Istri Kontrak Sang CEO Dingin

Istri Kontrak Sang CEO Dingin

Isna Auliya Riyadi

5.0
Komentar
7K
Penayangan
37
Bab

Hana terdesak oleh masalah keuangan keluarganya, hingga ia menerima tawaran pernikahan kontrak dari Ray, seorang CEO tampan yang memerlukan istri pura-pura demi menyelamatkan reputasinya. Kesepakatan mereka jelas tanpa cinta, tanpa perasaan. Namun, seiring waktu, benih cinta mulai tumbuh di antara mereka. Ketika rahasia kelam dari masa lalu Ray dan ancaman dari pesaing bisnisnya muncul, Hana dan Ray dihadapkan pada pilihan sulit. Apakah cinta mereka cukup kuat untuk bertahan di tengah semua kepalsuan?

Bab 1 Beban berat di pundak Hana

Matahari baru saja muncul di balik gedung-gedung tinggi di kota Jakarta. Udara pagi masih sejuk, tetapi Hana Putri sudah terjaga sejak dini hari. Ia berdiri di depan jendela kecil rumah sederhana yang ditinggalinya bersama keluarganya. Pikirannya jauh melayang, terbelenggu oleh masalah yang tak kunjung menemukan jalan keluar. Setiap detik terasa seperti beban berat yang menghimpitnya.

Hana, seorang gadis sederhana berusia 24 tahun, telah menjalani hidup yang jauh dari kemewahan. Sejak kecil, ia terbiasa dengan segala kekurangan dan berusaha untuk tidak terlalu mengeluh. Namun, kali ini keadaan terasa jauh lebih berat. Beban keluarga seolah sepenuhnya berada di pundaknya. Ayahnya, Aldiansyah, sakit keras. Penyakit jantung yang sudah lama dideritanya semakin parah. Biaya pengobatan yang terus menumpuk membuat keluarga mereka jatuh dalam kubangan hutang. Ibu Hana, Linasari, yang selama ini menjadi tiang penopang keluarga, kini juga tak berdaya. Dengan penghasilan Hana sebagai pegawai administrasi yang pas-pasan, tidak mungkin baginya menutupi semua biaya rumah sakit yang membengkak.

Hari itu, Hana baru saja pulang dari rumah sakit setelah menemani ayahnya menjalani pemeriksaan. Biaya rawat inap dan operasi yang diperlukan sangat besar, dan mereka sudah terlilit hutang di sana-sini. Hatinya perih melihat sang ayah terbaring lemah di ranjang rumah sakit, wajahnya pucat dengan selang-selang infus yang menempel di tubuhnya. Setiap detik terasa menyakitkan saat ia menyadari tak banyak yang bisa ia lakukan untuk menyelamatkan ayahnya.

Hana menarik napas panjang, berusaha meredakan kegelisahan yang bergelayut di hatinya. Ia menatap keluar jendela, mengamati kendaraan-kendaraan yang berlalu lalang di jalanan kota yang sibuk. Semua orang tampak tergesa-gesa dengan urusan masing-masing, sementara dunia Hana terasa seolah berhenti. Semua pikiran dan tenaganya tersita untuk mencari solusi bagi masalah keluarganya.

Di dalam kamar belakang, Lina duduk di kursi tua, wajahnya terlihat lelah dan kusut. Matanya kosong, memandangi lantai tanpa arah. Hana tahu, ibunya juga sedang dalam keadaan yang sangat tertekan, tetapi ia tetap berusaha tampak tegar di depan Hana.

"Ibu, kamu sudah makan?" tanya Hana, mencoba memecah kesunyian.

Lina menoleh dan tersenyum lemah. "Ibu baik-baik saja, Nak. Ibu hanya memikirkan ayahmu. Bagaimana nanti biayanya? Rumah sakit bilang kalau kita tidak bisa melunasi pembayaran minggu ini, mereka tidak akan memberikan perawatan lebih lanjut."

Hana merasakan jantungnya mencelos. Ia sudah mendengar hal itu dari dokter, tetapi mendengarnya lagi dari mulut ibunya membuat kenyataan itu semakin menyesakkan.

"Aku akan cari cara, Bu. Aku janji," ucap Hana pelan, berusaha meyakinkan dirinya sendiri lebih dari siapa pun. Ia tidak tahu bagaimana caranya, tapi ia harus mencari jalan keluar.

"Ibu sudah hampir putus asa, Hana. Tapi melihat ayahmu, ibu sangat tidak tega," katanya sambil mengusap air mata.

"Ibu, kita tidak boleh menyerah." Hana menggenggam tangan sang ibu dengan lembut, berusaha untuk saling menguatkan.

Setelah berbicara singkat dengan ibunya, Hana kembali ke kamarnya. Kamarnya kecil dan sederhana, hanya ada satu kasur tipis di atas lantai, meja kayu kecil, dan lemari usang. Ia duduk di kasur dan membuka laptopnya. Selama beberapa minggu terakhir, Hana terus mencari pekerjaan tambahan, tetapi belum ada satu pun yang berhasil. Tawaran yang datang kebanyakan hanya pekerjaan dengan bayaran rendah atau berisiko tinggi. Hana tidak bisa mengambil risiko terlalu besar, apalagi meninggalkan pekerjaan tetapnya sebagai pegawai administrasi di sebuah perusahaan kecil.

Pikirannya terus melayang, mengingat segala upaya yang sudah ia lakukan. Setiap pintu yang diketuk terasa seperti jalan buntu. Setiap solusi yang muncul selalu datang dengan harga yang lebih tinggi dari yang bisa ia bayarkan.

Di tengah kebingungan itu, sebuah pesan masuk ke ponselnya. Hana mengangkat teleponnya dengan malas, tidak begitu tertarik melihatnya. Namun, ketika ia melihat nama yang tertera di layar, jantungnya tiba-tiba berdebar. Pesan itu datang dari Leni, sahabatnya yang sudah lama bekerja sebagai asisten di sebuah perusahaan besar. Hana belum sempat menceritakan masalah keluarganya pada Leni, tetapi mungkin ini adalah saat yang tepat.

Leni: Han, aku dapat info soal kerjaan tambahan. Bosku cari seseorang yang bisa bantu dia dalam waktu dekat. Coba kamu datang ke kantor besok, siapa tahu ini bisa bantu kamu. Aku tunggu ya!

Hana membaca pesan itu berulang kali. Hatinya campur aduk antara rasa lega dan cemas. Leni selalu bisa diandalkan, tapi ia juga tahu, jika seseorang seperti bos Leni mencari bantuan, kemungkinan besar ada sesuatu yang lebih dari sekadar pekerjaan tambahan biasa. Ia tidak ingin terjebak dalam situasi yang lebih rumit lagi.

Namun, di saat yang bersamaan, Hana tidak punya banyak pilihan. Ia menatap langit-langit kamarnya, mencoba mencerna segala kemungkinan yang ada di depannya. Jika ia tidak mengambil langkah sekarang, kondisi keluarganya akan semakin memburuk. Hana menarik napas panjang. Besok ia akan menemui Leni di kantor, apa pun risikonya.

***

Keesokan harinya, Hana berdiri di depan gedung tinggi yang tampak megah. Gedung itu adalah kantor pusat perusahaan milik Ray Aditya, seorang CEO muda yang namanya sudah sering ia dengar di berbagai media. Hana merasa sedikit gentar memasuki tempat itu. Ia bukan tipe orang yang terbiasa berada di dunia bisnis yang penuh dengan orang-orang berkelas dan berkuasa.

"Hana!" Panggil Leni saat melihat Hana datang.

Merasa namanya di panggil, Hana langsung menoleh ke arah sumber suara, ada Leni di sana, dan Hana langsung membalas lambaian tangan sahabatnya itu.

Leni sudah menunggunya di lobi sejak tadi. Setelah berbasa-basi sebentar, Leni membawa Hana naik ke lantai paling atas, di mana kantor pribadi Ray berada. Sepanjang perjalanan, Leni tidak banyak bicara, hanya menyuruh Hana untuk tenang dan berusaha sebisa mungkin tidak menunjukkan kecemasan. Mereka berhenti di depan pintu besar berlapis kayu mahoni yang tampak mahal.

"Bosku mungkin sedikit kaku, tapi dia bukan orang jahat," bisik Leni sambil tersenyum, berusaha menenangkan Hana.

"Kira-kira pekerjaannya apa ya, Len?" Tanya Hana sedikit bingung.

Leni mengedikkan kedua bahunya. "Aku tidak tahu, Hana. Tapi aku dengar bos ku butuh asisten gitu."

Hana mengangguk pelan. Jantungnya berdegup kencang.

"Sudah sana ketuk pintu, semoga sukses, aku mau kerja dulu ya. Bye bye Hana..." Setelah mengatakan itu, Leni langsung pergi meninggalkan Hana.

Saat pintu terbuka, ia dihadapkan pada pemandangan ruang kantor yang sangat luas dengan pemandangan kota Jakarta dari ketinggian. Di balik meja besar yang tertata rapi, duduk seorang pria dengan wajah tegas, mengenakan setelan jas yang mahal. Pria itu adalah Ray Aditya.

"Masuk," suara seorang pria terdengar dalam, memecah keheningan di ruangan itu.

Hana melangkah masuk dengan perasaan campur aduk. Ia bisa merasakan tatapan tajam seorang Pria yang menelusuri sosoknya dari ujung kepala hingga kaki, seolah menilai setiap gerak-geriknya. Hana berusaha tetap tenang, meski hatinya terasa semakin berat.

"Duduklah," kata salah seorang pria yang duduk di sofa panjang tanpa basa-basi. "Leni bilang, kamu membutuhkan pekerjaan tambahan?"

Hana menelan ludah. "Ya, Pak. Saya..."

Sebelum ia sempat melanjutkan, pria itu menyela. "Pak Ray tidak butuh seseorang yang hanya mencari pekerjaan. Beliau butuh seseorang yang berani mengambil risiko. Pekerjaan ini bukan sesuatu yang bisa dilakukan sembarangan. Kamu siap?"

"Soal gaji, pak Ray akan membayarmu dengan bayaran yang tinggi." Lanjut pria itu.

Hana terdiam, dia melirik sejenak Pria yang sedang duduk di meja kerjanya yang kini sedang menatapnya tajam. Sesuatu dalam nada suara pria itu membuatnya merasakan bahwa apa yang akan ia hadapi bukanlah pekerjaan biasa. Namun, ketika ia mengingat ayahnya yang sakit dan keluarganya yang terlilit hutang, Hana tahu ia tidak bisa menolak. Apalagi tadi pria yang ada di depannya itu menyebutkan bayaran tinggi.

"Saya siap," jawab Hana tegas, meski dalam hatinya ada keraguan yang besar.

Ray menatapnya untuk beberapa detik, kemudian mengangguk. "Baik. Kita akan lihat seberapa jauh kamu bisa bertahan."

Hana menoleh ke arah sumber suara tersebut, tidak tahu apa yang menantinya di masa depan. Tetapi satu hal yang pasti, ia harus mengambil langkah ini, demi keluarganya, demi ayahnya. Dan meskipun ia tidak menyadarinya, hari itu adalah awal dari perubahan besar dalam hidupnya.

"Baiklah Nona Hana, saya akan kabari anda lagi nanti. Kami harus menyiapkan kontrak kerjasama ini secepatnya," kata Pria itu yang kemungkinan menurut Hana adalah asisten pak Ray.

"Baiklah, kalau begitu kamu boleh pergi," kata Ray pada Hana.

Mau tak mau Hana menoleh lagi ke arah Ray Aditya yang berwajah tampan namun terlihat penuh batasan.

"Baik, Saya akan tunggu kabar baiknya. Permisi."

Hana pun pergi meninggalkan ruangan tersebut. Ruangan yang sangat penuh dengan ketegangan. Namun Hana berharap banyak pada mereka.

"Semoga aku bisa dapat uang untuk pengobatan Ayah secepatnya," kata Hana bicara sendiri seraya melangkah keluar dari kantor tersebut.

***

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Isna Auliya Riyadi

Selebihnya

Buku serupa

Penipuan Lima Tahun, Pembalasan Seumur Hidup

Penipuan Lima Tahun, Pembalasan Seumur Hidup

Gavin
5.0

Aku adalah Alina Wijaya, pewaris tunggal keluarga Wijaya yang telah lama hilang, akhirnya kembali ke rumah setelah masa kecilku kuhabiskan di panti asuhan. Orang tuaku memujaku, suamiku menyayangiku, dan wanita yang mencoba menghancurkan hidupku, Kiara Anindita, dikurung di fasilitas rehabilitasi mental. Aku aman. Aku dicintai. Di hari ulang tahunku, aku memutuskan untuk memberi kejutan pada suamiku, Bram, di kantornya. Tapi dia tidak ada di sana. Aku menemukannya di sebuah galeri seni pribadi di seberang kota. Dia bersama Kiara. Dia tidak berada di fasilitas rehabilitasi. Dia tampak bersinar, tertawa saat berdiri di samping suamiku dan putra mereka yang berusia lima tahun. Aku mengintip dari balik kaca saat Bram menciumnya, sebuah gestur mesra yang familier, yang baru pagi tadi ia lakukan padaku. Aku merayap mendekat dan tak sengaja mendengar percakapan mereka. Permintaan ulang tahunku untuk pergi ke Dunia Fantasi ditolak karena dia sudah menjanjikan seluruh taman hiburan itu untuk putra mereka—yang hari ulang tahunnya sama denganku. "Dia begitu bersyukur punya keluarga, dia akan percaya apa pun yang kita katakan," kata Bram, suaranya dipenuhi kekejaman yang membuat napasku tercekat. "Hampir menyedihkan." Seluruh realitasku—orang tua penyayang yang mendanai kehidupan rahasia ini, suamiku yang setia—ternyata adalah kebohongan selama lima tahun. Aku hanyalah orang bodoh yang mereka pajang di atas panggung. Ponselku bergetar. Sebuah pesan dari Bram, dikirim saat dia sedang berdiri bersama keluarga aslinya. "Baru selesai rapat. Capek banget. Aku kangen kamu." Kebohongan santai itu adalah pukulan telak terakhir. Mereka pikir aku adalah anak yatim piatu menyedihkan dan penurut yang bisa mereka kendalikan. Mereka akan segera tahu betapa salahnya mereka.

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
Istri Kontrak Sang CEO Dingin
1

Bab 1 Beban berat di pundak Hana

22/11/2024

2

Bab 2 Di ambang skandal

22/11/2024

3

Bab 3 Tawaran yang mengubah segalanya

22/11/2024

4

Bab 4 Keputusan terberat

22/11/2024

5

Bab 5 Pernikahan tanpa cinta

24/11/2024

6

Bab 6 Kesepian di tengah kemewahan

24/11/2024

7

Bab 7 Menjaga jarak yang tak terhindarkan

24/11/2024

8

Bab 8 Kepura-puraan yang memperlihatkan sisi lain

24/11/2024

9

Bab 9 Ketertarikan yang tidak bisa di hindari

24/11/2024

10

Bab 10 Di antara rasa dan penyangkalan

24/11/2024

11

Bab 11 Dibalik topeng dingin

24/11/2024

12

Bab 12 Menyelami misteri yang terpendam

24/11/2024

13

Bab 13 Jarak yang menjaga luka

24/11/2024

14

Bab 14 Bayangan dari masa lalu

24/11/2024

15

Bab 15 Awal mula kerumitan

24/11/2024

16

Bab 16 Pukulan dari masa lalu

24/11/2024

17

Bab 17 Tumbuhnya ketergantungan yang tak terduga

24/11/2024

18

Bab 18 Keraguan di tengah kebingungan

24/11/2024

19

Bab 19 Antara perasaan dan kewajiban

08/12/2024

20

Bab 20 Ancaman dan bayang-bayang masa lalu

08/12/2024

21

Bab 21 Luka lama terbuka

08/12/2024

22

Bab 22 Keraguan dan kehangatan

08/12/2024

23

Bab 23 Serangan dari Nathan

08/12/2024

24

Bab 24 Menjauh di tengah krisis

10/12/2024

25

Bab 25 Pertengkaran besar di tengah keraguan

21/12/2024

26

Bab 26 Keputusan terberat Hana

25/12/2024

27

Bab 27 Pertemuan dengan Clara

25/12/2024

28

Bab 28 Nathan memanfaatkan keterpurukan Ray

26/12/2024

29

Bab 29 Kesadaran yang terlambat

09/01/2025

30

Bab 30 Bayangan gurauan

13/01/2025

31

Bab 31 Pertemuan dengan Hana

20/02/2025

32

Bab 32 Kesempatan kedua

02/04/2025

33

Bab 33 Menerima cinta

03/04/2025

34

Bab 34 Selalu bersama

03/04/2025

35

Bab 35 Ikatan cinta dan ancaman yang membayangi

12/06/2025

36

Bab 36 Langkah Agresif Nathan

19/06/2025

37

Bab 37 Mengungkap kebenaran

19/06/2025