaman ditempatnya dari arah belakang.

"Kau pikir aku bermain-main?" tukas Raellyn sembari tetap menodongkan pisau lipat miliknya kearah pria itu. Gadis itu mencoba untuk menghilangan getaran yang tidak perlu pada jemari tangannya. "Dengarkan aku Sir Arnav yang terhormat! alasanku kemari adalah untuk menuntut tindakan kejahatan paling keji yang telah adikmu lakukan. Aku meminta pertanggung jawabannya secara penuh atas dosanya itu!" Raellyn sempat melirik kearah papan nama di atas meja yang tengah pria itu duduki. Seolah perlu memastikan kembali bahwa dia tidak salah dalam menyebutkan namanya.

Pria yang dipanggil Arnav tersebut tetap duduk dengan santai di kursinya seakan-akan ucapan dan juga pergerakan yang Raellyn buat untuknya bukanlah jenis ancaman serius. Raellyn menggertakan giginya dan tidak mengacuhkan sama sekali keangkuhan pria yang sedang meremehkannya kini. Justru sebaliknya, gadis itu malah semakin menjadi dengan menodongkan senjata miliknya lebih dekat, sejajar dengan leher sang Director. Bahkan menggoresnya hingga darah mengalir dari sana.

"Pertanggung jawaban kah? Kalau begitu silahkan turunkan benda itu dan duduklah disana." Arnav menunjukan satu buah kursi bersandar tinggi yang posisinya tepat di hadapannya. Pria itu juga tidak memperlihatkan sedikitpun keraguan dalam ekspresi wajahnya.

Raellyn melirik kearah kursi yang ditunjuk oleh Arnav, lututnya memang sempat gemetaran. Ini adalah akibat dari salah satu tindakan nekat yang dia buat, sekali dalam seumur hidupnya. Raellyn berharap dengan ini dia bisa mendapatkan apa yang dia kehendaki.

Dibandingkan berdiri dan merasa pegal, akhirnya gadis itu memilih untuk duduk di tepi kursi yang sudah sang tuan tawarkan dengan sangat hati-hati. Berkali-kali dia menggaris bawahi tindakan yang dia pilihnya saat ini bukan karena dia mematuhi pria itu. Raellyn memilih genjatan senjata sementara, dan berperilaku seperti manusia terpelajar pada umumnya.

"Baiklah sekarang katakan padaku kejahatan keji apa yang sudah aku lakukan, hingga kau bergerak secara nekat menyerbu kantorku dan melakukan tindakan kriminal yang bisa memastikan hukuman pidana bagimu?" Suara Arnav kini berubah menjadi sangat datar namun tajam. Raellyn kontan membanting sebuah lembaran koran di atas meja sang director dari tempat dia duduk. Permukaan meja yang terbuat dari kayu ek memang cukup licin, sehingga membuat koran tersebut meluncur ke sebrang meja dengan sangat mudah.

"Bagian headline surat kabar tersebut membahas soal rencana pernikahan adikmu dengan Miss Sylvia." Bibir Raellyn berkerut sedikit mengejek tatkala menyebut nama wanita itu di depan sang Director. Ingin rasanya dia meludahi wanita itu sekalian bila saja dia punya kesempatan bertemu.

Lagipula wanita mana yang akan senang saat ada seorang perempuan gatal mencoba mencuri kekasihnya, bahkan membuat pria itu berpaling sampai mau menikahinya ? tentu tidak akan ada.

"Apa yang membuatmu terganggu atas hal ini?"

Kedua tangan Raellyn kontan mengepal, apalagi saat Arnav memberikannya sebuah gestur meremehkan. Tubuh pria itu tercondong ke depan, menopang dagunya dengan kedua tangan. Seperti dia sedang mencoba mempelajari ekspresi wajah Raellyn layaknya ia adalah jenis lalat yang menakjubkan.

"Arsene adikmu itu adalah kekasihku!" Raellyn yang marah tidak bisa menghentikan gerakan tubuhnya. Gadis itu berdiri dari posisi semula, hingga membuat suara deritan dari kursi kayu yang dia duduki beberapa saat yang lalu.

"Bisa kau ulangi lagi perkataanmu barusan?" Suara Arnav terdengar begitu rendah. Untuk sesaat Raellyn bahkan tidak yakin pria itu menanggapi perkataannya karena nyaris lebih seperti berbisik. Namun, menyadari bahwa Arnav menatapnya dengan sangat serius dan tidak ditemukan adanya perubahan reaksi sama sekali. Kontan Raellyn diam-diam menelan saliva-nya sendiri.

"Arsene adalah kekasihku. Kami sudah menjalin hubungan kurang lebih satu tahun, dan satu pekan lalu dia baru saja mengajakku untuk menikah. Buktinya adikmu memberikanku benda ini sebagai tanda kasih sayangnya. Tanda kami telah mempersatukan cinta juga sebagai tanda dia mencintaiku." Raellyn mengeluarkan sesuatu dari sakunya.

