Tamara Levinka-seorang model sekaligus tunangan dari Roger Jenandra, CEO dari sebuah perusahaan produsen senjata dunia-suatu hari tiba-tiba menghilang begitu saja. Orang tua maupun tunangannya sudah mengerahkan begitu banyak pihak untuk mencari Tamara, tapi tak juga menemukan jejaknya. Namun, 49 hari berselang, perempuan cantik itu tiba-tiba kembali sambil membawa sebuah berita mengejutkan. --- "Bahkan bila sebilah pisau menancap di jantungku, aku tak akan pernah melepaskanmu, Tamara." -Jeff "Aku rela melepaskan segalanya, tapi tidak tanganmu, Jeff." -Tamara
Kaki jenjang beralas heels hitam itu melangkah teratur. Rambut terurainya tertata rapi dan bahkan tak tergoyahkan oleh tiupan angin. Saat hidung mancung yang terpatri indah itu menghirup asap pekat nikotin, tangan lentiknya terangkat guna mengkibas udara.
"Tamara!" panggil sebuah suara.
Perempuan bertubuh semampai itu, Tamara, mengangkat alis singkat, menatap temannya yang sudah kehilangan kesadaran. Dia membawa langkahnya mendekat ke meja bar sambil berusaha menghindar dari tubuh para pria yang berusaha mendekat. Jaket yang hanya tersampir di kedua bahu dia naikkan, menutupi kulit bahu dan leher yang terekspos.
"Baby! Sini-sini, ada racikan baru hahaha," tawa perempuan berambut pirang itu menguar, membuat Tamara menutup hidungnya yang tak sengaja menghirup bau menyengat alkohol.
"Kacau," komentar Tamara.
"Ra! Shakira!" Tamara berteriak di depan wajah Shakira, tapi perempuan itu malah memicingkan mata sambil menggerak-gerakkan kepala.
"Hehehe Mar. Ada Justin Bieber, tuh," ucap Shakira.
Walau yakin ucapan Shakira tak mungkin benar, Tamara tetap menoleh ke mana telunjuk temannya itu mengarah. Saat yang tertangkap matanya adalah seorang pria botak dengan kumis sekering sapu lantai, Tamara langsung berdecak keras.
"Ben, habis berapa nih anak?" tanya Tamara pada bartender pria muda dengan tato memenuhi lengan kiri.
Ben, bartender tampan itu melirik pada tiga botol kaca yang telah tandas isinya. Tamara meringis melihatnya. Dia kembali menatap Shakira yang kini menjatuhkan kepala ke atas meja bar. Kelopak berhias eyeshadow biru itu tertutup rapat, mulutnya yang terbuka mengeluarkan suara dengkur.
"Gila nih anak. Heh babon, gimana gue bisa ngangkat loh?" seru Tamara kesal.
Karena riuhnya suasana dalam club malam itu membuat teriakan Tamara tenggelem begitu saja. Tak ada yang menyadari raut kesal perempuan itu, kecuali sepasang mata yang mengawasi sejak kedatangannya. Pria dengan topi yang menutupi separuh wajahnya itu mengangkat gelas kristal, menegak isinya dalam sekali tegukan.
"Tamara," bisiknya, menatap lurus perempuan berparas cantik itu.
...
Tamara bergumam panjang menyauti ucapan pria yang sedang berbicara dalam ponsel. Sebuah earphone menempel di telinga kirinya, membuatnya bisa menangkap dengan jelas tawa renyah Roger, tunangannya. Walau asik menelpon, mata Tamara tak beralih sedikitpun dari jalan raya di hadapannya.
"Emang sialan Shakira," ucap Tamara, mengundang tawa Roger lagi. Dia melirik temannya yang sudah terlelap di kursi samping pengemudi.
"Kamu nggak minum kan, by?" tanya Roger dari sebrang sana.
"Enggaklah. Kalau aku minum, bisa-bisa mobil kita melayang nyium sopir truk di depan," gurau Tamara.
"Jangan ngomong gitu, by. Kenapa tadi nggak telpon aku aja? Biar aku jemput."
Tamara melirik spion, saat dirasa tak ada kendaraan dalam jarak dekat di belakangnya, dia segera memutar setir membuat mobil berisi dua kursi itu berubah arah. Jalanan yang dia ambil kini jauh lebih sepi dari sebelumnya, membuatnya bisa leluasa menginjak gas dalam.
