Shania, seorang gadis berusia 19 tahun, rela mengorbankan masa mudanya untuk membiayai pengobatan ibunya. Suatu hari Shania terpaksa menerima tawaran uang dalam jumlah besar dari seorang CEO yang kejam. Shania rela menjadi budak hanya untuk menyelamatkan nyawa ibunya. Steven, CEO sebuah perusahaan limbah kimia, sangat menyayangi adiknya sehingga adiknya mengajukan permintaan yang konyol, dan Steven merasa sulit untuk menolaknya, terutama ketika adiknya mengancamnya. Steven yang alergi dengan wanita asing, kini harus menyetujui permintaan adiknya untuk menikahi seorang gadis muda. Namun, Steven memiliki seribu satu cara untuk mempersulit gadis tersebut dan menawarkan uang sebesar 1 milyar rupiah untuk biaya pengobatan ibunya serta memaksa gadis tersebut untuk menandatangani perjanjian kawin kontrak dengannya. Penasaran dengan kelanjutannya? Ikuti terus kisahnya...
"Kamu harus melunasi biaya pengobatan dan rawat berjalan, kalau tidak kami tidak bisa merawat ibumu di rumah sakit ini dan dengan terpaksa kami harus mengeluarkan ibu kamu dari sini!" ucap Mahen.
"Tapi, Dok. Aku belum mendapatkan uang sebanyak itu. Tidak bisakah, biarkan ibuku di sini dulu dan beri aku waktu untuk mencari uang?!" pinta Shania dengan tatapan memohon.
Air mata Shania tidak berhenti mengalir karena khawatir akan nasib sang ibu jika harus dikeluarkan dari rumah sakit ini. Dia belum sanggup kehilangan wanita yang satu-satunya dia miliki itu.
'Tapi aku harus ke mana? Leonard saja tidak bisa membantuku,' batin Shania.
"Secepatnya ya, agar kami bisa melanjutkan perawatan seperti biasa," ucap Carl menatap gadis malang itu.
Shania mengangguk lalu meninggalkan ruangan Carl dengan cepat. Dia mencoba memikirkan cara agar bisa mendapatkan uang ratusan dolar dengan cepat.
Shania Zeeburgh, gadis berumur 19 tahun. Saat ini sedang menjaga ibunya yang telah didiagnosa mengidapi kanker pankreas stadium 3.
Sejak sang ibu ditahan di rumah sakit, Shania tidak punya waktu untuk diri sendiri. Padahal pada awalnya, dia merupakan seorang anak gadis kaya dan manja. Dia tidak pernah melakukan pekerjaan apa pun hingga saat ayahnya meninggal dunia dan sang ibu berbaring di rumah sakit, merubah segala yang dia miliki.
"Secepatnya, aku harus secepatnya mendapatkan uang!" tekad Shania menggebu-gebu.
Shania mulai terpikir untuk mendatangi Johnsen - Adik dari mendiang ayahnya. Walaupun, Shania yakin pria tua itu tidak akan memberinya uang seperti yang dia harapkan.
"Tidak ada salahnya mencoba, lagi pula ke mana aku harus mencari uang sebanyak itu dalam waktu yang cepat? ujar Shania lirih seraya menghembuskan napasnya kasar. Mengingat wajah sang ibu, dadanya kembali seperti dihantam ribuan ton batu.
Sebelum Shania hendak pergi menemui sang paman, dia menyempatkan diri berpamitan dengan ibunya. Walaupun, wanita paruh baya itu masih tidak sadarkan diri di atas ranjang rumah sakit.
Shania berjalan kaki sambil memikirkan cara lain selain menemui sang paman. Entah kenapa rasanya sangat berat untuk bertemu dengan adik dari mendiang ayahnya itu?
Tiba-tiba Shania berhenti melangkah dan matanya menatap ke sebuah klub dan kasino yang sangat terkenal di kota itu.
"Mungkin aku sudah gila! Kenapa otakku mengatakan bahwa di dalam sana aku bisa mendapatkan uang yang banyak? Hah! Sudahlah lupakan saja." Gadis itu menggelengkan kepala, berusaha mengenyahkan semua pikiran yang ada di kepalanya.
Beberapa menit kemudian, kaki Shania tetap membawanya masuk ke dalam bangunan yang mewah itu.
Jujur saja, Shania merasa ingin muntah ketika masuk ke dalam bangunan itu karena dari bagian luar saja, bau aroma nikotin sangat kuat hingga menusuk ke dalam indera penciumannya.
'Tolong, seseorang beritahu aku, apa yang aku lakukan ini salah, tetapi mau ke rumah paman juga pasti sia-sia. Ck!' batin Shania sambil berdecak.
Tiba-tiba seorang pria bertubuh gempal dan berkumis tebal menyenggol pundak Shania.
"Eh, maaf, Adik. Paman tidak sengaja," ucap pria itu dengan nada yang lembut.
"Ah, tidak apa-apa. Salah aku juga tidak melihat jalan," sahut Shania memaksakan senyum dan sedikit menjauh dari lelaki itu.
"Oh ya ...," pria itu menelisik penampilan Shania. "Adik mau ke mana? Tempat ini tidak cocok untuk gadis secantik Adik," lanjut pria itu.
"Eh, er ... aku, aku mau mencari kerja di sini paman," jawab Shania dengan polos.
Pria itu langsung membulatkan matanya lalu menatap Shania dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Ikuti Paman." Pria itu menarik tangan Shania lalu membawanya ke ruangan yang terdapat banyak gadis cantik.
"Kau bertemu dengan orang yang tepat!" ucap pria itu.
Kini, Shania berada di dalam ruangan yang dipenuhi oleh gadis cantik dengan pakaian yang sangat-sangat terbuka. Shania menelan saliva dengan susah payah, merasa bahwa kini dirinya benar-benar tak memiliki jalan keluar.
'Aku pasti sudah gila!' batin Shania.
* * *
"Sean, aku ingin menemui temanku. Kau bisa langsung pulang setelah selesai," ucap Steven.
"Baik, Tuan," sahut Sean
Steven berlalu pergi meninggalkan Sean yang masih menyelesaikan beberapa pekerjaan lagi. Dia sudah berjanji bersama teman-temannya untuk bertemu di klub ternama di kota ini.
Steven Kent pria dewasa berumur 34 tahun merupakan seorang pengusaha dalam bidang limbah kimia. Setelah beberapa bulan sibuk di meja kerjanya, Steven sengaja mengosongkan jadwal hari ini untuk meluangkan waktu sembari bertemu teman-teman lama.
Singkatnya, kini Steven berada di ruang vip duduk bersama ke tiga teman lamanya. Mereka berbagi cerita seperti para pria lajang pada umumnya.
"Eh, kalian tahu tidak? Paman Max punya anak buah baru dan dia sangat-sangat cantik!" ujar teman Steven yang bernama Gerald.
"Kau kalau hal-hal seperti itu selalu dapat informasi yang cepat," sindir pria bernama Bernard pula seraya memutar bola matanya malas.
"Aku penasaran," sahut Steven tersenyum miring.
"Wah, cepat, Ger! Kau harus menyuruh paman Max untuk mengirim anak buahnya yang baru itu ke sini karena Stev sudah mulai penasaran," ujar pria terakhir yang bernama Carry dengan nada sindiran.
"Ok baik!" Gerald langsung membuat panggilan ke nomor paman Max yang merupakan pemilik klub dan kasino itu.
Pintu ruang vvip mereka diketuk, dengan cepat Gerald membuka pintu ruangan mereka dan terlihat paman Max lebih dulu masuk dan di susuli dengan seorang gadis yang terlihat begitu cantik.
Steven tersentak, dia mengerutkan dahinya karena dia mengenali gadis yang bersama paman Max itu.
'Shania? Kenapa dia bisa di sini? Kenapa aku tidak mengetahui tentang hal ini,' batin Steven menatap Shania tak berkedip.
"Silakan, Nia!" ucap Max lalu meninggalkan gadis itu di dalam ruangan VIP.
"Selamat malam, sebelum saya mulai menemani tuan-tuan sekalian, saya harus beritahu bahwa siapa pun pelanggan saya, akan saya kenakan bayaran yang tinggi. Apakah Anda mampu tuan-tuan?" ucap Shania yang dipanggil Nia oleh Max.
"Wow, baru kali ini wanita klub yang menawar harga dirinya sendiri dengan tinggi. Hebat!" ejek Bernard dengan menepuk tangan.
"Apakah kau masih tersegel?" tanya Gerald seraya tersenyum mengejek.
"Iya, Tuan," jawab Shania percaya diri, tetapi jari-jari tangan yang saling meremas satu sama lain dengan keringat dingin mengucur. Menandakan bahwa gadis muda itu sedang gugup
"Buktinya?" timpal Bernard ikut menyambung.
"Apa kau ingin tidur denganku?" Shania kembali melontarkan pertanyaan dengan raut wajah yang serius.
Pertanyaan Shania membuat Steven dan Carry kompak terbatuk-batuk. Steven langsung menatap tajam ke arah Shania.
"Kau sungguh berani gadis kecil!" ujar Carry geleng-geleng kepala.
"Kenapa tidak?" tantang Shania serius.
"Baiklah, aku sanggup membayarmu. Jika kau mau tidur denganku," ucap Steven.
Ucapan Steven tadi membuat ketiga temannya kompak menoleh ke arah lelaki itu. Baru kali ini mereka mendengar ucapan pria hidung belang keluar dari mulut Steven.
"Stev, kau serius?" tanya Carry.
"Baiklah, tetapi aku mau menegaskan bahwa harga diriku sama sekali tidak cocok dengan dirimu," sahut Shania.
'Sepertinya, aku pernah melihat pria ini, tetapi di mana?' ucap Shania dalam hati.
Steven tersenyum miring lalu berdiri dan berjalan mendekati Shania. Tanpa banyak berkata lagi, Steven langsung menarik tangan Shania untuk membawanya keluar dari dalam ruangan itu.
"Kau hendak membawaku ke mana?! tanya Shania kesal karena lelaki itu menariknya dengan kasar.
"Menidurimu!" sahut Steven dengan serius, tetapi ekspresi wajah santai.
'Sial! Aku gali lobang untuk diriku sendiri. Habislah aku kali ini!'
Bersambung ..
Bab 1 Jual di-ri
29/10/2024
Bab 2 Menikah !
29/10/2024
Bab 3 Dendam
29/10/2024
Bab 4 Kontrak
29/10/2024
Bab 5 Salahpaham atau
29/10/2024
Bab 6 Sesuatu yang mengejutkan
30/10/2024
Bab 7 Dibu-nuh
30/10/2024
Bab 8 Pura-pura
30/10/2024
Bab 9 Sebuah rencana
30/10/2024
Bab 10 Kaget
30/10/2024
Buku lain oleh Gabby
Selebihnya