Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Fiona. Gadis kecil berusia 10 tahun yang baik dan menggemaskan. Dia hanya tinggal bertiga dengan orangtuanya. Kedua orangtuanya hanya bekerja sebagai tukang pecal lele di depan rumahnya. Fiona sebagai anak yang baik sering membantu orangtuanya berjualan.
"Ini, nak. Tolong kasih ke meja yang di sana ya," ucap Ibunya.
"Iya, Bu."
Fiona sangat suka jika harus mengantar pesanan kepada orang yang ingin makan di sana. Karena Fiona adalah anak yang lucu dan menggemaskan, banyak orang yang suka dengannya.
"Permisi Ibu. Ini pesanannya."
"Aduh ya ampun. Cantik banget si. Anak baik lagi. Makasih ya sayang."
"Iya, sama-sama Ibu."
Ketika Fiona hendak kembali untuk membantu Ayah dan Ibunya lagi, tiba-tiba saja ada sesuatu yang menimpanya dari atap rumahnya. Ternyata Fiona terkena reruntuhan rumahnya yang sudah tidak layak huni lagi. Untung saja Fiona tidak kenapa-kenapa. Dia hanya luka ringan saja. Sehingga tidak ada yang perlu di khawatirkan.
Bruk!!!
"Aw," teriak Fiona.
Ayah dan Ibu Fiona langsung berlarian menghampiri Fiona ketika mendengar suara Fiona. Semua orang yang sedang makan di sana pun ikut terkejut dan ikut membantu Fiona.
"Fiona, sayang. Kamu ga apa-apa, nak? Ya ampun sayang," tanya Ibunya.
"Fiona? Apa yang sakit nak? Kita ke rumah sakit sekarang ya," tanya Ayahnya.
"Engga apa-apa Bu, Yah. Aku ga kenapa-kenapa kok. Ayah sama Ibu ga usah khawatir ya."
"Beneran kamu ga kenapa-kenapa?"
"Iya, ga apa-apa Ayah, Ibu."
"Yaudah kalo gitu kamu masuk ke dalam aja ya. Kamu ga usah bantu Ibu sama Ayah lagi."
"Iya Ayah, Ibu."
Akhirnya Fiona masuk ke dalam rumah dan tidak membantu jualan lagi hari ini. Ayah dan Ibu Fiona juga memutuskan untuk segera menutup warung pecel lele nya supaya tidak ada lagi korban seperti Fiona.
Setelah selesai berjualan, Ayah dan Ibu Fiona menghampiri dirinya untuk memastikan keadaan Fiona baik-baik saja saat ini.
"Kamu ga apa-apa kan sayang? Kalo ada yang sakit bilang sama Ibu ya."
"Iya, Ibu. Aku ga ada yang sakit kok."
"Maafin Ayah ya, nak. Gara-gara Ayah, kamu jadi seperti ini. Maafin Ayah yang belum bisa kasih kamu tempat tinggal yang nyaman."
Ayah Fiona merasa sangat gagal menjadi Ayahnya sekarang ini karena tidak bisa memberikan tempat tinggal yang nyaman untuk anak semata wayangnya. Tanpa di sadari air mata pun menetes dari kedua bola mata Ayahnya. Fiona yang melihatnya langsung menghapus air mata Ayahnya dengan menggunakan jari-jari mungilnya sambil berkata,
"Ayah jangan nangis. Ayah ga perlu minta maaf juga. Ayah ga salah kok. Nanti biar Fiona ya yang buatin rumah untuk Ayah dan Ibu. Fiona kan mau jadi Arsitek nantinya."
"Aamiin. Semoga cita-cita kamu tercapai ya, nak."
"Iya, Ayah."
Suasana di rumah menjadi sangat haru. Fiona dan kedua orangtuanya saling berpelukan untuk menguatkan satu sama lain. Bagaimana Ayah dan Ibunya tidak merasa bangga mempunyai anak seperti Fiona. Selain cantik, baik, pintar, dia juga selalu bisa mengerti kondisi orangtuanya tanpa banyak menuntut. Tidak seperti anak yang lain pada umumnya.
*******