49 Hari Bersama Tawanan Sexy
luar jendela yang hanya dipenuhi oleh pepohonan. Tamara yakin sekarang ini dia sedang berada di sebuah pulau pribadi. Melihat hanya a
tolon
nya duduk diam menatap rembulan dari balik jendela. Dia tidak bisa kabur mengingat pulau ini begi
am
ada permukaan tenang air garam. Suasananya berubah makin sendu. Tamara tak
mara adalah bintang yang paling bersinar di antara bintang-bintang lainnya. Maka dari itu dia bisa merebut perhatian bulan. Seorang pria tampan idaman
u nyarii
watir padanya, perempuan cantik yang keluar dari panti asuhan dan menggadaikan nyawa pada tuhan hingga bisa sesukses se
renggut nyawanya. Pria dengan raut tanpa emosi itu lebih mengerikan dari psikopat dal
embersihkan air mata yang membasahi wajahnya. Dia yakin hidung dan matanya pasti sudah be
mbunyi di dalam selimut. Telinganya dapat mendengar suara pintu terbuka, disusul langkah ha
ingkap. Jantung perempuan itu berdetak kencang, gugup luar biasa. Tangannya di dalam selim
ara
Jeff menelusuri kening, hidung, dan berhenti sejenak di bibir. Jantung Tamara berdetak
?" Suara halus Jef
pasti berhasil r
i rasa hampa yang menyiksa. Ujung mata Tamara lagi-lagi basah, dia mennagis tanpa tahu a
-pura tidur. Namun, wajah Jeff yang hanya berjarak sejengkal itu justru yang meny
a, menyentuh kening
merah, sambil tetap menatap Tamara. Senyum tipis tetukir di bibirnya saat Tamara mengeru
celetu
erdiri. Tanpa berkata apapun dia meninggalkan Tamara, berjalan cepat dan leny
bagaimana Jeff menculiknya, tapi sat
.
total ada tiga puluh dua anak tangga yang Tamara pijak hingga bisa sampai di lantai satu. Pantas sa
e. Hah!" Tamara berkacak pinggang di depan tan
ff muncul dari dapur,
menculiknya ke pulau yang entah ada di mana, dan malah bersikap ramah seakan tak memili
ar
. Perempuan bergaun biru langit itu ber
anan di saku pria itu berjalan di belakang Tamara, mengikutinya hingga sa
utin gue?" ta
i. Pria pemilik rahang tegas itu menggeleng pelan guna menjawab
r, memutar kepala cepat hingga ram
ahan senyum. Harum shampoo dari rambut Tamara