"Kamu emangnya udah pulang dari London?"
Dapat Tamara dengar embusan napas berat Roger. "Belum."
Mendengar itu sontak Tamara tertawa. "Kamu mau teleportasi dari London ke sini gitu, kalau aku minta jemput? Ada-ada aja."
"Apa yang nggak buat kamu, sayang?" Di akhir kata Roger sengaja berbisik lambat, menggoda Tamara.
"Halah bullshit! Udah, lanjut kerja sana."
"I swear, by. Semua aku lakuin buat kamu."
Tamara hanya bergumam untuk menanggapi. Namun tak urung bibirnya tertarik tinggi, membentuk segaris senyum indah. Rasanya seperti ada kunang-kunang yang berterbangan di dalam perutnya, mengantarkan perasaan geli juga hangat karena cahaya yang mereka uarkan.
"Gombal mulu bisanya. Mentang-mentang enam bulan nggak ketemu."
"Loh!"
Tamara berdecak, menunggu apalagi ucapan manis yang akan Roger katakan.
"Kok enam bulan? Bukannya kita udah nggak ketemu selama tiga tahun?"
"Nggak sekalian tiga abad?"
Kini giliran Roger yang tertawa. Pria itu bergumam-gumam tak jelas. Tamara juga bisa mendengar suara ketukan meja, kebiasaan Roger saat memikirkan sesuatu.
"Kenapa?" Tamara tak sabar menunggu tunangannya yang sepertinya malah melamun. Dia yakin, pasti ada yang ingin Roger katakan.
"Enggak-"
"Kenapa!" tanya Tamara lagi, lebih tegas. "Jangan kayak cewek, ih."
Roger tergelak, membuat Tamara mengerucutkan bibir. Untung tak ada Roger di sana, atau dia akan diberi 'hadiah' karena dianggap sengaja bertingkah imut. Sebuah kecupan lembut, atau bahkan hadiah yang lebih besar dari itu.
"By, kayaknya aku masih belum bisa pulang bulan ini. Sorry-"
Dengan mata memicing Tamara menginjak rem mendadak. Shakira di sampingnya hingga terdorong ke depan, beruntung Tamara sudah memasangkan sabuk pengaman.
"Maksud kamu?"
Roger menghela napas berat. "Ada problem di perusahaan, lebih besar dari yang kemarin. Mungkin aku baru bisa balik dua bulan lagi."
"Roger, kamu jangan bercanda. Nggak lucu tau nggak?" Tak tagi ada panggilan sayang, Tamara sengaja menekankan nama sang tunangan.
"Mar, sorry. Ini diluar kendali-"
"No! Nggak ada alasan apapun!" Tamara mematikan mesin mobil, tak ingin ada suara lain yang mengganggu keduanya.
"Tamara, serangan ke perusahaan kali ini lebih besar. Pihak dalam pun kayaknya ada yang terlibat. Kebocoran data, pembatalan projek-"
"Aku nggak tanya keadaan perusahaan kamu, Roger. Aku ngga peduli! Yang aku mau cuma kamu pulang tepat waktu!"
Perempuan cantik itu menatap tajam jalanan gelap di depannya, seakan-akan sosok laki-laki berwajah blasteran itu ada di sana.
"Tamara, aku nggak sedang minta izin dari kamu. Aku cuma ngasih tahu kalau aku nggak bisa pulang dan-"
"Pertunangan kita batal?" potong Tamara sekali lagi.
Saat Roger tak menyahut, perempuan itu tertawa sarkas.
"Shit! Terserah kamu!"
Earphone di telinganya Tamara lepas. Dia melemparnya ke depan keras sebagai pelampiasan. Shakira yang terlelap di sampingnya membuat Tamara tak bisa berteriak dengan leluasa. Perempuan itu hanya bisa berdecak, memejamkan mata erat.
Di tengah jalanan gelap itu, mobil Tamara berhenti asal di tengah jalan. Saat ada sebuah mobil hitam dengan kecepatan rendah berhenti di belakang mobilnya, Tamara sama sekali tak menyadari. Pria di balik kemudi tak menekan klakson dan langsung keluar dari mobil.
Dengan satu tangan berada di dalam kantung hoodie, pria bertopi hitam itu mendekati mobil Tamara. Dia mengetuk kaca mobil Tamara, membuat perempuan yang sedang memejam itu membuka mata kaget.
Alis Tamara menyatu menatap wajah yang setengahnya tersembunyi di balik topi. Dia melirik dari kaca spion, mendapati sebuah mobil dengan mesin menyala berada beberapa senti di belakang mobilnya.
"Buka," ucap suara serak pria itu.
Tamara meringis. Dia menarik napas panjang untuk menenangkan emosi dalam dirinya sebelum membuka pintu di sampingnya. Setelah melepas sabuk pengaman yang melilit tubuhnya, Tamara melangkah turun dari mobil.
"Maaf, Pak. Say-"
Tamara tak bisa menyelesaikan ucapannya. Tiba-tiba, pria itu menghantam tengkuknya keras, membuat Tamara terhuyung dan jatuh ke aspal basah bekas hujan. Kerutan muncul di kening saat pandangannya mulai berbayang.
Pria bertopi itu berjongkok di depan Tamara. Hal terakhir yang bisa Tamara lihat adalah senyum miring di bibir yang ujungnya terluka, sebelum kegelapan merenggut kesadarannya.
Bab 1 01
29/06/2024
Bab 2 Hari pertama : Antah berantah
02/07/2024
Bab 3 Hari pertama : Perasaan sakit
02/07/2024
Bab 4 Hari kedua : Berlagak tak berdosa
03/07/2024
Bab 5 Hari kedua : Kenangan
03/07/2024
Bab 6 Hari kedua : Hanya 49 hari
04/07/2024
Bab 7 Hari ketiga : Kepala kalian taruhannya
04/07/2024
Bab 8 Hari ketiga : Kehidupan kotor
04/07/2024
Bab 9 Hari keempat : Jangan takut
05/07/2024
Bab 10 Hari keempat : Demam
06/07/2024
Bab 11 Roger
06/07/2024
Bab 12 Hari kelima :
07/07/2024
Bab 13 Hari kelima : Semanis kue
08/07/2024
Bab 14 Hari kelima : Indah itu Tamara
08/07/2024
Bab 15 Hari keenam : Kedekatan kecil
09/07/2024
Bab 16 Hari keenam : Penyusup
09/07/2024
Bab 17 Hari keenam : Perubahan Jeff
10/07/2024
Bab 18 Roger : Tamara diculik
13/07/2024
Bab 19 Hari ketujuh : Satu minggu bersama
14/07/2024
Bab 20 Hari kedelapan :
16/07/2024
Bab 21 Hari kesembilan : Mimpi 'indah' Tamara
17/07/2024
Bab 22 Roger : Apa alasannya
18/07/2024
Bab 23 Hari kesepuluh : Gerayahi
20/07/2024
Bab 24 Hari kesebelas : Ingatan samar
22/07/2024
Bab 25 Hari keduabelas : Jeff kuntilanak
23/07/2024
Bab 26 Roger : Orang tua Tamara
24/07/2024
Bab 27 Hari ke-tigabelas: Kepergian Jeff dari pulau
25/07/2024
Bab 28 Hari ke-empatbelas : Kejenuhan, atau kerinduan
26/07/2024
Bab 29 Hari ke-limabelas : Masalah perempuan, Jeff
26/07/2024
Bab 30 Hari ke-enambelas : Foto Tamara
27/07/2024
Bab 31 Hari ke-tujuhbelas : Jebakan Roger. Berhasil
27/07/2024
Bab 32 Hari ke-delapanbelas : Hanya peduli pada Tamara
28/07/2024
Bab 33 Roger : Jebakan seperti apa
28/07/2024
Bab 34 Hari ke-sembilanbelas : Eid lucu
29/07/2024
Bab 35 Hari ke-dua puluh : Kedatangan Roger di pulau Jeff
29/07/2024
Bab 36 Hari ke-dua puluh satu : Menyelinap
30/07/2024
Bab 37 Hari ke-dua puluh satu: Mati di tempat indah
30/07/2024
Bab 38 Hari ke-dua puluh dua : Roger kembali
31/07/2024
Bab 39 Hari ke-dua puluh tiga : Misi penting untuk Eid
31/07/2024
Bab 40 Hari ke-dua puluh empat : Ingatan itu seperti air
01/08/2024
Buku lain oleh Luigyhara
Selebihnya