Emily Wijaya adalah seorang gadis lugu yang hidupnya hanya mempunyai satu tujuan yakni balas dendam pada pimpinan perusahaan Alexander Group. Tapi siapa sangka jika tujuan awalnya membunuh itu malah berakhir dengan ia di nikahi oleh sang CEO. Bagiamana bisa? Kenapa alasannya? Yuk baca selengkapnya di cerita aku yang berjudul Istri Kesayangan Sang CEO
Seorang wanita berperawakan tubuh mungil, berat badan ideal cenderung kurus sebenarnya serta memiliki senyum sehangat matahari itu sedang berjalan di suatu parkiran kantor yang luas.
Semakin lama langkahnya menjadi seperti setengah berlari karena takut kalau terlambat di hari pertamanya interview, semakin ia percepat langkah kaki mungilnya itu ketika sampai di loby kantor.
Hari ini adalah hari di mana ia akan melakukan panggilan wawancara di perusahaan yang masuk lima besar di negara ini yakni ALEXANDER GROUP.
Semoga dia di terima kerja ya, tapi karena tergesa-gesa ia malah kurang fokus.
Dugh!
Si manis malah bertindak ceroboh dia tidak sengaja menabrak dada seseorang yang berjalan berlawanan arah dengannya. Tidak perlu menunggu lama karena anak ini memang dasarnya sopan dengan cepat ia pun meminta maaf, hingga pada saat pandangan mereka saling bertemu.
'Ah ... orang ini,' batin si gadis.
Seorang pria dewasa berusia berkisar tiga puluh tahunan. Berbadan tegap, tinggi serta berkulit tan. Si pria hanya melihat sekilas pada si gadis yang baru saja menabraknya tersebut.
"Maafkan atas kecerobohan saya, Tuan" ucap si gadis muda dengan sopan dan sedikit membungkukkan badannya.
Namun pria itu tidak memberikan tanggapan berarti. Dia hanya menatap datar tanpa seulas senyuman di wajahnya dan ia pun melanjutkan langkah yang sempat terhenti itu kembali, yang mana kemudian di ikuti pengawalnya. Membiarkan si gadis sendiri berdiri mematung tak suka.
"Cih_dasar manusia angkuh, apa-apaan tingkahnya tadi," gumam Mily pelan nyaris tanpa suara.
Namanya Emily Wijaya yang akrab di panggil Mily. Mily adalah seorang gadis yang memiliki hati penuh dendam pada seorang pria pimpinan perusahaan Alexander bernama Elgantara Alexander.
Umurnya masih begitu muda yakni baru menginjak dua puluh tahun. Tujuan hidupnya saat ini hanyalah satu yakni balas dendam, setelah keinginan itu terpenuhi mungkin tak ada lagi alasan untuknya untuk hidup lebih lama di dunia ini ibarat kata mati pun sudah siap.
Tujuan si gadis melamar pekerjaan di perusahaan ini tak lain dan tak bukan hanyalah untuk balas dendam, melenyapkan seorang pimpinan perusahaan Alexander.
Yah, balas dendam ... karena menurut Mily pria itulah penyebab kematian ke dua orangtuanya. Elgantara Alexander telah menghancurkan keluarganya secara harfiah.
Mungkin pria tadi tak mengenali si gadis karena sekarang ia telah sedikit banyak merubah penampilannya, yang dulu rambutnya bewarna coklat gelap sekarang menjadi hitam legam, lalu ia juga menambahkan kacamata tebal untuk melengkapi penyamarannya kali ini.
Hidup Emily yang dulu bisa di katakan impian banyak anak-anak di jamannya, nyaris sempurna. Memiliki Ibu yang lembut, perhatian serta penuh kasih sayang dan juga seorang ayah terbaik yang selalu memenuhi kebutuhan anak dan juga istrinya.
Namun semuanya berubah 180° ketika sang ayah melakukan kontrak kerja sama dengan seorang yang sangat berpengaruh di dunia bisnis saat itu.
Tak lama setelah kontrak kerja tersebut perusahaan ayahnya mengalami kebangkrutan, aset rumah di tarik paksa, belum lagi aset perusahaan yang entah bagaimana ceritanya malah berpindah tangan menjadi milik ALEXANDER GROUP.
Rumah megah serta mobil mewah tidak lagi mereka miliki, keluarga Emily mendadak menjadi miskin.
Singkat cerita pada akhirnya mereka tinggal di sebuah kontrakan mungil yang isinya tidak begitu buruk. Lalu apalagi kalau tidak menjalani kehidupan sederhana, di mana tidak ada lagi pembantu yang membantu mengerjakan pekerjaan rumah serta melayani mereka seperti dulu. Si kecil Emily mungkin kuat menanggungnya namun tidak untuk ibunya.
