/0/29740/coverorgin.jpg?v=498ec92023b9e068b41f744dca672409&imageMogr2/format/webp)
Tring
Seorang wanita tampak menggeliatkan tubuhnya ketika ia merasa terganggu dengan deringan ponselnya, karena seseorang yang terus menelpon sampai akhirnya Naura pun menjawab panggilan tersebut dengan mata yang sayu.
“Hallo, ini siapa ya?” Lirih Naura pada lawan bicaranya.
“Buka mata kamu dan lihat nama siapa yang tertera di layar ponselmu.”
Naura menurut dan bergumam, “Burung Beo.”
Aska mengusap wajahnya dengan kasar, “JADI KAMU MENAMAKAN KONTAK SAYA BURUNG BEO!!”
Mata Naura membulat ketika ia mulai mengenali siapa pemilik suara ini, “Eh Pak Aska…”
“KE RUMAH SAYA SEKARANG JUGA!!”
Karena suara Aska yang begitu menggelegar, tanpa sengaja membuat bayinya kembali menangis.
“Astaga pak… diluar lagi hujan deras.”
“Saya gak peduli!”
Samar-samar Naura pun mendengar suara tangisan bayi yang semakin kencang, “Itu suara bayi siapa?”
“Bayi say-“
“APA!?” seru Naura yang begitu shock.
Lain halnya dengan Aska yang kini menjauhkan ponselnya dari telinga, akibat suara Naura yang begitu kencang.
"Pelankan suaramu Naura."
"Em maaf Pak... Tapi Bapak kan belum menikah, kok Bapak bisa punya anak sih?"
"Susah buat dijelasin, anak saya sekarang lagi nangis dan kamu tolong kesini sekarang."
"Kenapa harus saya Pak? Kenapa gak mamanya aja?" Heran Naura.
"Kalau dia ada disini sudah pasti saya akan menyuruhnya dan tidak akan menelpon kamu. Kamu kesini sekarang dan bantu saya untuk menjaga bayi ini, jangan lupa untuk membelikan popok dan susu karena sepertinya saya tidak memiliki itu semua. Pastikan bahwa semua barang-barang itu yang termahal dan bermerk," pesan Aska yang tidak ingin anaknya mengenakan barang-barang yang biasa.
"Tapi saya gak punya uang sebanyak itu pak."
"Saya akan transfer, bersiaplah kemari dengan membawa barang-barang yang sudah saya pesan tadi."
"Nggak nunggu reda dulu-"
Tiba-tiba saja sambungan teleponnya ditutup secara sepihak, dan hal itu membuat Naura geram.
"DASAR BOS NYEBELIN!! BISA-BISANYA DIA MENGGANGGU WAKTU ISTIRAHATKU," seru Naura yang dengan terpaksa keluar rumah dengan tubuh yang mengenakan sebuah jas hujan.
Perlahan rasa dingin mulai melingkupinya, apalagi dia mengendarai sebuah motor sehingga angin pun dengan bebas menerpanya. Sedangkan di sisi lain Aska tengah mencoba untuk menenangkan bayinya yang terus menangis.
"Bisa gawat kalo Mami sampai tau kalo aku udah punya anak," gumam Aska yang begitu berat untuk menerima bayi ini.
Setelah hampir 1 lebih jam Aska menunggu, akhirnya Naura pun tiba di depan rumahnya dengan kondisi yang begitu mengenaskan karena jas hujan yang dikenakan olehnya telah sobek sehingga membuat pakaiannya basah, belum lagi kedua tangannya yang sudah penuh membawa barang-barang pesanan Aska.
"Lama banget kamu nyampenya!? Saya nunggu kamu hampir satu jam lebih lho," omel Aska yang membuat Naura darah tinggi.
"DI LUAR HUJAN PAK! BAPAK GAK LIAT SAYA SUDAH BASAH KUYUP, BELUM LAGI PESANAN BAPAK YANG GAK SEDIKIT. BAPAK SUDAH MEREPOTKAN SAYA DAN SEKARANG BAPAK MALAH MENYALAHKAN SAYA! TAU GINI SAYA GAK MAU BANTU BAPAK LAGI," bersamaan dengan itu Naura menyerahkan barang belanjaannya pada Aska.
Aska segera meletakkannya di lantai dan berlari mengejar Naura untuk meminta maaf.
"Maafkan saya Ra, tapi saya mohon kamu jangan pergi dulu ya? Anak saya masih menangis dan mungkin dia sudah tidak nyaman lagi dengan popoknya," tahan Aska pada lengan Naura.
"Saya gak peduli! Saya mau pulang saja."
"Saya mohon Ra, memangnya kamu tidak kasihan sama bayinya? Dia sudah ditinggalkan oleh ibunya sedangkan saya belum pernah merawat seorang bayi," tatap Aska dengan mata yang menyedihkan.
Karena merasa iba akhirnya Naura pun mau untuk membantunya, dan dengan senang hati Aska membawa Naura ke kamarnya.
"Pakaian kamu basah, lebih baik kamu gunakan ini..." bersamaan dengan itu Aska menyodorkan sebuah hoodie dan celana panjangnya.
Naura tak menolak dan berjalan menuju kamar mandi untuk mengenakan pakaian tersebut karena ia juga merasa kedinginan, sedangkan pakaian yang ia kenakan sebelumnya tengah dikeringkan.
"Ya ampun popoknya penuh," lirih Naura yang kemudian membersihkan bayi tersebut dan menyodorkan popok bekas tersebut pada Aska.
Aska tampak mual dan menolaknya, "Kenapa kamu kasih popoknya ke saya? Kamu gak tau apa kalo popoknya bau banget?"
/0/13499/coverorgin.jpg?v=0eec749d773f606260336124ca19a547&imageMogr2/format/webp)
/0/2345/coverorgin.jpg?v=77d2c259fba79165682b15f34d3c47cc&imageMogr2/format/webp)
/0/16861/coverorgin.jpg?v=1d79d5c8d1067177e47366859cdb07d3&imageMogr2/format/webp)
/0/16900/coverorgin.jpg?v=dc44248f1eddbf3ec2f3185d5a9341b9&imageMogr2/format/webp)
/0/14608/coverorgin.jpg?v=735a087f628e9299843ef3642c7fd537&imageMogr2/format/webp)
/0/5005/coverorgin.jpg?v=0f4f8f045dd4ae22130337cb39f88c57&imageMogr2/format/webp)
/0/15686/coverorgin.jpg?v=afcf5a6ff86d6d1f40e69e3ce01b315c&imageMogr2/format/webp)
/0/12963/coverorgin.jpg?v=308a6ac4b11d4165816f683b8ae466c6&imageMogr2/format/webp)
/0/15797/coverorgin.jpg?v=7dcd592a4c31e78245e955aed7a3b62a&imageMogr2/format/webp)
/0/6843/coverorgin.jpg?v=0c88eae00f5c998d401ca58c5f039b6f&imageMogr2/format/webp)
/0/16204/coverorgin.jpg?v=fd817143ccf5117c121c4285e7c3d270&imageMogr2/format/webp)
/0/17562/coverorgin.jpg?v=fd6917b8813600f0f03233640180efbf&imageMogr2/format/webp)
/0/23102/coverorgin.jpg?v=a2928afe8bb1d339c5b6c27cec1269e9&imageMogr2/format/webp)
/0/12689/coverorgin.jpg?v=5f18ad5d904360b470f1120a07894116&imageMogr2/format/webp)
/0/15407/coverorgin.jpg?v=eb52c08fedf92d47e98ef432bf8299d3&imageMogr2/format/webp)
/0/8979/coverorgin.jpg?v=3085bd68c195178d7936477ecca1a1a1&imageMogr2/format/webp)
/0/13336/coverorgin.jpg?v=08e867a6c53d36f583fbc65ee807ac0a&imageMogr2/format/webp)
/0/2743/coverorgin.jpg?v=b61e50aca27298b5b23c39bafa64dc9f&imageMogr2/format/webp)
/0/17105/coverorgin.jpg?v=40e37bfaac1da73a3d48e518acb5037d&imageMogr2/format/webp)
/0/17278/coverorgin.jpg?v=dceaf4fa2492b2376c7808278a469974&imageMogr2/format/webp)