Ini adalah sebuah gertakan lain yang dapat Raellyn lakukan. Bukti kuat bahwa dia tidak berdusta, serta hubungan mereka memang ada secara realita.

Gadis itu melemparkan sebuah liontin yang Arsene berikan padanya di musim salju tahun lalu. Rantai kalung dari benda itu bergemercing menyentuh permukaan meja dan kemudian meluncur begitu saja. Untungnya tidak sempat terjatuh lantaran ditahan oleh tangan sang director. Otot kening pria itu kontan berkedut ketika melirik kearah liontin dari sang wanita.

"Arsene menghadiahkan benda ini padamu?" Pria itu bertanya seolah meragukan kebenarannya. Namun yang pasti, Raellyn bisa melihat pria itu nampak teliti memeriksa setiap detail dari benda yang dia lemparkan.

"Ya, sebagai janji kesetiannya dan juga komitmennya terhadapku. Itulah yang dia deklarasaikan padaku saat itu." Raellyn mengiyakan dengan penuh keyakinan. "Tapi sekarang, baru satu pekan setelah dia berkata ingin menjalani hubungan yang lebih serius tiba-tiba saja dia pergi. Dan surat kabar itu mengkonfirmasi keberadaan kekasihku yang ternyata hendak menikahi perempuan lain." Pisau lipat di tangan Raellyn mulai bergetar gara-gara emosinya. Dia memang tidak lagi mengacungkan benda itu pada Sir Arnav, tapi si gadis masih menggenggam erat benda berbahaya itu di tangannya saat mereka berada dalam posisi duduk berhadapan seperti ini. Arnav hanya menghela napasnya.

"Apakah begini cara orangtua dari kalangan masyarakat miskin mendidik anaknya? Melakukan langkah sembrono dengan mengancam orang saat putus asa. Memalukan diri sendiri hanya demi mendapatkan pengakuan dari orang yang punya uang lebih darinya? Aku tidak habis pikir."

Raellyn tersentak mendengar pernyataan halus bernada menghina dari Arnav. Tapi gadis itu tidak langsung hilang kendali, dia mencoba tetap tenang. Meskipun memang saat ini dia sangat paham bahwa orang yang sedang dia hadapi tengah mencari celah untuk mendorongnya dalam situasi merugikan. Membuatnya menyerah tanpa pertanggung jawaban setimpal.

"Apakah ini cara putus asamu Pak Director yang terhormat? Menyalahkan orangtuaku padahal jelas-jelas aku datang kemari akibat tingkah laku tidak bermoral yang telah adikmu lakukan! Apa penting membahas soal strata dalam pembicaraan ini?"

Kedua alis Arnav kontan mengerut tak suka. Barangkali dia tidak memperkirakan akan mendapatkan balasan yang sama tajamnya dari sang gadis.

"Lantas ? Apa sekarang kau tidak lagi berniat membunuhku dengan pisau kecilmu Miss Raell ?"

Raellyn mengabaikan sepasang mata yang menjelajahi tubuhnya dengan pandangan tidak senonoh. "Aku akan mencabik-cabik tubuhmu dengan mudah, bila memang aku tidak mendapatkan keadilan yang pantas untuk ini."

Director muda itu pada akhirnya mengangkat dagu dari kedua tangannya dan menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi. Dia mengetuk-ngetukan jemarinya di atas meja. Seolah dengan hal itu akan dapat membuat Raellyn gelisah. Gerak gerik pria itu jelas sedang mencoba mempelajari tamu tak diundangnya. Raellyn sendiri harus mengakui bahwa dia sedikit terintimidasi, dan dia juga mengiyakan bila tindakannya sembrono dan memalukan. Tapi tetap saja dia tidak mungkin hanya bisa berdiam diri ketika kepercayaan yang dia miliki dihancurkan.

Meskipun Raellyn hanyalah seorang putri dari orang biasa, dengan kondisi keuangan yang tidak cukup bagus. Tapi harga dirinya tetap nomor satu bagi gadis itu. Bahkan dia tidak menduga bahwa urusannya ini akan mempertemukan dia dengan orang yang kaya raya secara langsung begini.

Padahal sebelumnya dia hanya mengenal pria bernama Arnav ini dari cerita yang kerap Arsene bagi padanya. Dulu dia pikir kekasihnya itu sedang berdusta, tapi setelah berhadapan seperti ini, Raellyn tidak percaya bahwa hubungan darah diantara mereka betul-betul sungguhan. Selain karena kepribadian mereka juga sangatlah berkebalikan.

"Apa sekarang kau sedang hamil bayi adikku?"

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Rucaramia

Selebihnya

Buku serupa

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Romantis

4.8

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Romantis

5.0

Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku