Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Di dalam sebuah apartemen, sepasang sahabat sedari kecil sedang terlibat perdebatan.
Mata wanita itu melotot, menatap tajam sahabatnya yang terlihat sangat santai. Sedangkan sang sahabat hanya memandang wanita itu tanpa banyak bicara.
"Angga, yang benar saja, masa aku harus pakai baju kayak gini sih," keluh sang wanita.
Wanita tersebut bernama Riska. Riska, Angga dan Fajar, mereka sudah berteman dari kecil. Rumah mereka juga berdekatan, orang tua mereka juga berhubungan sangat baik, sehingga tidak heran mereka sangatlah akrab.
"Nggak apa-apa, kamu pakai itu dulu. Toh juga cuma sebentar." Angga membujuk Riska supaya mau memakainya.
"Tapi nggak baju seperti ini juga kali. Pokoknya aku nggak mau pakai ini."
Riska sekali lagi memperhatikan pakaian yang sangat minim dan transparan di tangannya. Bagaimana bisa Angga menyuruhnya memakai pakaian seperti itu pikirnya.
Meskipun mereka berteman sedari kecil, bahkan mereka juga pernah mandi bersama, tapi itu kan saat mereka masih kecil. Sekarang jika Riska memakai pakaian yang terlalu terbuka, Riska akan merasa malu, meskipun itu di depan sahabatnya.
"Riska cantik, kamu tadi kan sudah janji bakal bantuin aku. Dipakai ya bajunya, hanya sebentar kok," bujuk angga.
"Nggak mau. Aku malu Angga kalau harus pakai baju kurang bahan seperti ini. Bagaimana kalau," belum selesai ucapan Riska, bell apartemen Angga berbunyi.
Mereka kompak menoleh ke arah pintu. Mereka yakin jika yang datang adalah alasan Angga meminta Riska untuk memakai lingerie.
"Sekali ini saja, ya. Aku mohon," pinta Angga dengan wajah memelas.
"Kamu mah gitu." Riska cemberut kesal dengan Angga.
Beberapa jam sebelumnya. Mereka tengah mengobrol di cafe milik Fajar. Angga mengatakan permintaannya kepada Riska. Memohon agar Riska mau membantunya untuk menjauhkan sekretarisnya yang selalu mengejarnya.
"Kenapa nggak kamu tolak langsung sih Ga?" tanya Riska heran.
"Aku udah nolak dia berkali-kali, tapi dianya saja yang bermuka tebal, tidak tahu malu."
"Lalu aku bisa bantu kamu apa?"
Angga kemudian menjelaskan rencananya untuk menghempaskan sekretarisnya yang bernama Siska. Begitu mendengar penjelasan Angga, Riska sontak langsung berdiri dan menggebrak meja.
"Kamu gila ya," ucap Riska sambil memukul Angga dengan tasnya.
"Aw, aw, berhenti Riska," ucapnya sambil menahan tangan Riska agar berhenti memukulnya. "Kali ini saja, kamu tolongin aku ya," ujar Angga.
Melihat tatapan putus asa sahabatnya, Riska akhirnya memutuskan untuk membantu Angga.
"Ok, aku bantu, tapi cuma kali ini saja. Tidak ada lain kali," ucapnya final.
" ok, nggak masalah," ucap Angga tersenyum.
*
Yang tidak Riska sangka adalah, Angga memintanya untuk memakai lingerie yang sangat seksi menurutnya. Jika Riska tahu akan disuruh memakai lingerie, Riska tidak akan menyetujui untuk membantu Angga.
Angga menarik Riska memasuki kamarnya, membiarkan Riska untuk berganti pakaian. Tidak bisa disebut pakaian sebenarnya, karena itu sebuah lingerie berwarna hitam yang akan menunjukkan lekukan tubuh Riska saat dia memakainya.
"Kamu ganti ya Ris, kali ini saja. Aku janji nggak akan ada lain kali," pinta Angga. Angga kemudian keluar dari kamarnya, untuk membukakan pintu.
Riska menatap kepergian Angga dengan cemberut. Biar bagaimanapun, sedekat apapun mereka, Riska tetap mempunyai rasa malu, apalagi jika harus memakai pakaian kurang bahan seperti yang di tangannya.
"Ah, aku pakai ini saja," gumamnya sambil mengambil kemeja Angga di lemari. Melempar lingerie yang diberikan Angga padanya tadi.
Tidak butuh waktu lama, Riska mengganti pakaiannya dengan kemeja milik Angga.
"Ini lebih baik," ucapnya sambil melihat dirinya yang memakai kemeja Angga yang kebesaran di badannya. Riska menatap pantulan dirinya di cermin. Kemeja yang kebesaran cukup untuk menutupi setengah dari pahanya.
Melihat jika kemeja Angga bisa sampai setengah pahanya, Riska memutuskan tidak akan memakai celana. Riska hanya akan menggunakan dalaman saja. Apalagi ini untuk membuat sekretaris Angga menyerah padanya.
Saat sedang bercermin, Riska mendengar suara ribut di luar. Sudah pasti itu Angga dan sekretarisnya. Dengan penuh percaya diri Riska lalu mengacak-acak rambutnya, mengusap lipstiknya hingga belepotan di pipinya, membuka dua kancing kemeja bagian atas, sehingga membuat bahunya sedikit terekspos.
"Sempurna," ucapnya sambil berkaca melihat penampilannya sekali lagi.
Riska membuka pintu kamar, membuat Siska dan Angga yang sedang duduk di sofa langsung menoleh padanya.
Mereka menatap dengan pandangan yang berbeda.
"Siapa wanita itu, kenapa berpenampilan seperti itu, apalagi dia baru keluar dari kamar Angga. Tunggu, kamar Angga," batin Siska berkecamuk saat melihat Riska keluar dari kamar Angga dengan berpenampilan berantakan seperti itu.
"Tidak kusangka, Riska bisa terlihat sangat cantik dan seksi di saat yang bersamaan. Tunggu, dia tidak memakai lingerie yang kuberikan, tapi dia memakai kemejaku," batin Angga, menilai penampilan Riska yang malah terlihat sangat seksi di matanya.