/0/24927/coverorgin.jpg?v=09a6b4ac3c49d9c142eca1406092c220&imageMogr2/format/webp)
Seorang wanita berusia dua puluh lima tahun dengan gaya hijab pasmina serta blouse dan rok midi sedang memandang jenuh pemandangan di depannya. Bibir yang tampak merah pekat mengerucut kesal.
"Mengapa kau memilih tempat ini?" tanya seorang istri kepada suaminya yang sedang menikmati pemandangan ladang gandum di depannya.
"Memangnya kau tidak suka? aku rasa tempat ini sangat indah. Aku tidak sabar menunggu malam tiba. Mungkin aku bisa melihat langit dengan bintang bertaburan," kata laki-laki itu dengan bola mata misterius dan bulu mata yang lentik.
"Bagaimana bisa aku menyukai tempat seperti ini?" kesal wanita bernama Bilqis ini.
Irlan suaminya hanya diam tak menggubris kalimat perempuan cantik itu.
"Di sini terlalu sepi, bahkan lebih banyak nyamuk dari pada manusia!" gerutu Bilqis sembari melayangkan telapak tangannya ke udara. Karena nyamuk telah mengganggunya.
"Permisi, ini ada buah melon," seru lelaki berbaju lusuh yang merupakan pelayan dari penginapan kecil ini.
"Oh ya silahkan taruh saja di meja!" ucap Irlan dengan ramah hingga lesung pipinya terlihat cukup manis.
"Ini buah segar, baru saja saya memetiknya. Selamat menikmati," kata bapak itu seraya meletakkan piring yang berisi irisan melon di atas meja lalu pergi dengan sopan.
"Ya tuhan!" ujar Bilqis dengan wajah sedih. Kedua tangannya menutup wajah moleknya.
"Ada apa denganmu?" tanya sang suami sambil tangannya mencomot irisan melon lalu memakan sekali suapan.
"Kau lihat tadi penampilan bapak itu? dia terlihat lusuh. Aku tidak bisa membayangkan jika tangannya kotor dan langsung menyiapkan makanan itu," Bilqis melihat piring di atas meja itu dengan jijik.
"Ya tuhan! bisakah kau bersikap wajar layaknya manusia normal?" Irlan mendekati istrinya dengan memegang irisan melon.
Sang istri mengerutkan dahi dengan tindakan Irlan.
"Ini makanlah!" melon di depan mulut Bilqis telah datang. Si empunya bibir merah telah melotot tajam di depan pria hidung manjung itu.
“Ah yasudahlah jika tidak mau!” seru Irlan dengan sigap memakan melon di tangannya.
“Lebih baik aku ke kamar saja dan bermain ponsel.” ucap Bilqis langsung melangkah pergi. Hingga sepatu boot miliknya terdengar.
Diam-diam Irlan menatap kepergian Bilqis dengan kecewa. Mungkin bisa dibilang sedih. Entah bagaimana cintanya tidak kunjung tumbuh kepada gadis itu. Ia menikah karena desakan orang tua dan para kerabatnya. Bukan karena sebuah cinta.
Awalnya ia pasrah dan meyakini bahwa kelak ia akan mencintai Bilqis. Namun sampai detik ini pun benih-benih asmara tidak menyapa dirinya.
“Hei Irlan turunlah! Makan siang akan segera di mulai!” teriak seorang laki-laki yang merupakan teman bisnisnya dari lantai bawah.
Irlan yang berdiri di balkon sontak memandang ke bawah. Tawa kecil Irlan terdengar saat beberapa teman bisnisnya berteriak keras mengajak Irlan turun.
Tanpa pikir panjang ia turun ke bawah. Sampai di tempat itu hidung Irlan mencium aroma yang begitu sedap.
Daging bakar begitu menggoda selera makannya. Di sebuah karpet tersaji makanan berupa kebab dan lainnya.
“Irlan Irlan kemarilah sang pebisnis keren! seorang temannya berucap riang.
Tangan kekar milik Zain merangkul Irlan dengan akrab.
“Kenapa kau tadi di atas terlihat melamun hah? Apa kau sedih? Apa yang perlu di cemaskan wahai Irlan. Semuanya sudah kamu miliki. Harta yang melimpah, restoranmu ada di seluruh kota dan kau mempunyai istri yang sangat cantik!” ujar Zain dengan melirik kepada teman yang lainnya. Kini semua orang tersenyum memandang Irlan.
“Siapa yang melamun? Aku hanya sedang menikmati suasana di pedesaan ini Zain,” jelas pria dengan rahang yang terlihat tegas di balut rambut tipis. Ia tertawa kecil kepada teman-temannya. Ia menyuguhkan perasaan palsu kepada semua teman-temannya.
“Hahaha bagus lah kalau begitu,” ucap Zain dengan menepuk pundak Irlan yang kekar.
“Aku juga mau wanita seperti Bilqis,” ujar kembali Zain dengan candanya.
Semua tertawa mendengar Zain mengucapkan itu.
“Ayo ayo makanlah!” ucap seorang bapak yang mirip wajahnya dengan pelayan yang mengantarkan melon untuk Irlan.
Kini semua orang duduk di sebuah tikar dengan mengelilingi makanan.
Sebuah teriakan terdengar di atas. Suara itu tentunya berasal dari kamar Irlan. Semua teman Irlan mendelik mendengar suara jeritan itu. Mereka khawatir. Sementara Irlan tahu bahwa itu suara istrinya. Bilqis pasti sedang ketakutan oleh seekor hewan.
Irlan mendengus kesal. Karena seharusnya ia sudah memasukkan makanan ke dalam mulut sekarang.
“Tunggu apa lagi? Pergi sana temui istrimu!” seru Zain dengan cepat.
Kaki Irlan segera berdiri dan berlari menuju lantai atas. Di tangga pun ia cepat menginjakkan kakinya. Dengan cepat ia melihat istrinya menangis sesegukan dan terdengar keras.
Dengan cepat Bilqis menubruk kepada suaminya. Irlan hanya melongo dengan tindakan sang istri.
“Bajuku kotor semua! Dua ekor ayam telah mengotorinya! mereka pasti buang air besar di bajuku,” rajuk Bilqis dengan frustasi. Ia menangis keras di dada bidang milik Irlan.
Mata Irlan melirik bosan. Ia menghembuskan nafasnya sejenak lalu melepas pelukan hambar itu.
“Tenangkan dirimu. Duduklah!” ucap Irlan dengan sabar ia mendorong wanita dengan wajah make up tebal itu agar duduk di atas ranjang.
Tangan Irlan menyentuh baju-baju yang menggantung di dalam lemari. Ia berkali-kali memeriksa apakah ada noda kotor yang menempel di baju istrinya.
“Tidak ada yang kotor Bilqis, kau lihat ini semuanya bersih. Tak ada kotoran ayam yang menempel,” jelas Irlan dengan memperlihatkan baju-baju di depan mata Bilqis.
“Tapi dua ayam itu mengenai bajuku. Bulu-bulu kotor mereka pasti menempel di bajuku. Aku tidak mau memakai baju itu. Tolong singkirkan sayang. Aku jijik sekali,” ucap Bilqis dengan kedua bahu terangkat dan raut wajah jijik.
Irlan segera melempar baju-baju itu di pojokan ruang kamar. Ia bergumam dalam hati kalau kelakuan istrinya sangat menyebalkan kali ini. Sudah jelas baju-baju itu masih wangi dan bersih.
“Sebaiknya kau turun dan makan siang, apa kau tidak lapar?” tanya Irlan dengan sungkan. Ia melihat istrinya dengan wajah muram.
“Sudahlah jangan bersedih! Kau bisa meminta pelayan di sini untuk mencucinya,” kata Irlan mendekati istrinya.
“Aku benar-benar kesal sekali hari ini! Huh!” seru Bilqis dengan kedua telapak tangan menggenggam keras.
“Aku akan turun untuk makan siang,” ucap Irlan dengan datar. Ia melangkahkan kakinya namun terhenti saat sang istri memeluk perutnya dari belakang.
“Aku bosan di sini, besok kita pulang saja ya?” wanita manja seperti Bilqis begitu membuat Irlan naik pitam, namun Irlan tetap bersikap sabar. Ia berbalik dan menatap wajah istrinya.
“Maaf sekali aku tidak bisa mengabulkan permintaanmu,” ucap Irlan membuat Bilqis cemberut berkacak pingngang.
Irlan berbalik kembali dan melangkah. Tepat di depan pintu keluar kamar ia menghentikan langkahnya saat sang istri memanggilnya dengan sebutan sayang.
/0/18408/coverorgin.jpg?v=fd930fe5ae9942c9b78ac478416969ef&imageMogr2/format/webp)
/0/16249/coverorgin.jpg?v=b38cfcaef48a5192f033c7cbb4620b0e&imageMogr2/format/webp)
/0/19807/coverorgin.jpg?v=7e8c6aec421b352f16d080836299290c&imageMogr2/format/webp)
/0/13319/coverorgin.jpg?v=8603278625dd8f6188ac17074885d3cf&imageMogr2/format/webp)
/0/6404/coverorgin.jpg?v=f14da70af12ac1562c813d35e01d2f2a&imageMogr2/format/webp)
/0/28807/coverorgin.jpg?v=4a3e4329d99f5f8a386fb53784ad4637&imageMogr2/format/webp)
/0/4269/coverorgin.jpg?v=0f6119a1e2e803d3bc9aa654eaf6c36e&imageMogr2/format/webp)
/0/19449/coverorgin.jpg?v=4d31b0e31059b4191b700f800bf00d57&imageMogr2/format/webp)
/0/19240/coverorgin.jpg?v=4679fe267bf6e8987784fa5d0f19f87c&imageMogr2/format/webp)
/0/5168/coverorgin.jpg?v=79b9005cb01a5264f8298e6bdffd90fd&imageMogr2/format/webp)
/0/4193/coverorgin.jpg?v=7015db8782cda68d196a0c4fe63039f5&imageMogr2/format/webp)
/0/3502/coverorgin.jpg?v=329e28e2f3fbcd0a44963e4f911b409c&imageMogr2/format/webp)
/0/7196/coverorgin.jpg?v=7592a2eb81064573854cf2324235abe9&imageMogr2/format/webp)
/0/10909/coverorgin.jpg?v=5122a39c4be9b04d20fc1c65de293bfa&imageMogr2/format/webp)
/0/5356/coverorgin.jpg?v=ffda3a761434a6526b416ab99b2fbf53&imageMogr2/format/webp)
/0/10098/coverorgin.jpg?v=76fa2e4069af95af0652da326c5a578a&imageMogr2/format/webp)
/0/2883/coverorgin.jpg?v=9916b1f5462d478626e3de862da36955&imageMogr2/format/webp)
/0/17014/coverorgin.jpg?v=1d98bce93c1c3b71e0890adca4a8cbe0&imageMogr2/format/webp)