KEJUTAN UNTUK HARI PERNIKAHAN

KEJUTAN UNTUK HARI PERNIKAHAN

empat2887

4.3
Komentar
24.3K
Penayangan
44
Bab

Aku, memiliki teman sekaligus sahabat bernama Ratna. Ia mengenalkanku, dengan seorang pria bernama Bagas. Kami pun akhirnya berhubungan dengan serius, sampai mau melanjutkan ke jenjang pernikahan. Rupanya Ratna dan Bagas, adalah pasangan kekasih. Mereka sengaja mendekatiku, demi untuk menguras harta orang tuaku. Namun, semuanya terbongkar, sebelum acara pernikahan di gelar. Kami pun batal menikah, tetapi semua ini merupakan awal kisahku, dengan pria lain. Aku dinikahkan Papa, dengan pria yang amat tidak aku sukai. Bagaimana kisahku yang sebenarnya? Ayo, baca ceritanya!

Bab 1 DIMINTA KENALAN

"Nisa, kapan kamu, mau nikah?" tanya Papa.

"Papa, lagi ngomong apaan sih? Aku malah balik bertanya kepada Papa.

"Nisa, kamu ini, kalau di ajak bicara masalah nikah. Selalu saja seperti itu. Kamu sadar enggak, sekarang umurku sudah berapa?" Papa bertanya, dengan nada sedikit meninggi.

"Emangnya, kenapa sih Pah, dengan umur Nisa?" Aku malah berbalik bertanya, kepada Papa.

"Ya ampun Nisa, kamu masih enggak paham dengan maksud Papa? Begini, Nisa, diluaran sana, perempuan yang usianya seumuran sama kamu, mereka sudah memiliki anak, minimal sudah pada menikah. Ini m, kamu, jangankan punya anak, menikah saja belum. Bagaimana mau nikah, coba? Pacar saja, enggak punya." Papa memberitahu, maksud dari ucapannya tersebut.

"Itukan mereka, Pah, berbedalah sama aku. Aku hanya ingin menikah, dengan lelaki yang benar-benar mencintaiku, Pah." Aku mengungkapkan isi hatiku.

"Makanya, kamu itu rubah dong penampilannya. Jangan berpura-pura, seperti orang culun begitu! Mana ada, laki-laki yang mau dekat sama kamu, kalau penampilanmu masih seperti sekarang. Kamu itu cantik, Anisa. Kamu layak, mendapatkan pria sesuai keinginanmu itu. Tanpa harus berpura-pura," ungkap Papa.

"Iya Pah, Anisa tahu. Tapi Anisa berbuat seperti ini, hanya ingin pembuktian. Apakah masih ada, laki-laki yang menerima keadaan Anisa yang seperi ini, atau tidak? Karena, Anisa inginnya mendapatkan pendamping, yang mau menerima Anisa apa adanya. Bukan ada apanya," terangku.

"Iya, Anisa, Papa paham, dengan maksud kamu. Tapi, kamu juga harus inget umur, Nisa. Papa, hanya takut. Kalau kamu terus bersikeras, dengan prinsipmu itu, kamu malah akan menjadi perawan tua." Papa memberitahukan, maksud dari kekhawatirannya, kepadaku.

"Iya, Pah, Nisa Paham," kataku.

"Pokoknya, kalau sampai kamu belum membawakan calon, buat kamu. Papa, yang akan mencarikannya dan kamu tidak boleh menolaknya. Ingat itu," ancam Papa.

"Ih, enggak mau, Anisa enggak mau di jodohin, Pah." Aku langsung menolak, keinginan Papa itu.

"Makanya, kamu bawa dong calonmu, segera menghadap Papa! Kalau tidak, kamu tau sendiri konsekuensinya," perintah Papa.

"Iya Pah, akan Nisa usahakan," sahutku.

"Harus, Nisa, jangan sampai enggak!" Papa berkata, mengharuskanku untuk mencari pendamping segera.

Aduh bagaimana ini? Kalau sampai aku tidak mendapatkan pendamping, maka aku harus rela dijodohkan. Tidak, itu bukanlah keinginanku. Bagaimanapun caranya, aku harus mendapatkan kekasih segera.

*****

"Nisa, aku mau kenalin kamu, sama seseorang, Nih! Kamu mau tidak? Dia pria yang tampan dan baik hati, lho. Aku sama dia, udah lama berteman dan dia katanya sedang mencari pasangan. Pas dia bilang gitu ke aku, aku langsung ingat sama kamu. Kayaknya, kamu cocok deh, sama Dia." Ratna menceritakan, maksud dan tujuannya datang kerumahku.

"Ratna, kok, kamu ini sama aja, sih sama Papa!" Aku berkata, dengan agak sewot.

"Sama gimana, sih, Nisa?" tanya Ratna.

" Kalian berdua, sama-sama ingin menjodohkanku. Emangnya, aku ini kenapa, sih? Sampai-sampai kalian berdua, mau menjodohkan aku?" Aku bertanya, kepada Ratna maksud dan tujuannya menjodohkan aku.

"Bedalah, Nisa, aku bukan mau menjodohkan kamu, tetapi aku hanya mau memperkenalkan kamu, sama seseorang. Namanya Bagas, Nis. Ini fotonya," ucap Ratna. Ia berkata, sambil memperlihatkan foto seorang pria, yang berada di galeri handphonenya.

"Sama saja, Ratna, itu cuma beda penulisannya saja."

"Begini, ya, Nisa. Semenjak kita berteman, aku tidak pernah melihat kalau kamu deket, sama laki-laki. Makanya, aku berinisiatif memperkenalkan kamu, dengan temenku. Ingat usia, Nis. Kamu sudah mau dua puluh lima tahun, lho. Masa iya, kamu mau jadi jomblo terus. Nanti, kamu jadi perawan tua lho, Nis. Semoga saja, setelah kamu bertemu dengan pria ini, kamu dan dia cocok." Ratna, mengungkapkan maksud dan tujuannya.

"Tapi, aku enggak mau, Ratna," tolakku.

"Aku melakukan semua ini, karena aku sayang sama kamu. Aku juga merasa kasihan sama kamu, jika sampai kamu tidak punya pendamping," ucap Ratna.

Ratna sengaja datang ke rumahku, hanya untuk memberitahu, kalau dia mau memperkenalkanku dengan temannya, yang bernama Bagas. Dari dahulu memang Ratna lah, yang selalu mengerti dan memahami aku. Ratna tahu, apa yang sedang aku alami karena dia selalu berada di dekatku.

"Aku gak berminat, Rat, udah biarin aja. Nanti juga kalau memang jodohku udah ada, Allah akan kasih jalan. Kita tidak perlu mengejar, apa yang belum menjadi rezeki kita." Aku menolak keinginan Ratna untuk medekatkanku, dengan temannya itu.

"Ih kamu ini, ngeyelan banget jadi orang! Coba aja kenalan dulu, tidak ada salahnya bukan? Pokoknya aku minta sama kamu, untuk mau berkenalan dengan Bagas. Aku tidak mau ada penolakan," ujar Ratna.

Ia berkata, sambil mengguncangkan pundakku. Ratna berbuat demikian, seolah memaksaku untuk berkenalan. Ia, terus saja memintaku untuk menemui, temannya itu.

"Malas ah, Rat, kamu ini menganggap aku udah seperti apaan saja. Sampe-sampe kamu mau jodohin sku segala, aku sudah seperti jamannya Siti Nurbaya aja, yang dijodohin sama Datuk Maringgi." Aku berkata tegas sama Ratna, karena aku tidak mau mengikuti sarannya. Aku malas jika harus, di deket-deketin sama laki-laki.

"Heh Nisa, aku lakuin semua ini juga demi kamu, demi pertemanan kita! Jika kamu menolak saranku untuk berkenalan dengan Bagas, lebih baik aku pergi. Aku tidak mau, berteman denganmu lagi. Ingat itu," ucap Ratna.

Ia malah mengancamku, kalau aku tidak mau berkenalan, dengan temannya, maka Ia akan menjauhiku. Aku tidak habis pikir, kenapa bisa, Ratna berbuat seperti itu? Sampai-sampai, dia mau memutuskan pertemanan kami, hanya karena aku tidak mau berkenalan dengan temannya itu.

"Kok kamu ngomongnya gitu sih, Rat? Apa kamu sudah gak mau, temenan sama aku?" tanyaku.

"Kalau memang, kamu tidak mendengarkan ucapanku. Apa boleh buat?" katanya. Ratna benar-benar ingin meninggalkanku.

Jika hanya karena, aku menolak keinginan Ratna untuk berkenalan dengan temannya. Kenapa Ratna, bisa sampai mau memutuskan pertemanan. Ratna terlalu mengada-ada menurutku.

Ratna reka menjauhiku, demi teman laki-lakinya, yang ingin dikenalkan sama aku. Kenapa juga, Ratna sampai berbuat seperti itu? Kenapa Ratna tidak ngenalin cowok itu, ke temannya yang lain. Kenapa harus sama aku? Itulah pertanyaan yang berkecamuk di hati ini.

"Kok gitu sih Ratna, apa kamu malah lebih memilih temenan sama cowok itu, ketimbang aku? Padahal, kita udah temenan sejak lama. Bahkan, aku juga sudah menganggap kamu sebagai saudaraku." Aku mengungkapkan, semua isi hatiku, sama Ratna.

"Aku, melakukan semua ini demi kamu, Anisa. Demi kebahagianmu, kamu paham tidak, sih?" Ratna memberitahukan, kalau dia juga melakukan semua ini, atas dasar peduli sama aku.

