Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
PRANK!
Gelas yang semula berdiri di meja kini jatuh akibat tangan sosok lelaki remaja yang tengah amarah. Ia memandang penuh benci kepada ibunya itu.
“Renan nggak mau ma!”
“Tapi Renan, ini semua demi kebaikan kita!” bentak sosok Wanita paruh baya yang kini berdiri di depan remaja yang diketahui Bernama Renan itu.
“Renan, kamu tidak kasihan dengan mama?”
“…,”
Diam… hanya itulah yang bisa dilakukan Renan untuk saat ini, ia sangat bimbang dengan apa yang di ucapkan oleh ibunya.
“Bukankah itu salah ayah?” tanya Renan dengan memincingkan matanya.
“Ayah dulu melakukan demi kebaikan kita,”
“Tapi sekarang apa? Renan yang harus berkorban demi ayah!”
PLAK
Satu tamparan melesat ke arah pipi Renan. Tamparan yang membuat hati Renan jauh lebih sakit.
“Ayah dulu seperti itu demi kamu! Kamu mau tinggal dimana kalau tidak meminjam uang dari keluarga mereka?”
“Tapi sekarang ayah mati duluan kan!” ucap Renan dengan memakai jaket dan kini dirinya meninggalkan ibunya yang masih memohon kepadanya.
“RENAN!”
“…,”
“Renan!”
Panggilan ibunya tak di grubris oleh Renan dan kini dirinya memilih untuk pergi dari rumah. Ia ingin menenangkan sedikit pikiranya. Dan tempat yang bisa ia kunjungi hanya satu orang yaitu kekasihnya.
Dengan sepedah motor bututnya ia mengarah ke rumah megah. Namun ia merasa heran dengan apa yang ia lihat.
“Kenapa ramai?” tanya Renan dengan bingung.
Renan kini hanya bisa memandang dengan suasana hati yang penasaran. Ia memakirkan motornya dengan tergesah – gesah dan segera masuk, namun ia dihadang oleh satpam yang bertugas di depan gerbang.
“Mana undanganya mas?”
“Undangan?”
“Iya, undangan buat membuktikan anda adalah tamu di pernikahan nona Barizza,”
DEG
“Nona Barizza?”
“Iya,”
Mendengar nama kekasihnya disebut, kini Renan samakin kacau.
“Tidak…” gumamnya tidak percaya.
Ia kemudian menerobos masuk, namun kedua satpam tersebut langsung mencegahnya.
“Lepaskan! Saya kekasihnya Barizza! Ya harus masuk!” pekiknya dengan kesal.
“Maaf, yang tidak ada undangan dilarang masuk!”
Dengan sekali hentakan Renan terseungkur di tanah. Ia benar – benar tidak diberi untuk masuk ke dalam rumah kekasihnya itu.
“Tidak…” gumamnya masih tidak percaya.
Ia kini membuka handphonenya dan kini dirinya ingin menelfon kekasihnya.
Namun tidak bisa.
“ARGHHHGH!” teriak Renan dengan kesal.
Renan sungguh tak kuasa menahan air matanya dan ia benar – benar lemah kali ini. Jika sebelumnya dirinya sangat bisa tidak menangis, tidak untuk hari ini. Dimana sandaran hidupnya telah memilih laki – laki lain tanpa sepengetahuanya.
Dengan lemas, Renan kini mengambil motornya dan melaju entah kemana.
Di perjalanan dia selalu berteriak dengan frustasi.
***
“Non,” panggil salah satu pembantu yang ada di rumah besarnya itu.
“Kenapa bi?”
“Ini obat nona,” ujarnya dengan memeberikan obat kepada nonanya yang kini sedang duduk di kursi.
“Hah~” helaan nafas berat sudah di dengar berkali – kali setiap akan minum obat.
“Boleh aku sehari saja tidak minum obat?” tanyanya kepada pembantunya.
“…,”
Tidak ada jawaban, karena memang ia harus meminumnya dan tidak ada pilihan lain.
“Hah~,”
Tidak ada pilihan lain, dua kapsul obat ia telan dengan berat hati.