DEWASA ONLY (21+) Kalah taruhan membuat Laura harus menjalani Hukuman selama 14 hari penuh. Selama 14 hari tersebut ia harus ber cinta dengan Davin, seorang dokter yang dijadikan target hukuman tersebut. Hukuman akan dikatakan sah apabila ada rekaman suara De Sahan Laura dan Sang dokter. Bagaimana Laura akan menjalani misinya selama 14 hari tersebut.
C
"Laura, Kamu ingat kan dokter muda yang menjadi narasumber Saat kuliah umum tentang kesehatan alat reproduksi di aula fakultas kedokteran kemarin?" Raisa bertanya dengan wajah serius.
"Ingat. Yang dokter Davin itu kan?" Jawabnya. Raisa mengangguk mengiyakan. "Kenapa emangnya?" Lanjutnya lagi.
Raisa tak langsung menjawab. Ia mengembangkan senyumnya sedikit pada Laura membuat Laura langsung menautkan alisnya, "Hukuman kamu akan ada hubungannya dengan dokter tampan itu."
"Ha? Maksudnya?"
Raisa memutar bola matanya malas. "Maksudnya itu, karena kamu kalah dari permainan yang kita buat kemarin, aku dan Olim udah sepakat kalau hukumannya, kamu harus tidur dan lakuin hubungan badan sama tu dokter."
Bagaikan petir di siang bolong, Laura yang belum siap menerima pernyataan tersebut masuk ke telinganya, langsung tersedak dengan minuman yang baru saja ia teguk. Ia menepuk-nepuk dadanya kuat sambil menatap Raisa dengan tatapan horor.
"Kamu gi la?" pekiknya tak percaya.
"Enggak. kita berdua waras dan sangat waras. Jadi hukuman itu memang sudah aku dan Olin pikirkan dengan matang-matang." Raisa melirik Olin yang ada di sampingnya. Gadis berkacamata itu langsung mengangguk mengiyakan.
"Iya Laura! Gak perlu rekaman video, rekaman suara desa han kalian berdua aja udah cukup sebagai bukti." kali ini Olin ikut menimpali dengan tambahan syarat. Dan Laura semakin dibuat membelalak.
Olin, sahabatnya yang paling polos di antara mereka bertiga bisa-bisanya ikut menimpali dengan ide gila yang tak masuk akal seperti ini.
Laura menggeleng kuat, "kalian gila sumpah. Aku nggak mau. Kalau ngide itu yang ngotak dikit lah." Protesnya tak terima.
"Itu udah yang paling ngotak ogeb. Tapi terserah kamu aja sih. Kalau gak mau laksanain hukuman, ya kamu tinggal serahin tu mobil di depan sama kita."
"WHAT?? Nggak! nggak! nggak!Sahabat macam apaan kalian! Itu mobil Dean, hadiah ulang tahun dari Papinya. Bisa diusir aku dari apartemen. Nggak nggak.!"
"Ya udah, lakuin aja atuh non.! Toh kamu nanti bakal ketagihan. Karena memang seni kmat itu. Nik mat banget malahan." Laura seketika bergidik ngeri menatap Raisa yang masih asik berceloteh gi la.
"Kalau kamu setuju! kita lanjutkan. Namanya Davin Alexander Hutama, seorang dokter di Alexander Hospital. Anak dari pemilik Alexander Company dan jadi penerus satu-satunya semua aset Alexander. Dia tinggal di Apartemen mewah Diamond lantai 5. Umurnya masih 27 tahun." jelasnya sembari menatap Laura dengan tatapan serius.
Laura menggigit bibir bawahnya bingung. Banyak pilihan berputar-putar di otaknya saat ini. Kalau dia terima, kepe rawanan yang ia jaga selama ini akan lenyap begitu saja. Tapi kalau dia tolak, mobil Dean akan melayang dan dia akan diusir dari apartemen. Jadi gembel mendadak dong dia.? Hiiiiii!.
Laura terdiam. Hatinya berkecamuk dan otaknya benar-benar kacau. Semua ini berawal dari permainan tebak-tebakan gi la nya satu Minggu yang lalu.
--
--
Satu Minggu Yang Lalu,
Laura, Raisa dan Olin tengah duduk santai di kantin jurusan saat netra mereka menangkap sosok Lia yang sedang bercanda bersama beberapa orang yang mereka kenal.
Tapi bukan Lia yang tengah asyik bericara yang menjadi target mereka sekarang, melainkan tentang pera wan atau tidaknya gadis yang tengah bercanda di hadapan para laki-laki itu.
"Lihat tu, dia memiliki tatapan yang begitu polos. Aku yakin Lia udah nggak tersegel lagi. Alias udah nggak pera wan!." ceteluk Raisa tiba-tiba dan tentu saja langsung menarik perhatian Laura dan Olin. Keduanya langsung menatap ke arah Lia.
Diantara mereka bertiga, Raisa lah yang bicaranya paling fro ntal. Pernah suatu hari Raisa yang kesal dengan salah satu mahasiswa cowok di jurusanya, tiba-tiba saja meneriaki lelaki itu ber 'burung' kecil dan tak akan bisa memu askan wanita. Gila bukan!? Seperti itulah Raisa. Mungkin karena perawakan Raisa yang juga sedikit tomboi.
"Jangan asal tebak kamu. Tahu dari mana?" tanya Olin namun juga penasaran.
"Iya ih Rai! asal nyeletuk aja tu mulut!" timpal Laura.
"Kalian nggak percaya?" tanyanya yang langsung mendapat gelengan dari dua sahabatnya itu. "ck! Karena faktanya memang, wajah polos kayak gitu biasanya cepat banget pera wannya diambil cowok.!" Lanjutnya yakin. Namun celetukan dari Raisa membuat Laura seketika mendengus kesal.
"Gak juga, contohnya aku."
"Itu kamunya nya aja yang sok polos. Zaman sekarang nggak nge s e ks itu nggak seru."
"Gila kamu! Istilah dari mana tu?"
"Kamu yang gila!. Kurang piknik sih tu otak. Pokoknya aku yakin si Lia udah gak pera wan.!" kekeuh Raisa. Sedangkan Laura dan Olin hanya melongo melihat keyakin Raisa dengan pendapatnya.
"Gimana kalau kita taruhan. Aku yakin Lia masih virg in." Tantang Laura Secara tiba-tiba.
Olin dan Raisa seketika menautkan alisnya serentak, "Taruhan? Bayaran bagi yang kalah apa nih?" tanya Rai cukup antusias.
"hukumannya kita pikirkan nanti setelah tahu siapa yang kalah. Yang jelas sekarang, kalian berani nggak taruhan?"
"Oke! Siapa takut.! Kamu gimana?" tanya Raisa secara tiba-tiba pada Olin yang sedari tadi hanya menjadi pendengar yang baik.
Sontak saja Olin menggeleng cepat. "Maksudnya geleng-geleng? Kamu nggak ikutan?"
"Ogah! Kalian yang ribut bawa-bawa aku!" celetuk Olin.
"Cemen banget sih."
"Biarin! Yang penting aku nggak ikut-ikutan!"
"Serah kamu deh! Jadi gimana Rai? Kamu mau terima taruhan dari aku kan?" Raisa sedikit berpikir sebelum dia mengiayakan ajakan Laura untuk menjalankan taruhan aneh mereka.
satu minggu setelah taruhan, Raisa berhasil membuktikan kalau Lia memang sudah tak pera wan lagi. Semua data itu Raisa terima dari kekasihnya Lia sendiri yang mengaku sudah sering tidur dan menc icipi tubuh wanita itu. Kalian tahu apa artinya? Itu artinya, taruhan kali ini dimenangkan oleh Raisa.
Jadi mau tidak mau, Laura harus menerima kekalahannya.
--
--
Haaaahhh....
Itulah sekelebat percakapan Laura dan teman-temannya dua Minggu yang lalu di kampus mereka. Jika dikaji ulang kembali, jujur ini semua kesalahan Laura, karena membuat taru han gi la dengan teman-temannya.
Dan sekarang justru senjata makan tuan.
