Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Gairah Liar Pembantu Lugu
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Sang Pemuas
Gairah Sang Majikan
Part 1
Liburan sekolah
Suara riang anak-anak, yang baru keluar dari ruang kelas masing-masing, di sebuah gedung sekolah, Discovery Bay International school. Terdengar riuh. Mereka nampak gembira karena hari ini terakhir sekolah.
Liburan panjang telah tiba. Semua anak bersuka cita menyambutnya, dan tentunya sudah memiliki rencana untuk liburan bersama keluarga. Menikmati hari-hari terakhir di tahun 2021 ini.
Karena masih pandemi, sehingga membuat liburan tak seperti dulu- dulu, bisa bebas jalan-jalan ke luar Negeri. Seperti liburan kali ini. Belum ada yang punya rencana hendak liburan ke mana-mana.
"Hey, Bayu! apa rencanamu liburan tahun ini?" tanya Matthew pada salah satu sahabatnya.
Sebelum menjawab Bayu berpikir sejenak. "Entahlah belum ada rencana, kamu sendiri bagaimana?" jawabnya, balik bertanya.
"Aku sama keluargaku, mau menikmati hari natal dan malam tahun baru di Hongkong saja, kami kan belum lama di sini," sahut Matthew.
"Aku, rasa, keluargaku, juga nggak ada niat kemana-mana liburan kali ini."
Baru saja Bayu selesai berkata. Kedua temanya berlari ke arah mereka.
"Bayu, Matthew! tunggu kami dong!" teriak Aydin yang berjalan cepat bersama Delio dan Andy.
"Kalian langsung pulang aja, nggak nunggu kami?" gerutu Delio.
"Ya ampun, orang deket aja mesti ditungguin," sahut Matthew.
"Tandanya setia kawan dong," balas Andy.
"Iya, katanya best friend's," imbuh Aydin.
"Iya, deh maaf," ucap Bayu.
Mereka berlima pun, saling toss satu sama lain. Sebagai tanda persahabatan.
Saat kelima anak laki-laki itu sedang asik ngobrol sambil berjalan pulang, mereka membuat rencana untuk menikmati hari libur pertama, dengan bermain bersama. Tak berapa lama kemudian, dua orang teman mereka yang lain, menyusul.
"Guys! kami ikut kalian dong!" pinta Narumi yang tahu-tahu sudah berada di belakang mereka, bersama Anjeli.
"Boleh," jawab Bayu.
"Boleh banget lah. Kalau kalian ikut kan tambah ramai," Matthew menambahkan.
"Memangnya, pada mau ke mana?" tanya Anjeli.
Semua terdiam, karena memang belum tahu mau ke mana.
"Bagaimana kalau besok kita main di pantai saja," usul Aydin.
"Aku setuju," sambut Andy.
"Aku juga," timpal Delio.
"Okay, aku ikut," tambah Bayu.
"Kalian gimana girls! ikut nggak? aku sih yes," tanya Matthew pada Narumi dan Anjeli.
Kedua gadis itu pun menjawab kompak." Yes, ikut.
"By the way, besok kita mau ke pantai mana nih?" tanya Narumi.
Mereka semua berpikir, karena di wilayah Discovery Bay, tempat tinggal mereka, ada dua pantai, satu di North Db, yang posisinya di depan perbukitan, banyak pepohonan seperti hutan, dan lokasi tak jauh dari sekolahan mereka.
Sementara pantai satunya berada di South Db, pantai ini lebih luas, tempatnya terbuka, dikelilingi perumahan, juga dekat dermaga penyeberangan kapal ferry, ada tempat bermain untuk anak-anak kecil, dan pantai ini selalu ramai dikunjungi, karena pasirnya bersih berwarna broken white. Tempat bermain yang menyenangkan bagi anak kecil.
Kedua pantai tersebut memiliki warna pasir yang sama, putih cenderung krem, namun kalau untuk anak-anak, terutama balita, pantai South Db, yang lebih cocok untuk bermain.
"Gimana kalau di dekat sini aja," usul Andy.
Mereka saling minta pendapat satu sama lain, akhirnya sepakat menyetujui usulan Andy, North Db, pilihannya, karena tidak banyak anak-anak yang masih kecil bermain di pantai itu.
Mereka pun berjalan bersama, untuk pulang ke rumah masing-masing, yang kebetulan berdekatan di perumahan, apartment yang sama, yaitu Siena One.
Satu persatu anak-anak itu sampai ke rumah masing-masing, terakhir Bayu dan Narumi yang tinggal di block yang sama.
Narumi tinggal di lantai lima, sementa Bayu di lantai tiga, keluarga mereka pun sudah saling mengenal satu sama lain.
***
Keesokan harinya, pukul 10 pagi ketujuh anak itu pamit pada orang tuanya masing-masing. Karena sudah saling kenal semua, mereka pun mengijinkan, apa lagi orang tua Aydin dan Anjeli memiliki rumah makan di area North Db Plaza.
Bertujuh mereka berjalan kaki, yang hanya butuh waktu sekitar tujuh menit, sambil bercanda penuh riang gembira, sesekali Delio yang suka bercanda membanyol, yang sontak membuat semua tertawa.
Ketika melewati gedung pernikahan, yang berlokasi di sebelah hotel Auberge, Matthew berseloroh. "Eh siapa yah di antara kita yang kelak nikah di tempat ini?"
"Halah masih kecil udah ngomongin nikah aja, you, Matt," ucap Aydin.
Matthew tertawa mendengar ucapan Aydin.
"Emang nih Matthew, jangan-jangan you dah punya girlfriend yah? ayo ngaku!" desak Delio.
"Belumlah, tapi aku lagi suka someone ha ha ha, boleh kan?" jawab Matthew
"Siapa cewek yang kamu taksir, Matt? jangan bilang kalau itu, aku, okay!" sela Anjeli.
"Ha ha ha, Anjeli-Anjeli, bilang aja, kalau kamu pengin aku menyukaimu," ledeknya.
"Ih jangan sok gantenglah, siapa juga yang mau sama cowok usil kaya kamu," kilah Anjeli.
"Udah-udah belum saatnya ngomongin cinta-cintaan, inget! kita ini masih SD," potong Bayu menengahi.
"Kata my Daddy, wajar kok cowok suka cewek, bahkan beliau pertama jatuh cinta umur tujuh tahun. Nah, aku kan udah mau sepuluh tahun," tukas Matthew.
Bagi orang barat memang sangat terbuka antara orang tua dan anak, bahkan banyak dari mereka memanggil orang tuanya hanya nama tanpa embel-embel. Tentu saja itu bertentangan dengan budaya orang timur, terutama Indonesia yang menjujung tinggi nilai tata krama.
"Tapi ada yang lebih penting, kita harus sekolah dulu, meraih cita-cita. Agar kelak saat dewasa, kita punya pekerjaan bagus. Baru deh mikirin tuh punya pasangan," tutur Bayu.
"Iya-iya, aku juga tau. Hanya sekadar suka nggak apalah," tandas Matthew.
"Sudah, guys, ngomong sama Matthew capek, bisa saja jawabnya. dia," ucap Anjeli.
Sontak Matthew tertawa, mendengar ucapan Anjeli yang sewot.
Aydin hanya geleng kepala, begitu pun dengan Delio.
"Akil baligh aja belum, dah suka- sukaan aja," gumam Aydin hampir tak terdengar, hanya Bayu yang paham, ia pun tersenyum, sambil geleng-geleng.
***
Bayu berjalan paling depan, ketika sampai di depan kedai orang tua Aydin. Terlihat ayahnya Aydin.
"Assalamu'alaikum, Uncle," sapa Bayu, pada ayahnya Aydin, yang sedang menata kursi di depan kedainya.
"Walaikum salam, Bayu," jawabnya."
"How are you, Uncle?"
"Alhamdulillah, baik."
"Good morning, uncle!" seru anak-anak yang lain.
"Morning, kid's, apa kalian sudah sarapan?"
Mereka pun menjawab dengan kompak. "Sudah, Uncle, thank you.”
"Aydin, Bayu, kalian berdua, jangan lupa waktu sholat yah?" pesan ayah Aydin.
"Okay, Uncle," jawab Bayu, sementara Aydin hanya tersenyum kepada sang ayah dan mengangguk.
"Hey, Aydin, ingat itu yah!" seru sang ayah.
"Iya, Abu, tenang saja. Anakmu yang ganteng ini, akan selalu ingat."
"Bye, Uncle, see you!" seru anak-anak kompak.