Nona Kesayangan Dua Pria Tampan

Nona Kesayangan Dua Pria Tampan

Rucaramia

5.0
Komentar
2.5K
Penayangan
106
Bab

WARNING MATURE CONTENT! Demi kabur dari perjodohan yang sang ayah atur dengan Arash pria yang dia benci. Elma rela menjual tubuhnya sendiri kepada seorang pria yang bernama Kai. Karena Elma percaya bahwa pernikahan dengan Arash akan jauh lebih buruk daripada apa yang dia korbankan sekarang. Tanpa di duga kesepakatan yang dia buat dengan Kai berubah menjadi sesuatu yang tidak direncanakan dan malah menyeret mereka bertiga dalam sebuah pusaran konflik berbelit. Kai dan Arash siapakah yang pada akhirnya Elma pilih menjadi pelabuhan terakhirnya?

Bab 1 Tamu Tak Diundang

"Sampai kapan aku harus duduk disini? membosankan sekali! Arrghh ... tulisan-tulisan ini membuatku muak!"

"Mohon bersabar, Ms. Elma. Pekerjaan Anda bahkan baru dimulai." Mya sang sekretaris tiba-tiba menyahut dan masuk ke dalam ruangan dengan setumpuk berkas baru di tangan. Elma langsung pasang muka masam, ketika berkas tersebut sudah berpindah ke meja yang telah selesai setengahnya dan kini upaya penyelesaian itu sepertinya sudah tidak lagi terlihat adanya.

"Oh ... ya Tuhan, kenapa kau harus membawa berkas sialan itu kemari sekarang?" keluh Elma. Sebetulnya keluhan macam itu lebih pada sisi tenang sang nona besar. Sebelumnya bahkan sang nona besar bisa mengamuk, galak, temperamental pada semua karyawan. Tetapi hari ini tampaknya dia sedikit jauh lebih rileks meski masih sesekali mengeluh ketika sedang bertugas.

"Ini dokumen yang harus Anda periksa dan tanda tangani," jelas Mya cuek, dia sama sekali tidak mengindahkan perkataan Elma sebelumnya.

"Ini banyak sekali lho, Mya. Ini sudah mau jam pulang juga. Oh ya apa ada jadwal meeting yang perlu aku hadiri untuk besok?"

Mya tampak berpikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan bos cantiknya. "Tidak ada, tapi saya tadi dapat telepon dari asisten Arash Elvander, dia bilang atasannya ingin bertemu denganmu secara pribadi untuk membicarakan soal kerja sama bisnis antara Enderson Company dengan Elvander Grup"

Kening Elma kontan berkerut mendengar penjelasan dari sang sekretaris. "Aku sudah membicarakan hingga ke detail terkait kerja sama bisnis itu dengan Raiden adiknya. Kenapa dia mendadak turun tangan untuk urusan yang sudah selesai?"

Mya menggelengkan kepala. "Aku tidak tahu, mungkin saja dia hanya sedang cari-cari alasan untuk menemuimu. Terlebih aku heran padamu, kenapa dari semua pria elite yang ada di negara ini, kenapa kau tidak pernah sedikit pun punya ketertarikan untuk mendekati dan merayu Arash Shely?" tanya Mya yang sudah mulai keluar dari mode kerjanya dan masuk ke mode sebagai sahabat.

Elma tertawa, baginya pertanyaan Mya terdengar lucu dan menghibur di sesi penatnya sekarang ini. "Mya ... kau ini buta ya? Arash itu terlalu serius dan alim untuk diajak gila-gilaan. Singkat kata dia sama sekali bukan tipe ku. Kalau kau ada pembicaraan pribadi diluar konteks pekerjaan dengan asistennya. Kau bisa sampaikan apa yang aku katakan hari ini kepadanya. Dan, umm ... untuk pertemuannya kau bisa sampaikan pada Arash kalau aku akan menemui dia sehabis jam makan siang besok walau sebenarnya aku malas bertemu dia sih."

"Oke, aku sudah mencatat itu dikepalaku."

"Ah, aku harap aku bertemu dengan seseorang yang bukan sekadar pria, tetapi pria yang bisa menyuguhkan pengalaman bercinta yang luar biasa menarik."

Mya menggelengkan kepala. Dia sudah sangat hafal prilaku sahabatnya tetapi kali ini tampaknya pria yang Elma temui terbilang dalam strata yang lumayan tinggi. "Elma, kapan kau akan serius dengan laki-laki? kau sudah tidak muda lagi. Bahkan aku saja sahabatmu sudah menikah dan punya anak satu. Tinggal tunggu giliranmu sampai kau berada di fase yang sama denganku. Aku rasa ayahmu tidak akan tinggal diam, dia pasti sudah menyiapkan jodoh untuk kau nikahi sekarang."

Elma mendecak sebal. "Iya aku tahu kalau kau sudah menikah, tapi hei ... tolong jangan ajak-ajak aku untuk punya garis hidup yang sama sepertimu. Lagipula kalau sudah tiba timmingku untuk menikah ya, tentu saja aku akan menikah. Tapi untuk sekarang aku belum tertarik jadi milik seorang pria saja untuk seumur hidupku. Kalau kau masih ingin memberiku ceramah tambahan, aku ingatkan pintu keluarnya ada disana," tunjuk Elma pada pintu ruangannya, tidak mengira dia akan meniru kelakuan aktris telenovela di tempat kerjanya begini.

"Aku sudah hafal sih dengan perangaimu yang menyebalkan. Tapi jujur, hari ini kau dua kali lipat mengesalkan dari pada biasanya, Elma," sahut Mya.

Elma tertawa dengan reaksi itu, tetapi sejurus kemudian tawanya memudar dan senyumnya menghilang. Dia menatap langit-langit ruang kerjanya dan merenung. Dia bosan dengan ceramah soal punya hubungan dengan pria secara serius dan memikirkan pernikahan hanya karena teman-temannya sudah ada ditahap itu duluan.

"Justru kau yang menyebalkan, kenapa aku harus ikut sibuk memikirkan soal pernikahan hanya karena kau sudah menikah? Kenapa pula wanita tidak boleh bersenang-senang tanpa terikat komitmen seperti laki-laki? kau pikir mudah menemukan seorang pria baik-baik saat dunia ini saja sekarang isinya lebih banyak pria brengsek pecinta lubang?"

"Ehem ..."

Suara deheman maskulin serta merta membawa Elma kembali pada realitas, menyibak semua trance-nya dan membuat tubuh kedua wanita itu tersentak. Terutama Elma yang kedua matanya kontan membelalak lebar melihat sosok seorang pria yang mengganggu kegiatan nistanya.

Tepat di pintu ruang kerjanya, telah berdiri seorang pria berambut hitam dengan rambut pendek rapi dipadukan dengan stelan Armani. Eskpresi geli yang terpancar dari wajah tampannya saat itu seolah mengejek Elma yang kaget lantaran sesi bergosip rianya terganggu akibat kedatangannya yang tidak diundang.

"Ar ... rash?"

Mya sebagai yang paling peka akan kondisi bergegas pamit undur diri keluar dari ruangan sang bos sementara Elma langsung mencoab mengatur kembali ekspresi wajahnya.

"Apa aku mengganggu pembicaraan kalian soal pria brengsek pecinta lubang?" komentar pria itu dengan nada bicara yang sangat menyebalkan.

"Mau apa kau datang kemari?" balas Elma dengan agresif, dia sudah cukup stress seharian ini dan memandang wajah Arash adalah hal terakhir yang dia inginkan. Bertatap muka dengannya membuat Elma selalu emosi, apalagi bicara.

"Tadinya aku tidak mau kemari. Tetapi tadi siang aku baru saja meeting bersama ayahmu dan ayahku. Mereka berdua menyuruh ... ah, bukan. Lebih tepatnya mereka berdua memaksaku untuk menjemputmu pulang."

Mendengar kata meeting dan ayah dalam satu kalimat membuat Elma memicingkan mata. Ekspresi masam langsung tercipta secara otomatis pada wajah cantiknya. "Atas dasar urusan apa? tidak ada kepentingan yang mendesak sehingga kau perlu menjemputku kemari. Dan lagi urusan kerja sama antara Enderson Company dengan Elvander Company sudah dihandle oleh Raiden. Kenapa tiba-tiba kau merangsek masuk dan terkesan mengambil alih?" tuding Elma to the point yang langsung membuat si pria memberikan senyuman manis.

"Aku hanya menjalankan perintah dari ayahku, untuk alasan dan detailnya kau mungkin bisa bertanya langsung pada ayahmu."

Elma mendesis dan mendecakan lidah. "Apa kau tidak punya mulut untuk menjawab pertanyaanku sendiri?"

Arash hanya menaikan bahunya acuh tak acuh. "Aku merasa tidak berhak untuk itu."

"Kalau ini tentang sesuatu yang akan melibatkan kita, aku bersumpah akan menolaknya apapun yang terjadi."