Setelah mengulang dan menimbang kembali, Laura akhirnya menyanggupi hukuman yang Raisa berikan untuknya dan di sini lah dia sekarang. Disebuah rumah sakit besar yang terkenal di Indonesia. Dimana lagi kalau bukan di Alexander Hospital.
Seperti janjinya dengan teman-temannya, Laura butuh satu minggu memantapkan keyakinan untuk menerima hukuman dari taruhan gila yang dia buat sendiri.
Laura kembali melirik ke belakang, ke sebuah mobil sedan BMW milik Raisa. Di sana sudah ada Raisa yang ikut menemaninya memulai aksi pertamanya. "Rai! Aku gugup nih! bisa minta waktu lagi nggak?" rengek Laura dengan wajah super mengiba.
"Nggak ada. Udah buruan masuk sana."
"Tapi apa harus di sini?"
"Trus mau ketemuan dimana? Di Apartemennya langsung? Oke! nggak masalah. Nanti malam kita ke sana.! Nggak ada korting-kortingan sambil ngerengek-ngerengek lagi ya! Ini udah lama banget aku nunggunya.!"
Laura lagi-lagi menghela nafas mendengar jawaban Raisa. Dasar sahabat tak punya perasaan! – Batinnya merutuk.
Laura akhirnya memutuskan pulang dulu dan akan menemui Dokter itu di Apartemennya. Tapi alasan apa yang akan ia beri buat lelaki itu nantinya. Nggak mungkinkan dia jujur kalau sedang jalani hukuman taruhan dan hukumannya itu berci nta dengan si Dokter?! Yang benar saja! Bisa digeplak bolak-balik dia.
Malamnya, Raisa kembali menemani Laura. Gadis itu sudah tampak cantik dengan balutan baju kaos lengan pendek dengan bagian bawahnya dimasukkan ke dalam rok mini kembang. Laura juga mencatok rambutnya dan membuatnya sedikit bergelombang menambah kesan anggun pada gadis yang sebentar lagi akan menjalankan misinya.
Untuk beberapa saat Laura selalu menarik nafasnya gusar. Bahkan dia kembali merengek pada Raisa untuk mengundur hukuman taruhan yang dia buat sendiri. Tapi kalian tahu kan seperti apa jahil dan kerasnya Raisa? Sahabatnya itu mana mau mengundur waktu lagi.
"Udah! Nggak apa-apa! Percaya deh sama aku. Kamu nggak bakal dibu nuh juga kali sama tu Dokter!" ucap Raisa sembari menaik-turunkan alisnya.
"Sialan kamu! Emangnya ada angin apa dia bakalan bun uh aku!"
"Ya siapa tahu aja tu Dokter lagi sa nge pas kamu datang, trus lihat kamu se ksi gini langsung diperkaos sampai metong!" Laura sungguh ingin bertepuk tangan setelah mendengar celetukan kurang ajar dari Raisa.
"kamu itu sahabat aku apa bukan sih?"
"Menurut mu? Jangan bilang kamu masukin hati ucapan aku barusan? Ayolah Laura! Kamu tahu aku hobby ngomong seperti itu kan!"
Laura berdecak kesal, "Iya Iya, tahu!" ucapnya sewot.
"Ya udah Ayok! Ni minum sekalian kalau kamu tiba-tiba gugup. Sorry sisa punyaku. Hehehhe!" Laura meraih botol mineral yang isinya tinggal setengah itu dari tangan Raisa.
Dan saat Laura menggenggam botol tersebut, tanpa Laura sadari, Ada senyum tipis yang terbit dari bibir Raisa.
*****
Bab 1 1. Kalah Taruhan
15/01/2025
Bab 2 2. Obat Per angsang
15/01/2025
Bab 3 3. Masih Prawan
15/01/2025
Bab 4 4. Rekaman Pertama
15/01/2025
Bab 5 5. Jangan Kabur
15/01/2025
Bab 6 6. Tertangkap Lagi
15/01/2025
Bab 7 7. Davin Murka
15/01/2025
Bab 8 8. Berc inta Lagi
15/01/2025
Buku lain oleh NightMare
Selebihnya