Sejak keluarganya jatuh miskin saat itu ibu Emily sering sakit-sakitan karena tidak terbiasa hidup susah. Ibu Emily yakni Ny. Sandra adalah anak dari keluarga yang kaya lalu menikah dengan ayah Emily bernama Wijaya.
Wijaya di berikan wewenang mengurus perusahaan turun temurun dari keluarga ibunya Emily. Karena tidak terbiasa melakukan pekerjaan rumah sendiri dan mungkin masih belum percaya bahwa sekarang mereka jatuh miskin, Sandra sering jatuh sakit.
Penyakit lamanya sering kambuh hingga akhirnya di suatu pagi beliau di temukan meninggal dalam keadaan tertidur, memang sejak awal sang ibu memiliki riwayat penyakit jantung.
Kematian sang ibu membuat Emily kecil dan ayahnya begitu terpukul. Wijaya menjadi pria yang suka sekali mabuk-mabukan, tak jarang beliau bisa marah-marah ga jelas kadang juga berteriak-teriak lalu menangis di malam yang sepi.
Hingga di suatu pagi tetangga kontrakan Emily menemukan Wijaya meninggal bunuh diri di ruang tamu dengan menenggak obat pembasmi nyamuk, saat itu Emily kecil masih sekolah.
Lalu Emily? Si kecil terpaksa harus rela hidup sebatang kara di rumah mungil itu sendiri, sebenarnya ia masih punya kiriman uang belanja yang entah dari mana itu di setiap bulannya.
Jadi meskipun tidak ada yang bekerja, si kecil Emily tetap bisa melanjutkan hidup sampai di usianya sekarang.
Setelah menjalani wawancara kemarin, beberapa hari kemudian si manis mendapatkan sebuah kiriman email yang menyatakan bahwa dirinya diterima bekerja di perusahaan itu, meski hanya sebagai office girl sih.
Karena pendidikannya hanya lulusan Sekolah Menengah Atas saja, hanya itulah posisi yang pas untuknya. orangtua Emily meninggal saat ia masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama, jadi untuk kuliah ia terbatas biaya, bisa makan setiap hari saja sudah beruntung.
Siang itu, tepatnya di hari ketujuh ia bekerja, si manis sedang menjalankan misi pertamanya yakni melenyapkan CEO perusahaan ini.
"I_ini minuman yang Tuan minta?" ucap terbata si manis yang gugup, tangannya yang bebas meletakan secangkir kopi di meja sang CEO dengan hati-hati.
Tanpa sepengetahuan sang pria, kopi itu telah di taruh racun oleh si gadis pada dasar cangkirnya, racun yang sangat-sangat sulit sekali terdeteksi, ia membelinya dengan harga mahal.
Hal ini telah ia rencanakan sematang mungkin, untuk berjaga-jaga saja mana bila waktu misinya berjalan lancar tak kan ada seseorang pun yang tahu bahwa lelaki depannya saat ini mati karena ulahnya.
"Hmb ... siapa namamu?" tanya Elga panggilan akrab Elgantara yang akan menyesap secangkir kopi hitam kesukaannya itu.
"Nama saya Mirna Tuan, pegawai baru."
'ayolah cepat minum sialan, lama sekali mana pakai acara tanya-tanya segala lagi,' monolog si manis menahan kesal.
Sepertinya sebentar lagi minuman beracun itu akan mengalir ke tenggorokannya namun siapa sangka mungkin karena sengaja atau kurang hati-hati si pria kopi itu malah tumpah.
"Saya bantu membersihkannya, Tuan," si manis berpura-pura panik seolah peduli padahal dalam hatinya menggerutu kesal bukan main.
"Akh ... " Emily meringis sakit.
Pria itu bertindak di luar dugaannya," aku bukan manusia bodoh asal kau tahu!"
Ucap Elga dengan pelan namun dengan tegas tepat berada di telinga si manis, sementara tangan besarnya menangkup dengan keras dagu mulus Mily.
"A_apa maksud Anda, saya tidak mengerti?"
Emily merasa panik bukan main, bagaimana ini aksinya untuk pertama kali terbongkar dengan mudahnya.
"Jangan berpura-pura bodoh, penyamaranmu mudah sekali di kenali, EMILY?" ucap sang pria sambil menekanan kata terakhir, senyuman miring tercetak di wajah tampannya saat ini.
Buku lain oleh Rose White
Selebihnya