Arash sejenak menatap wajah Elma lekat-lekat sebelum kemudian mengeluarkan kata-kata dari mulutnya. "Lucu sekali Enderson, aku tahu kalau kau tidur hampir dengan separuh dari populasi pria elit, tetapi kau menolak untuk sesuatu yang bahkan belum pasti. Sungguh, aku sangat tersinggung."

"Tolong pisahkan antara hubungan semalam dengan komitmen jangka panjang, Arash Elvander. Lagipula darimana kau tahu soal kehidupan pribadiku? Kita berinteraksi secara pribadi pun baru kali ini kalau aku tidak salah mengingat." Bibir merah muda sang nona mencebik tidak suka.

"Aku tahu soal dirimu juga dari adikku. Dia tidak pernah cerita kalau kau into that thing. Tapi selebihnya aku tahu kalau kau perempuan yang cukup haus seks dan tipikal hyper di atas ranjang."

Elma berdecak sebal, dia dan Raiden memang seumuran dan mereka juga satu fakultas saat masih kuliah dulu. Tidak mengherankan kalau pria itu tahu banyak. Hanya saja mengapa dia mengatakan semua hal kepada kakaknya yang notabene tidak memerlukan informasi itu?

"Aku tidak menyangka orang itu cukup mulut ember untuk ukuran laki-laki," sahut Elma mencoba untuk tidak terlalu reaktif.

Arash hanya mengedikan bahu. "Bisakah kau bersiap-siap saja sekarang? kita perlu bertemu dengan orangtua kita sekarang."

"Kapan aku setuju ikut denganmu? Aku tidak bisa pergi. Aku cukup sibuk dan banyak pekerjaan yang perlu aku selesaikan."

"Kalau begitu hubungi ayahmu dan bilang sendiri kalau kau tidak mau datang."

"Si bedebah ini," gumam Elma yang langsung meraih ponselnya untuk melakukan apa yang laki-laki itu bilang. Hanya perlu menekan satu nomor panggilan cepat, Elma langsung terhubung dengan sang ayah hanya dalam hitungan detik.

"Elma putriku, kau sedang-"

"Ayah dengarkan aku, apa maksud Ayah mengirim Arash ke kantorku? Aku sedang sibuk sekarang, aku tidak mau pergi dengannya. Lagipula kalau memang ada pertemuan harusnya dalam perencanaannya Ayah membawaku ikut serta. Kok bisa-bisanya Ayah merencanakan meeting mendadak begini?!" potong Elma yang lumayan murka atas segalanya.

"Tinggalkan pekerjaanmu sekarang. Ikutlah dengan Arash dan jangan berani kau bawa mobil sendiri. Biarkan Arash yang menyetir untukmu. Kau harus ada disini untuk mendiskusikan masalah penting. Jangan membantah!" jawab Ethan singkat dan tegas kepada putrinya. Untuk beberapa alasan Elma langsung mencicit. Dia tidak pernah mendengar ayahnya bicara dengan nada seperti itu kepadanya kecuali hanya ketika dia sedang marah.

Apalagi ketika sambungan telepon dimatikan, membuat Elma tidak bisa berbuat apa-apa dan langsung merasa gelisah. Elma menggigit bibir bawahnya. Ini sudah pasti masalah yang serius.

Arash yang sejak tadi hanya berdiri menyaksikan sang nona besar tidak bereaksi banyak, dan malah mengajukan pertanyaan sebagai gantinya. "Jadi bagaimana keputusan akhirnya Ms. Elma?"

"Lima menit, tunggu aku diluar."

"Take your time," sahut Arash yang langsung meninggalkan ruangan dan menunggu di luar depan pintu ruangan.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Rucaramia

Selebihnya

Buku serupa

Gairah Liar Dibalik Jilbab

Gairah Liar Dibalik Jilbab

Gemoy
5.0

Kami berdua beberapa saat terdiam sejanak , lalu kulihat arman membuka lilitan handuk di tubuhnya, dan handuk itu terjatuh kelantai, sehingga kini Arman telanjang bulat di depanku. ''bu sebenarnya arman telah bosan hanya olah raga jari saja, sebelum arman berangkat ke Jakarta meninggalkan ibu, arman ingin mencicipi tubuh ibu'' ucap anakku sambil mendorong tubuhku sehingga aku terjatuh di atas tempat tidur. ''bruuugs'' aku tejatuh di atas tempat tidur. lalu arman langsung menerkam tubuhku , laksana harimau menerkam mangsanya , dan mencium bibirku. aku pun berontak , sekuat tenaga aku berusaha melepaskan pelukan arman. ''arman jangan nak.....ini ibumu sayang'' ucapku tapi arman terus mencium bibirku. jangan di lakukan ini ibu nak...'' ucapku lagi . Aku memekik ketika tangan arman meremas kedua buah payudaraku, aku pun masih Aku merasakan jemarinya menekan selangkanganku, sementara itu tongkatnya arman sudah benar-benar tegak berdiri. ''Kayanya ibu sudah terangsang yaa''? dia menggodaku, berbisik di telinga. Aku menggeleng lemah, ''tidaaak....,Aahkk...., lepaskan ibu nak..., aaahk.....ooughs....., cukup sayang lepaskan ibu ini dosa nak...'' aku memohon tapi tak sungguh-sungguh berusaha menghentikan perbuatan yang di lakukan anakku terhadapku. ''Jangan nak... ibu mohon.... Tapi tak lama kemudian tiba-tiba arman memangut bibirku,meredam suaraku dengan memangut bibir merahku, menghisap dengan perlahan membuatku kaget sekaligus terbawa syahwatku semakin meningkat. Oh Tuhan... dia mencium bibirku, menghisap mulutku begitu lembut, aku tidak pernah merasakan ini sebelumnya, Suamiku tak pernah melakukannya seenak ini, tapi dia... Aahkk... dia hanya anakku, tapi dia bisa membuatku merasa nyaman seperti ini, dan lagi............ Oohkk...oooohhkkk..... Tubuhku menggeliat! Kenapa dengan diriku ini, ciuman arman terasa begitu menyentuh, penuh perasaan dan sangat bergairah. "Aahkk... aaahhk,," Tangan itu, kumohooon jangan naik lagi, aku sudah tidak tahan lagi, Aahkk... hentikan, cairanku sudah keluar. Lidah arman anakku menari-nari, melakukan gerakan naik turun dan terkadang melingkar. Kemudian kurasakan lidahnya menyeruak masuk kedalam vaginaku, dan menari-nari di sana membuatku semakin tidak tahan. "Aaahkk... Nak....!"

Dilema Cinta Penuh Nikmat

Dilema Cinta Penuh Nikmat

Juliana
5.0

21+ Dia lupa siapa dirinya, dia lupa siapa pria ini dan bahkan statusnya sebagai calon istri pria lain, yang dia tahu ialah inilah momen yang paling dia tunggu dan idamkan selama ini, bisa berduaan dan bercinta dengan pria yang sangat dia kagumi dan sayangi. Matanya semakin tenggelam saat lidah nakal itu bermain di lembah basah dan bukit berhutam rimba hitam, yang bau khasnya selalu membuat pria mabuk dan lupa diri, seperti yang dirasakan oleh Aslan saat lidahnya bermain di parit kemerahan yang kontras sekali dengan kulit putihnya, dan rambut hitammnya yang menghiasi keseluruhan bukit indah vagina sang gadis. Tekanan ke kepalanya Aslan diiringi rintihan kencang memenuhi kamar, menandakan orgasme pertama dirinya tanpa dia bisa tahan, akibat nakalnya lidah sang predator yang dari tadi bukan hanya menjilat puncak dadanya, tapi juga perut mulusnya dan bahkan pangkal pahanya yang indah dan sangat rentan jika disentuh oleh lidah pria itu. Remasan dan sentuhan lembut tangan Endah ke urat kejantanan sang pria yang sudah kencang dan siap untuk beradu, diiringi ciuman dan kecupan bibir mereka yang turun dan naik saling menyapa, seakan tidak ingin terlepaskan dari bibir pasangannya. Paha yang putih mulus dan ada bulu-bulu halus indah menghiasi membuat siapapun pria yang melihat sulit untuk tidak memlingkan wajah memandang keindahan itu. Ciuman dan cumbuan ke sang pejantan seperti isyarat darinya untuk segera melanjutkan pertandingan ini. Kini kedua pahanya terbuka lebar, gairahnya yang sempat dihempaskan ke pulau kenikmatan oleh sapuan lidah Aslan, kini kembali berkobar, dan seakan meminta untuk segera dituntaskan dengan sebuah ritual indah yang dia pasrahkan hari ini untuk sang pujaan hatinya. Pejaman mata, rintihan kecil serta pekikan tanda kaget membuat Aslan sangat berhati hati dalam bermanuver diatas tubuh Endah yang sudah pasrah. Dia tahu menghadapi wanita tanpa pengalaman ini, haruslah sedikit lebih sabar. "sakit....???"

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku