Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
"Pria itu?" Alexa menundukkan kepalanya, setelah tak sengaja bertemu pandangan dengan netra berwarna abu muda, milik lelaki yang baru saja turun dari mobil.
"Kau benar-benar datang menepati janjimu, bocah kecil," ucap lelaki itu.
Ya. Alexandra menepati janjinya, setelah 2 tahun lalu, lelaki yang berada di hadapannya saat ini pernah menolongnya. Memberikan bantuan, untuk membantu perusahaan daddy-nya kembali bangkit.
Alexa sempat berpikir untuk menjual diri, demi mendapatkan uang dengan jumlah yang sangat besar, dalam waktu singkat. Untuk menolong perusahaan sang daddy, yang hampir saja disita oleh bank. Namun, dia sadar jika perbuatannya diketahui oleh media, bukan tidak mungkin perusahaan dan keluarganya akan tercoreng.
"Ya, aku datang. Terima kasih, sudah menolongku saat itu. Aku benar-benar tidak tahu jika saat itu tidak bertemu denganmu, Tuan Ef," kata Alexa.
Lelaki yang dipanggil Tuan Ef itu, menarik satu sudut bibirnya dan menatap Alexandra penuh maksud.
"Aku sudah yakin, kau adalah gadis yang bisa dipercaya," imbuh Ef.
Dua tahun yang lalu. Alexandra sangat frustasi, dia tidak ingin perusahaan keluarganya yang sudah dibangun jauh sebelum dirinya lahir, kolaps begitu saja akibat ditipu rekan bisnis daddy-nya. Saat itu juga, dia bertemu dengan lelaki yang usianya 15 tahun di atasnya, Ef.
Tanpa banyak pertanyaan, Ef langsung menawarkan bantuan apa pun yang sedang Alexa butuhkan.
"Apa dia benar-benar ingin membantuku?" batin Alexa.
Di dunia ini tidak boleh ada yang Alexa percaya. Begitulah pesan sang mommy, tetapi saat ini, Alexa sangat membutuhkan bantuan itu, Alexa pun memberitahu jumlah uang yang dia butuhkan.
"Itu sangat kecil untukku, aku akan memberikan cek untukmu," ujar Ef tanpa ragu.
"Sebelum itu, tanda tangan dulu di sini," kata Ef, memberikan selembar kertas kosong pada Alexa.
Alexa menerimanya, membolak-balikkan kertas kosong tersebut. Setelahnya dia menatap Ef, dengan keheranan.
"I-ini tidak salah, Tuan? Untuk apa aku tanda tangan di kertas yang kosong?" tanya Alexa.
"Tanda tangan saja atau aku tidak akan membantumu," kata Ef, membuat Alexa takut untuk menolaknya.
"Kau tidak perlu takut, saat ini aku belum memikirkan imbalan apa yang aku inginkan darimu," kata Ef.
"Imbalan?"
Ef tersenyum smirk, membuat Alexa sedikit tak nyaman. "Kau pikir, semua itu gratis? Jangan naif, di dunia ini tidak ada yang gratis, Alexa."
Alexa tidak tahu harus berbuat apa setelah mendengar ucapan Ef. Dia tidak bisa menolak, dia membutuhkan cek tersebut, untuk membantu perusahaan sang daddy agar tidak gulung tikar.
"Baiklah, aku akan tanda tangan," ucap Alexa, kemudian membubuhkan tanda tangannya di sana.
"Good girl. Sampai bertemu dua tahun lagi, di tempat ini, jam yang sama, bulan dan tanggal yang sama. Kau mengerti Alexa?" tanya Ef, yang dengan cepat Alexa angguki.
****
Saat ini, Alexa sudah berada di apartemen Ef, sesuai permintaan Ef.
"Kau benar-benar sangat penurut, Alexa. Duduklah!" pinta Ef, yang sejak kedatangan Alexa, Ef sudah duduk di sofa ruang tamu, dengan kedua kakinya yang berada di atas meja.
Alexa pun duduk di sebrang Ef, jantungnya berdegup kencang karena rasa takutnya. Dia belum pernah melakukan kerjasama apa pun dengan lelaki, apalagi usianya 15 tahun di atas Alexa.
"Sebenarnya ada apa, Tuan memintaku untuk datang ke sini?" tanya Alexa.
Ef menyerahkan satu lembar kertas yang sudah terisi dengan huruf. Memang tak banyak yang tertulis di dalam kertas tersebut, tetapi tetap membuat Alexa terkejut.
"Baca ini, ini adalah perjanjian kerjasama kita, yang pernah kamu tandatangani dua tahun yang lalu," ucap Ef.
Alexa mulai membaca lembar kertas tersebut.
"Pihak Pertama adalah Ef dan pihak kedua adalah Alexandra Johnson. Pihak kedua bersedia bekerjasama dengan pihak pertama, dan menuruti apa saja yang diperintahkan pihak pertama. Termasuk menjadi mata-mata dari Ef." Membaca perjanjian tersebut, sukses membuat kedua bola matanya membulat sempurna.
"Kapan aku menandatangani perjanjian ini?" Alexa tak merasa pernah menandatangani itu.
"Dua tahun yang lalu saat kau menandatangani kertas kosong ... dan inilah kontrak kerjasama kita," ucap Ef.
"Aku akan memberi tahu tugas awalmu. Kau sudah menyiapkan berkas-berkas yang aku minta?" tanya Ef.
Alexa mengangguk, kemudian menyerahkan berkas yang Ef minta. "Ini, Tuan."