5.0
Komentar
990
Penayangan
30
Bab

Blurb Sebuah sindikat perdagangan manusia, yang dipimpin oleh Andrey, berniat balas dendam terhadap rivalnya di masa lalu. Dengan menculik salah satu putri kesayangan Dicky Prasetyo seorang pengusaha kaya raya yang sukses. Andrey, sengaja mengulur waktu penyekapan Flamboyan Prasetyo hingga satu minggu, dengan harapan akan mendapat sejumlah uang tebusan dengan angka fantastik. Namun, ternyata sindikat tersebut salah sasaran, dengan menculik Flamboyan Prasetyo yang ternyata anak dari pembantu keluarga Dicky Prasetyo, yang sudah dirawatnya sejak kecil. Sedangkan target yang sebenarnya mereka incar adalah Kirana Prasetyo putri cantik Dicky Prasetyo yang mengalami difabel daksa, yang kebetulan saat penculikan terjadi dia sedang liburan bersama ibunya di luar kota. Bramastyo Hartawan kekasih Flamboyan Prasetyo berusaha untuk membebaskan kekasihnya, sebab sudah tiga hari Dicky Prasetyo yang berusaha melacak keberadaan putrinya pun tidak ada kabar beritanya. Demi nyawa Flamboyan Prasetyo yang berada di ujung tanduk, dan demi keselamatan calon mertuanya segala macam cara dia lakukan. Apa yang akan dialami Flamboyan Prasetyo ketika penculiknya tahu bahwa mereka salah sasaran? Dapatkah Bramastyo Hartawan menyelamatkan Flamboyan Prasetyo dan mencari keberadaan Dicky Prasetyo? Bagaimana cara Bramastyo menyelamatkan mereka? Bagaimana akhir kisah cinta Bramastyo dan Flamboyan? Nantikan kisahnya hanya di Salah Target.

Bab 1 Penyekapan

"Lepaskan! Tolooooong!" teriak seorang gadis muda kira-kira berumur dua puluh tahun.

Baru saja gadis itu membuka matanya, setelah entah berapa lama dia tidak sadarkan diri. Matanya menyapu setiap sudut ruangan yang pengap dan kurang pencahayaan.

Hening. Tak ada suara apapun. Bahkan tak ada orang lain, selain dirinya di ruangan yang hanya berukuran 3 x 3 meter itu.

Dari balik tirai gorden jendela yang ada di pojok ruangan itu, temaram warna orange masih tampak sedikit terlihat. Pertanda saat itu hari masih sore.

Kembali netranya mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan. Ketika dirasa aman, perlahan dia menggeser tubuhnya, walau dengan kedua tangan yang terikat di belakang.

Tubuhnya terasa lemas tidak bertenaga. Kerongkongannya terasa kering. Tiba-tiba terdengar perutnya berbunyi.

Kruuuk! Kruuuk! Kruuuk!

Cacing-cacing di dalam perutnya, mungkin sedang mengamuk karena entah berapa lama perutnya tidak terisi makanan.

Di saat gadis itu mencoba menggeser tubuhnya, untuk sedikit merapat ke samping dipan yang berada di depannya, ada bagian lengan yang terasa perih, seperti disayat benda tajam.

Dalam remang cahaya lampu yang hanya lima watt, dia melihat ada luka sayatan kira-kira berukuran sepuluh centimeter.

Lengan atasan setelan piyamanya, motif bunga-bunga, warna merah muda, yang dia pakai pun sobek sepanjang luka itu.

Tiba-tiba dia merasa kepalanya nyut-nyutan. Begitu berat, pusing, dan matanya berkunang-kunang. Berulang kali gadis itu mengerjapkan matanya. Terasa ada yang mengganggu pandangannya.

Saat itu dia tersadar, di pelipis matanya pun ternyata bengkak. Seperti terbentur benda tumpul. Sayang, tangannya sedang terikat, sehingga dia tidak mampu meraba seberapa besar bengkak di matanya dan seberapa parah luka di lengannya.

Dari cermin di depan dipan yang saat ini tepat berada di hadapannya, dia melihat pelipis matanya lebam berwarna biru keungu-unguan. Benjolan kecil itu sangat mengganggu pandangannya.

"Sebenarnya aku di mana? Siapa yang membawaku? Apa motifnya? Mengapa?" gumamnya.

Berbagai pertanyaan tiba-tiba memberondong di benaknya, yang tak mampu dia jawab. Keningnya mengkernyit, mengingat-ingat kembali kejadian terakhir malam itu di kamarnya.

***

Malam itu hampir jam satu dini hari, saat dia tiba-tiba terbangun dan melihat sekelebat bayangan hitam mengendap-endap di samping kamarnya.

Di saat semua orang di rumah sudah terlelap, tiba-tiba mati lampu. Seketika gadis itu terbangun dari tidurnya.

Sebab dia dapat melihat sosok yang mengendap-endap itu, dari tirai gorden kamarnya yang mendapat pancahayaan dari sinar bulan. Kebetulan bulan menampakkan wajahnya, meskipun malam itu bukan malam bulan purnama.

Namun, dia yakin itu adalah sebuah kesengajaan. Karena dia melihat sorot lampu dari rumah tetangga yang masih menyala.

Biasanya dia tidur bersama kakak perempuannya. Namun, kakak perempuannya bersama ibunya sedang menghadiri undangan dari relasi bisnis ayahnya di luar kota.

Sengaja dia tidak ikut bersama mereka, karena esok pagi ada ujian semester di kampusnya. Belum selesai dia mengingat-ingat seluruh kejadian di malam itu, sebelum dia baku hantam dengan bayangan di malam itu, mendadak dia tersentak saat menyadari bahwa dia ada ujian akhir semester.

"Astaga! Sudah berapa lama aku di sini. Mengapa tidak ada orang sama sekali. Toloooong! Toloooong!"

Kembali gadis itu berteriak meminta pertolongan. Saat tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka, seorang laki-laki dengan kumis tebal, kira-kira berumur empat puluh lima tahun masuk.

Kulitnya sawo matang, rambutnya ikal agak gonrong tidak rapi, pakaiannya lusuh, pandangannya tajam, dan bengis. Laki-laki itu menyodorkan sepiring nasi beserta lauknya dan segelas air putih.

"Diam! Jangan berisik! Makan dulu agar kamu tak cepat-cepat sekarat. Menyusahkan saja!" kata laki-laki berkumis tebal itu.

"Siapa kamu! Lepaskan aku! Mengapa kalian menculikku!" ucap gadis itu sambil meronta-ronta minta dilepaskan.

"Jangan banyak bertanya! Jangan berisik! Segera makan makananmu! Atau kau kumampuskan sekarang!" bentaknya.

Laki-laki itu mendekat, gadis itu beringsut dari tempat duduknya. Dalam panik dia sempat terdiam lalu berpikir.

'Aku yakin, dia hanya disuruh seseorang. Malam itu aku melihat bayangan beberapa orang. Jadi, tidak mungkin dia berbuat macam-macam kepadaku. Kalau aku jual mahal, pura-pura tidak mau makan, dari mana aku mendapat kekuatan untuk melawan mereka dan melarikan diri. Ah, aku ikuti saja dulu permainan mereka,' ucap batinnya.

Gadis yang berani dan cerdas. Laki-laki berkumis tebal itu semakin mendekat, lalu berhenti ketika gadis itu menghentikan gerakannya.

"Stop! Jangan mendekat!" serunya.

"Aku mau membuka ikatanmu. Bagaimana kamu bisa makan, kalau tanganmu terikat. Goblok!" ucap laki-laki itu kasar.

Setelah ikatan di kedua tangan gadis itu terbuka, segera dia melahap makanannya. Untuk ukuran seorang gadis mungil sepertinya, satu piring penuh nasi dengan satu potong dada ayam goreng, tumis kacang panjang, dua perkedel dan satu gelas besar, air putih seharusnya tidak habis.

Namun, dia melahap habis semua makanan itu, hanya dalam waktu beberapa menit saja. Lahap sekali dia, seperti seorang yang satu minggu tidak makan.

"Rakus sekali kamu! Kamu anak seorang konglomerat, makan seperti pengemis kelaparan!" ucap laki-laki berkumis tebal, yang menunggui gadis itu makan.

"Aku lapar. Sudah berapa hari aku di sini. Lepaskan aku. Aku ada ujian akhir semester. Ini menentukan masa depanku. Tolonglah! Apa salahku!" pinta gadis itu.

"Persetan! Bukan urusanku!" ketusnya.

Setelah gadis itu selesai makan, laki-laki itu kembali mengikatnya.

"Tolong lepaskan aku! Jangan ikat aku lagi. Paling tidak obati dulu lukaku. Aku kesakitan. Sebenarnya apa yang kalian inginkan dariku?" rengek gadis itu, menurunkan nada bicaranya, dengan tatapan memohon yang terlihat memelas sekali.

Tanpa banyak bicara dan tidak memedulikan rengekannya, laki-laki berkumis tebal itu langsung keluar dari ruang itu, sambil membawa gelas dan piring bekas makan gadis itu.

Gadis itu mendengkus perlahan. Kecewa saat rengekannya tidak digubris oleh laki-laki berkumis tebal itu. Perutnya terasa begah karena kekenyangan.

Hal yang sama sekali belum pernah dia lakukan selama hidupnya, makan bagai orang kesetanan. Sambil meringis menahan sakit, dia beringsut dari tempat duduknya mendekati jendela satu-satunya di ruangan itu.

Tiba-tiba kembali pintu ruangan itu terbuka. Laki-laki dengan kumis tebal itu kembali masukke sana. Laki-laki itu melotot menyangka gadis itu hendak melarikan diri.

"Hooey ... brengsek! Mau ke mana kamu. Jangan pikir kamu bisa melarikan diri. Semua tempat ini dijaga ketat. Tubuhmu juga terikat. Jangan paksa aku berbuat kasar. Keparat!"

Laki-laki berkumis tebal itu segera masuk dan menyeret gadis itu kembali ke tengah ruangan di dekat dipan. Lalu dia mengeluarkan kotak P3K.

Meskipun ucapan dan perlakuan laki-laki itu kasar, telihat dengan telaten dia mengompres luka lebam di pelipis mata gadis itu, lalu memberi obat merah dan memakaikan kain perban.

Hal yang sama juga dia lakukan dengan luka di lengan gadis itu. Sebelum keluar, kembali laki-laki itu mengancam dengan kata-kata kasar.

"Jangan macam-macam! Atau kau akan membusuk di ruangan ini selamanya. Aku bisa saja menghabisi nyawamu kapan saja aku mau. Tapi nyawamu terlalu berharga. Akan kutukar nyawamu dengan sebuah pulau berikut ratusan gadis cantik yang akan menghiburku setiap hari. Hahaha!"

Tawa laki-laki itu sungguh menjijikkan. Ingin rasanya gadis itu meludahi wajahnya. Setelah semua beres, kembali laki-laki itu melangkah keluar dan mengunci pintu ruangan itu rapat-rapat. Sayup-sayup terdengar percakapan laki-laki itu dengan seseorang melalui sambungan telepon.

"Sebenarnya siapa mereka? Apa maksud mereka menculikku?" gumamnya

***

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Dwi Hastuti01

Selebihnya

Buku serupa

Patah Hati Mendatangkan Pria yang Tepat

Patah Hati Mendatangkan Pria yang Tepat

Renell Lezama
5.0

Tunangan Lena adalah pria yang menyerupai iblis. Dia tidak hanya berbohong padanya tetapi juga tidur dengan ibu tirinya, bersekongkol untuk mengambil kekayaan keluarganya, dan kemudian menjebaknya untuk berhubungan seks dengan orang asing. Untuk mencegah rencana jahat pria itu, Lena memutuskan untuk mencari seorang pria untuk mengganggu pesta pertunangannya dan mempermalukan bajingan yang selingkuh itu. Tidak pernah dia membayangkan bahwa dia akan bertemu dengan orang asing yang sangat tampan yang sangat dia butuhkan. Di pesta pertunangan, pria itu dengan berani menyatakan bahwa dia adalah wanitanya. Lena mengira dia hanya pria miskin yang menginginkan uangnya. Akan tetapi, begitu mereka memulai hubungan palsu mereka, dia menyadari bahwa keberuntungan terus menghampirinya. Dia pikir mereka akan berpisah setelah pesta pertunangan, tetapi pria ini tetap di sisinya. "Kita harus tetap bersama, Lena. Ingat, aku sekarang tunanganmu." "Delon, kamu bersamaku karena uangku, bukan?" Lena bertanya, menyipitkan matanya padanya. Delon terkejut dengan tuduhan itu. Bagaimana mungkin dia, pewaris Keluarga Winata dan CEO Grup Vit, bersamanya demi uang? Dia mengendalikan lebih dari setengah ekonomi kota. Uang bukanlah masalah baginya! Keduanya semakin dekat dan dekat. Suatu hari, Lena akhirnya menyadari bahwa Delon sebenarnya adalah orang asing yang pernah tidur dengannya berbulan-bulan yang lalu. Apakah kesadaran ini akan mengubah hal-hal di antara mereka? Untuk lebih baik atau lebih buruk?

Pemuas Nafsu Keponakan

Pemuas Nafsu Keponakan

kodav
5.0

Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?

Perhitungan Pahit Seorang Istri

Perhitungan Pahit Seorang Istri

Gavin
5.0

Suamiku, Banyu, dan aku adalah pasangan emas Jakarta. Tapi pernikahan sempurna kami adalah kebohongan, tanpa anak karena kondisi genetik langka yang katanya akan membunuh wanita mana pun yang mengandung bayinya. Ketika ayahnya yang sekarat menuntut seorang ahli waris, Banyu mengusulkan sebuah solusi: seorang ibu pengganti. Wanita yang dipilihnya, Arini, adalah versi diriku yang lebih muda dan lebih bersemangat. Tiba-tiba, Banyu selalu sibuk, menemaninya melalui "siklus bayi tabung yang sulit." Dia melewatkan hari ulang tahunku. Dia melupakan hari jadi pernikahan kami. Aku mencoba memercayainya, sampai aku mendengarnya di sebuah pesta. Dia mengaku kepada teman-temannya bahwa cintanya padaku adalah "koneksi yang dalam," tetapi dengan Arini, itu adalah "gairah" dan "bara api." Dia merencanakan pernikahan rahasia dengannya di Labuan Bajo, di vila yang sama yang dia janjikan padaku untuk hari jadi kami. Dia memberinya pernikahan, keluarga, kehidupan—semua hal yang tidak dia berikan padaku, menggunakan kebohongan tentang kondisi genetik yang mematikan sebagai alasannya. Pengkhianatan itu begitu total hingga terasa seperti sengatan fisik. Ketika dia pulang malam itu, berbohong tentang perjalanan bisnis, aku tersenyum dan memainkan peran sebagai istri yang penuh kasih. Dia tidak tahu aku telah mendengar semuanya. Dia tidak tahu bahwa saat dia merencanakan kehidupan barunya, aku sudah merencanakan pelarianku. Dan dia tentu tidak tahu aku baru saja menelepon sebuah layanan yang berspesialisasi dalam satu hal: membuat orang menghilang.

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku