Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
5.0
Komentar
2.9K
Penayangan
15
Bab

Menikah dengan laki-laki yang tidak di cintai adalah hal yang tidak pernah terpikirkan oleh Adiba Syafira, pernikahan impian yang dulu sering ia bayangkan, kini hanya tinggal kenangan dan angan-angan saja. Laki-laki yang ia kira sangat mencintainya, dengan tega pergi meninggalkannya di hari pernikahan yang sudah lama mereka rencanakan. Bagai tersambar petir, itulah yang Adiba rasakan saat ini. Hari yang seharusnya menjadi momen terindah dalam hidupnya, harus hancur seketika ketika ia mengetahui kalau laki-laki yang menjabat tangan ayahnya saat akad nikah, bukanlah orang yang dia cintai, bahkan dalam khayalan saja, ia tidak pernah membayangkan kalau Devandra Abiansyah akan menjadi suaminya

Bab 1 MENIKAH

Part 1

"Ananda Devandra Abiansyah saya nikahkan engkau dengan putri saya Adiba Syafira dengan mas kawin uang 100 juta rupiah dibayar tunai," ujar Ayah Dani.

"Saya terima nikah dan kawinnya Adiba Syafira untuk saya dengan mas kawin tersebut dibayar tunai," Devan dengan lantang mengucapkan ijab kabul di depan penghulu dan di saksikan oleh semua tamu undangan yang hadir di acara pernikahannya.

"SAH...."

Adiba yang baru saja selesai dirias oleh mua, menoleh ke pintu kamar yang sedikit terbuka, samar-samar ia mendengar suara ayahnya yang sedang melaksanakan ijab kobul.

Bagai tersambar petir, itulah yang Adiba rasakan ketika ia mendengar suara mikrofon menggema memenuhi seluruh penjuru gedung yang megah ini menyebutkan nama Devan sebagai calon pengantin laki-laki yang akan menikah dengannya.

Terkejut, kecewa dan marah, hanya itu yang sekarang Adiba rasakan. Kini semuanya telah terjadi, ijab kabul sudah selesai dilaksanakan dan sekarang Devan sudah sah menjadi suaminya.

'Ya Allah, apa yang terjadi? Kenapa suara itu bukan suara Mas Riza dan nama laki-laki itu juga bukan ...,' gumam Adiba.

Jantung Adiba berdetak sangat kencang, setelah ia mendengar kata sah sangat jelas di telinganya. Adiba segera berlari keluar kamar dan menuruni tangga dengan sangat terburu-buru, ia ingin segera memastikan apa yang baru saja didengarnya.

Berbagai macam pertanyaan memenuhi isi kepala Adiba, air mata yang sedari tadi ia tahan agar tidak pecah, akhirnya tidak bisa di bendung lagi, ketika netranya menyaksikan sendiri kalau Devanlah yang sedang menjabat tangan ayahnya, bukan Riza orang yang sangat ia cintai.

"Berhenti!" teriak Adiba, setelah ia sampai di meja tempat Devan dan ayahnya melaksanakan ijab kobul.

Semua yang ada di sana menoleh pada Adiba, tatapan bingung dan terkejut terlihat jelas di wajah para tamu undangan yang melihat kedatangannya.

"Adiba!" Ayah Dani menghampiri putrinya.

"Kenapa bisa jadi seperti ini, Ayah? Di mana Riza? Kenapa Devan yang ada di sini?" tanya Adiba.

Rentetan pertanyaan yang sedari tadi ada di benak Adiba, akhirnya lolos dari bibirnya, bersamaan dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipinya.

"Sayang, dengerin penjelasan Ayah dulu, Nak!" Ayah Dani meraih tangan Adiba.

"Penjelasan apa, Ayah?" Adiba terisak.

Hati Adiba benar-benar hancur, ia benar-benar kecewa kepada ayahnya, bahkan ia tidak mengerti kenapa bisa Devan yang menikah dengannya.

"Kenapa kamu ada di sini Devan? Kemana Mas Riza?" Adiba menoleh pada Devan yang ada di samping ayahnya.

"Sabar, Nak! Jangan seperti ini, Adiba! Jangan merusak hari bahagiamu, Nak!" Bunda Ririn mencoba menenangkan putrinya itu. (Bundanya Adiba)

Adiba menatap Bundanya, terlihat air mata bunda juga sudah membasahi wajahnya.

"Bunda bilang Diba harus sabar, iya? Bunda tau enggak apa yang sekarang Diba rasakan? Diba kecewa pada kalian semua!" sarkas Adiba.

Dada Adiba kini terasa sangat sesak, ia juga merasakan sakit ketika mengingat betapa teganya mereka melakukan semua ini kepadanya.

"Ikut saya, kita bicara di kamar! Saya akan menjelaskan semuanya," Devan menarik tangan Adiba menuju kamar tempat di mana tadi Adiba menunggu kedatangan calon pengantin laki-laki.

Adiba mengikuti langkah Devan tanpa penolakan sedikitpun, rasa sakit semakin terasa ketika ia mengingat kalau laki-laki yang kini ada di depannya dan sedang menarik tangannya adalah suaminya.

Di kamar, Devan masih belum juga membuka suaranya, padahal sudah hampir sepuluh menit ia dan Adiba berada di sini. Devan hanya terdiam dan menatap Adiba yang semakin terisak, ia benar-benar bingung harus mulai darimana menjelaskan semuanya pada Adiba.

"Jelaskan semuanya, Devan!" pinta Adiba.

"Baik, Mbak! Saya akan menjelaskan semuanya," ujar Devan, "tapi, saya mohon, setelah Mbak tau yang sebenarnya, kita harus tetap melanjutkan pernikahan ini," pinta Devan memohon.

Adiba menyernyitkan dahinya, mendengar permintaan Devan barusan, membuat ia merasa bertambah kesal. Bagaimana bisa ia harus melanjutkan pernikahan ini dengan laki-laki yang tidak pernah ia cintai sama sekali, bahkan ia tidak pernah berpikir untuk menikah dengannya.

"Maksud kamu apa?" Adiba menatap tajam Devan.

"Saya enggak mau jadi duda kembang, Mbak!" celetuk Devan.

"Apa? Mana ada duda kembang, yang ada itu janda kembang, Devan!" decak Adiba.

Devan benar-benar aneh, kenapa dia bisa memikirkan hal yang tidak masuk akal seperti itu disaat sedang serius seperti ini.

"Saya enggak mau membuat keluarga saya malu, Mbak! Kalau kita membatalkan pernikahan ini, keluarga Mbak juga pasti akan malu," ujar Devan lirih.

Adiba melirik Devan yang sedang menundukan wajahnya, terlihat maniknya sudah berkaca-kaca. Devan mengalihkan pandangannya untuk menghindari tatapan Adiba, mungkin ia tidak mau kalau Adiba melihatnya sedang menangis.

"Aku enggak mau!" tolak Adiba.

"Saya mohon, Mbak! Tolonglah, jangan hanya memikirkan perasaan Mbak Diba saja, pikirkan juga perasaan keluarga Mbak, keluarga saya," Devan mebatap Adiba.

Kini Adiba bisa melihat wajah Devan, masih ada bekas air mata yang baru saja dihapus dari pipinya. Adiba terdiam, ia memikirkan apa yang baru saja Devan katakan kepadanya.

"Baiklah! Aku akan melanjutkan pernikahan ini!" putus Adiba, "tapi, kamu juga harus menjelaskan semuanya kepadaku," pinta Adiba.

Devan tersenyum lega setelah mendengar apa yang baru saja Adiba katakan padanya. Meskipun, ia juga tau kalau Adiba melakukan semua ini hanya karena terpaksa.

"Iya, Mbak! Saya akan menjelaskan semuanya," Devan mengangguk, "acaranya sudah dimulai, semua tamu undangan juga pasti sudah menunggu kita, apa kita bisa kembali ke depan dan melanjutkan acaranya?" tanya Devan.

"Baiklah! Tapi, setelah acara selesai, kamu harus menjelaskan semuanya padaku," pinta Adiba.

"Saya akan menjelaskan semuanya, Mbak! Saya janji," tutur Devan.

~~~

Devan dan Adiba kini sudah kembali ketempat Devan melaksanakan ijab kabul beberapa menit yang lalu, keduanya menghampiri orang tua mereka yang sedang menunggu keputusan mereka.

"Bagaimana, Devan?" tanya Papa Andi dan Mama Yuli. (Orang tua Devan)

"Apa keputusanmu, Nak?" tanya Ayah Dani.

Devan hanya mengangguk sekilas, lalu ia dan Adiba menghampiri penghulu yang masih duduk di tempatnya tadi.

"Acara kita lanjutkan!" pungkas Devan, membuat semua yang ada di sana tersenyum lega.

Adiba dan Devan sedang menandatangani semua berkas-berkas pernikahan mereka, kini keduanya sudah benar-benar sah menjadi sepasang suami istri di mata agama dan negara.

"Sayang, maafkan Ayah, Ayah sudah membuat kamu kecewa," Ayah Dani memeluk putrinya.

"Adiba juga minta maaf ya, sudah membentak Ayah dan Bunda," papar Adiba, setelah ia melepaskan pelukan ayahnya.

Adiba menatap Bunda Ririn yang berdiri di samping ayahnya, lalu ia memeluknya dengan sangat erat.

"Maafkan Adiba, Bunda!" pinta Adiba.

"Bunda sudah memaafkan kamu, Sayang! Semoga kamu selalu bahagia ya, Nak!" Bunda Ririn mencium kening dan pipi Adiba.

***

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Calli Laplume
4.9

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku