Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Sebatas Istri Bayang-Bayang

Sebatas Istri Bayang-Bayang

Isna Auliya Riyadi

5.0
Komentar
5.5K
Penayangan
66
Bab

Syakila, seorang gadis cantik berhijab, dengan berat hati menerima perjodohan dengan Reihan, seorang Polisi yang berdedikasi tinggi. Namun, kehidupan pernikahan mereka jauh dari kata bahagia. Reihan tidak bisa melepaskan perasaannya terhadap Sonia, kekasihnya yang berprofesi sebagai model. Walaupun Syakila mencoba menjadi istri yang baik, ia hanya menjadi bayang-bayang di dalam hati suaminya yang masih terpaut pada wanita lain. Konflik antara cinta, tanggung jawab, dan perasaan terluka mulai muncul ketika Syakila harus menghadapi kenyataan pahit bahwa statusnya sebagai istri hanya sebatas gelar tanpa cinta. Akankah pernikahan mereka bertahan di tengah bayang-bayang masa lalu Reihan?

Bab 1 Bayang bayang di hari pernikahan.

Syakila memandang bayangan dirinya di cermin, mengenakan kebaya pengantin warna putih yang sederhana namun sangat anggun. Wajahnya dipoles lembut dengan riasan tipis yang menonjolkan kecantikan alami yang ia miliki. Di balik senyum tipis yang ia paksakan, ada kegelisahan yang bergejolak di dalam hatinya.

Hari ini seharusnya menjadi hari yang paling membahagiakan dalam hidupnya, namun entah mengapa ia merasa seperti ada yang salah. Orang-orang di sekelilingnya sibuk memuji betapa cantiknya ia, betapa cocoknya ia dengan Reihan, lelaki yang akan menjadi suaminya dalam hitungan jam. Namun, hanya sedikit yang tahu bahwa hatinya dipenuhi keraguan dan kekhawatiran yang tak bisa terucapkan.

Saat itu, tiba-tiba saja pintu kamarnya diketuk pelan. "Syakila, sudah siap?" suara lembut ibunya terdengar, menyelinap masuk ke dalam ruangan.

Syakila menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. "Iya, Bu. Sebentar lagi."

Ibunya masuk, wajahnya dipenuhi kebahagiaan yang sulit disembunyikan. "Kamu cantik sekali, Nak. Reihan beruntung mendapatkanmu."

Syakila hanya tersenyum tipis, tidak tahu harus berkata apa. Baginya, kata-kata itu terdengar kosong, seolah bukan untuk dirinya. Apakah Raihan benar-benar beruntung? Ataukah ini hanya takdir yang dipaksakan?

Di dalam hatinya, Syakila terus bertanya-tanya, mengapa ia merasa tidak nyaman setiap kali memikirkan Reihan. Pria itu tampan, mapan, dan dari luar, tampak seperti pasangan yang sempurna. Tapi setiap kali mereka bertemu, ia selalu merasakan dinding dingin yang tak terlihat di antara mereka, seolah ada sesuatu yang ditahan, yang tidak ingin diungkapkan.

"Ayo keluar, sayang. Nak Reihan dan pak penghulu sudah menunggumu di sana," kata Bu Azizah seraya tersenyum bahagia.

"Iya, Bu," sahut Syakila dengan tersenyum tipis seakan menyembunyikan sesuatu yang tidak bisa di ucapkan dengan kata-kata.

Bu Azizah mengulurkan tangannya, menarik tangan Syakila dan membawanya ke dalam genggaman. Lalu mereka berjalan keluar dari dalam kamar tersebut.

Wanita paruh baya itu sangat bahagia saat melihat putrinya menikah dengan Reihan, putra temannya.

Saat Syakila berjalan ke luar menuju halaman rumah tempat pernikahan mereka akan dilangsungkan, ia melihat Reihan sedang berdiri di depan, mengenakan pakaian pengantin dan jas warna putih yang tampak gagah. Namun, tatapan matanya tidak seperti yang Syakila harapkan. Mata Reihan tampak kosong, tanpa kilau kebahagiaan yang seharusnya ada pada pengantin pria di hari pernikahannya.

Reihan tidak pernah benar-benar melihatnya. Syakila merasakan itu dengan sangat jelas, seolah-olah ia hanya menjadi bayang-bayang di latar belakang hidup Reihan, bukan cahaya yang menerangi hari-harinya. Tapi ia mengabaikan perasaan itu, mencoba untuk percaya bahwa semuanya akan berubah seiring dengan berjalannya waktu.

"Syakila, jangan melamun gitu, ibu tahu kamu sudah tidak sabar lagi kan ketemu nak Reihan?" Kata Bu Azizah.

Lagi-lagi Syakila hanya tersenyum tipis. Dia tidak tahu harus menjawab apa. Syakila tahu semua orang mengatakan jika dirinya beruntung mempunyai calon suami yang tampan dan berseragam, tapi tidak dengan hati Syakila.

Syakila di tuntun sang ibu duduk di kursi yang ada di samping calon suaminya, lalu Bu Azizah menutup kepala Reihan dan Syakila dengan kerudung putih.

Ayah Syakila sudah meninggal, yang sekarang menjadi wali nikahnya adalah sang paman. Dengan di bimbing pak penghulu, Reihan mengucapkan ijab qobulnya di depan semua orang yang hadir dalam acara tersebut.

"Saya terima nikah dan kawinnya Syakila Humaira binti almarhum bapak Ahmad Aziz dengan mas kawin emas antam sepuluh gram dan uang dua puluh lima juta rupiah di bayar tunai!" Ucap Reihan dengan satu tarikan napas.

"Bagaimana para saksi?"

"SAH...!"

"Alhamdulillah..."

Pernikahan berjalan lancar dan penuh khidmat sesuai dengan rencana. Janji suci diucapkan, cincin disematkan, dan doa-doa dipanjatkan. Namun, di dalam hati Syakila, ia merasakan ada sesuatu yang hilang, sesuatu yang tidak dapat ia sebutkan, tetapi terasa begitu nyata.

Saat pesta berlangsung, Syakila melihat Reihan duduk di sampingnya, namun pikirannya tampak jauh. Reihan lebih sering memandang ponselnya daripada berbicara padanya. Ketika Syakila memberanikan diri bertanya, "Kamu baik-baik saja?" Reihan hanya mengangguk singkat tanpa menoleh sedikitpun. Padahal mereka baru saja sah menjadi pasangan suami istri beberapa saat yang lalu.

Malam harinya setelah pesta usai dan mereka berada di kamar pengantin, keheningan yang berat menggantung di antara mereka. Raehan terlihat gelisah, seperti orang yang dipaksa berada di tempat yang tidak diinginkannya. Pria itu berjalan kesana kemari dan tak bisa tenang.

Syakila akhirnya tidak bisa menahan diri untuk bertanya kepada pria yang sudah sah menjadi suaminya itu. "Mas Reihan, ada apa? Aku merasa kita tidak benar-benar saling mengenal. Apakah kamu benar-benar ingin pernikahan ini?"

Reihan menghela napas panjang, akhirnya dia menatapnya dengan mata yang dipenuhi dengan rasa bersalah. "Maafkan aku, Syakila. Aku tidak bisa berpura-pura lagi sekarang. Ada seseorang dalam hidupku, dan aku tidak bisa mengabaikannya."

Kata-kata itu seketika menghantam Syakila seperti badai yang tiba-tiba datang tanpa peringatan. "Seseorang?" suaranya bergetar, sulit baginya untuk menerima kenyataan yang baru saja diucapkan.

"Namanya Sonia. Aku mencintainya, dan aku ... aku tidak tahu harus bagaimana." Raehan mengakui dengan berat hati.

Hatinya Syakila terasa hancur berkeping-keping, dan air mata yang selama ini ia tahan akhirnya mengalir tanpa henti. Syakila merasa seperti terjebak dalam mimpi buruk yang tidak bisa ia hindari. Pernikahan yang ia harapkan bisa menjadi awal dari kehidupan yang bahagia ternyata hanyalah ilusi belaka.

"Kalau mas tidak bisa mencintaiku, kenapa mas mau menikah denganku, mas, kenapa?" Tanya Syakila dengan suara bergetar.

"Semuanya ini karena kehendak orang tuaku. Aku tidak bisa menolak permintaan ibuku untuk menikah denganmu," kata Reihan tanpa merasa bersalah sedikitpun pada Syakila.

Malam ini, malam pertama pernikahan mereka berdua, dimana kebanyakan pasangan pengantin saling mengenal satu sama lain. Tapi tidak dengan Syakila dan Reihan, malam pertama pernikahan mereka sekarang seperti neraka. Bagaimana tidak, Reihan dengan entengnya mengatakan mencintai perempuan lain di depan istrinya sendiri.

Syakila menjatuhkan dirinya di atas ranjang, meringkuk, menangis di atas tempat tidur, masih mengenakan pakaian pengantinnya. Reihan memilih untuk berbaring di samping Syakila, lalu memejamkan matanya dan tak memperdulikan perempuan yang sudah sah menjadi istrinya itu.

"Ya Allah, kenapa pernikahanku jadi seperti ini. Apa salahku ya Allah, kenapa?" Gumam Syakila dalam hati.

Seharusnya Syakila menyadari semua ini sejak pertama kali bertemu dengan Reihan. Kecurigaan Syakila semakin dalam saat mereka nikah kantor beberapa bulan lalu, karena jarang sekali bertemu karena alasan sibuk dengan pekerjaan, Syakila mulai menyangkal pikirannya sendiri. Dan sekarang semuanya sudah terbukti, bahkan Reihan sendiri yang mengatakan kalau Reihan mencintai perempuan lain, tidak dirinya yang sudah sah menjadi istrinya. Hati Syakila benar-benar hancur berantakan. Tapi mau tidak mau Syakila harus tetap menjalani pernikahan ini.

Malam itu, dalam keheningan yang mencekam, Syakila menyadari bahwa ia menikah dengan seorang pria yang hatinya bukan miliknya. Ia hanyalah istri bayang-bayang, yang harus menghadapi kenyataan pahit bahwa cinta sejati tidak selalu datang setelah pernikahan.

***

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Isna Auliya Riyadi

Selebihnya

Buku serupa

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Romantis

4.9

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
Sebatas Istri Bayang-Bayang
1

Bab 1 Bayang bayang di hari pernikahan.

01/10/2024

2

Bab 2 Mengurai benang kusut

01/10/2024

3

Bab 3 Kehidupan baru di bawah bayangan.

01/10/2024

4

Bab 4 Kembalinya masa lalu Reihan.

02/10/2024

5

Bab 5 Malam yang mengungkapkan.

02/10/2024

6

Bab 6 Pagi yang penuh harapan.

02/10/2024

7

Bab 7 Cincin yang tergadai.

02/10/2024

8

Bab 8 Selalu di abaikan.

02/10/2024

9

Bab 9 Godaan ibu mertua.

03/10/2024

10

Bab 10 Sepuluh.

03/10/2024

11

Bab 11 Sebelas.

03/10/2024

12

Bab 12 Peran istri bayang-bayang

03/10/2024

13

Bab 13 Bertemu dengan sahabat baru.

03/10/2024

14

Bab 14 Empat belas.

03/10/2024

15

Bab 15 Lima belas.

03/10/2024

16

Bab 16 Enam belas.

03/10/2024

17

Bab 17 Tujuh belas.

03/10/2024

18

Bab 18 Benang kusut kehidupan

30/10/2024

19

Bab 19 Perasaan yang hancur.

30/10/2024

20

Bab 20 Dua puluh

30/10/2024

21

Bab 21 Dua puluh satu

30/10/2024

22

Bab 22 Dua puluh dua

30/10/2024

23

Bab 23 Dua puluh tiga

30/10/2024

24

Bab 24 Dua puluh empat

30/10/2024

25

Bab 25 Dua puluh lima

30/10/2024

26

Bab 26 Dua puluh enam

30/10/2024

27

Bab 27 Dua puluh tujuh

02/11/2024

28

Bab 28 Dua puluh delapan

09/11/2024

29

Bab 29 Dua puluh sembilan

09/11/2024

30

Bab 30 Tiga puluh

10/11/2024

31

Bab 31 Tiga puluh satu

12/11/2024

32

Bab 32 Tiga puluh dua

12/11/2024

33

Bab 33 Tiga puluh tiga

19/11/2024

34

Bab 34 Tiga puluh empat

19/11/2024

35

Bab 35 Tiga puluh lima

19/11/2024

36

Bab 36 Tiga puluh enam

19/11/2024

37

Bab 37 Tiga puluh tujuh

19/11/2024

38

Bab 38 Tiga puluh delapan

19/11/2024

39

Bab 39 Tiga puluh sembilan

19/11/2024

40

Bab 40 Empat puluh

19/11/2024