"Tetapi, Ratna, kenapa cowok itu, enggak kamu jadiin, pasangan kamu aja? Bukankah, kamu juga belum punya pasangan? Karena selama ini, kamu juga tidak pernah memperkenalkan, siapa pacar kamu?" Aku bertanya kepada Ratna, kenapa tidak jadian saja sama Bagas itu.

Bersambung ...

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Dilema Cinta Penuh Nikmat

Dilema Cinta Penuh Nikmat

Juliana
5.0

21+ Dia lupa siapa dirinya, dia lupa siapa pria ini dan bahkan statusnya sebagai calon istri pria lain, yang dia tahu ialah inilah momen yang paling dia tunggu dan idamkan selama ini, bisa berduaan dan bercinta dengan pria yang sangat dia kagumi dan sayangi. Matanya semakin tenggelam saat lidah nakal itu bermain di lembah basah dan bukit berhutam rimba hitam, yang bau khasnya selalu membuat pria mabuk dan lupa diri, seperti yang dirasakan oleh Aslan saat lidahnya bermain di parit kemerahan yang kontras sekali dengan kulit putihnya, dan rambut hitammnya yang menghiasi keseluruhan bukit indah vagina sang gadis. Tekanan ke kepalanya Aslan diiringi rintihan kencang memenuhi kamar, menandakan orgasme pertama dirinya tanpa dia bisa tahan, akibat nakalnya lidah sang predator yang dari tadi bukan hanya menjilat puncak dadanya, tapi juga perut mulusnya dan bahkan pangkal pahanya yang indah dan sangat rentan jika disentuh oleh lidah pria itu. Remasan dan sentuhan lembut tangan Endah ke urat kejantanan sang pria yang sudah kencang dan siap untuk beradu, diiringi ciuman dan kecupan bibir mereka yang turun dan naik saling menyapa, seakan tidak ingin terlepaskan dari bibir pasangannya. Paha yang putih mulus dan ada bulu-bulu halus indah menghiasi membuat siapapun pria yang melihat sulit untuk tidak memlingkan wajah memandang keindahan itu. Ciuman dan cumbuan ke sang pejantan seperti isyarat darinya untuk segera melanjutkan pertandingan ini. Kini kedua pahanya terbuka lebar, gairahnya yang sempat dihempaskan ke pulau kenikmatan oleh sapuan lidah Aslan, kini kembali berkobar, dan seakan meminta untuk segera dituntaskan dengan sebuah ritual indah yang dia pasrahkan hari ini untuk sang pujaan hatinya. Pejaman mata, rintihan kecil serta pekikan tanda kaget membuat Aslan sangat berhati hati dalam bermanuver diatas tubuh Endah yang sudah pasrah. Dia tahu menghadapi wanita tanpa pengalaman ini, haruslah sedikit lebih sabar. "sakit....???"

Gairah Liar Ayah Mertua

Gairah Liar Ayah Mertua

Gemoy
5.0

Aku melihat di selangkangan ayah mertuaku ada yang mulai bergerak dan mengeras. Ayahku sedang mengenakan sarung saat itu. Maka sangat mudah sekali untuk terlihat jelas. Sepertinya ayahku sedang ngaceng. Entah kenapa tiba-tiba aku jadi deg-degan. Aku juga bingung apa yang harus aku lakukan. Untuk menenangkan perasaanku, maka aku mengambil air yang ada di meja. Kulihat ayah tiba-tiba langsung menaruh piringnya. Dia sadar kalo aku tahu apa yang terjadi di selangkangannya. Secara mengejutkan, sesuatu yang tak pernah aku bayangkan terjadi. Ayah langsung bangkit dan memilih duduk di pinggiran kasur. Tangannya juga tiba-tiba meraih tanganku dan membawa ke selangkangannya. Aku benar-benar tidak percaya ayah senekat dan seberani ini. Dia memberi isyarat padaku untuk menggenggam sesuatu yang ada di selangkangannya. Mungkin karena kaget atau aku juga menyimpan hasrat seksual pada ayah, tidak ada penolakan dariku terhadap kelakuan ayahku itu. Aku hanya diam saja sambil menuruti kemauan ayah. Kini aku bisa merasakan bagaimana sesungguhnya ukuran tongkol ayah. Ternyata ukurannya memang seperti yang aku bayangkan. Jauh berbeda dengan milik suamiku. tongkol ayah benar-benar berukuran besar. Baru kali ini aku memegang tongkol sebesar itu. Mungkin ukurannya seperti orang-orang bule. Mungkin karena tak ada penolakan dariku, ayah semakin memberanikan diri. Ia menyingkap sarungnya dan menyuruhku masuk ke dalam sarung itu. Astaga. Ayah semakin berani saja. Kini aku menyentuh langsung tongkol yang sering ada di fantasiku itu. Ukurannya benar-benar membuatku makin bergairah. Aku hanya melihat ke arah ayah dengan pandangan bertanya-tanya: kenapa ayah melakukan ini padaku?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku