Sebaik apapun diriku pada ibu mertua, tidak juga membuat dirinya menyukaiku. Aku mungkin istri bagi puteranya tapi bukan menantu bagi dirinya. Setelah aku mengalami kecelakaan, akhirnya rahasia ibu mertuaku terbongkar. Ternyata ada perjanjian antara suamiku dan ibunya di balik agenda yang dilakukannya setiap hari Minggu. Mampukah aku menerima perjanjian yang menyakiti hatiku itu ? Akankah rumah tangga kami bisa bertahan ?
" Mas , tolong antar aku ke pasar ya ?"
Pagi itu aku telah bersiap untuk belanja mingguan. Sejak memutuskan menikah dengan mas Arga aku terpaksa tinggal serumah dengan ibu mertua.
Itu salah satu syarat perjodohan yang diajukan oleh keluarga mas Arga. Bukan hanya itu, aku juga dipaksa berhenti bekerja dari kantor pegadaian dan harus fokus menjadi ibu rumah tangga. Padahal aku telah bekerja selama lima tahun.
" Ehm - kamu naik ojek ya atau aku pesankan taksi online. Soalnya hari ini aku mau antar ibu ke rumah temannya " jawab mas Arga sembari memakai jam tangannya.
" Tapi mas, bukannya tadi malam kamu bilang bisa antarin aku hari ini ke pasar ?" tanyaku yang merasa heran atas perubahan rencana mas Arga.
" Iya, tapi tadi pagi ibu minta tolong buat antarin dia dulu . Ya udah aku pergi dulu ya , soalnya ibu udah tungguin aku di depan ."
Mas Arga mencium keningku, lalu beranjak pergi meninggalkan aku seorang diri di kamar dengan perasaan bingung.
Padahal hari ini adalah hari Minggu, bahkan aku sudah berencana untuk jalan - jalan dengan mas Arga. Kata orang quality time sangat perlu. Apalagi kami belum di beri momongan . Ya walaupun pernikahan ini baru berjalan tiga bulan. Tapi aku selalu berusaha membuka hati untuk suamiku itu.
Aku mengintip dari jendela, ku singkapkan kain gorden nya. Di luar ku lihat mas Arga membukakan pintu mobil untuk ibu. Aku tahu nggak seharusnya aku cemburu. Itu ibunya, mas Arga harus tetap berbakti pada ibunya sekalipun dia sudah menikah.
Ting ....
Sebuah notif pesan terdengar dari ponselku. Begitu aku lihat ternyata pesan itu berasal dari ibuku. Ia mengatakan bahwasanya sangat ingin bertemu,maklumlah aku hanya anak semata wayangnya.
Sebenarnya ibu menginginkan hal yang sama, setelah menikah aku bisa tinggal bersamanya dengan mas Arga. Tapi keinginan ibu mertuaku tampaknya yang paling utama. Dia tidak akan menerima perjodohan ini jika aku tidak bisa memenuhi syarat dari dirinya.
Jika bukan karena kisah cintaku yang tidak pernah mulus, aku juga nggak mau di jodohkan seperti ini.
****
" Arga itu orangnya ganteng, baik, Sholeh dan nggak pernah tuh keluyuran kemana - mana. Sayang ibunya pula, kalau laki - laki udah sayang sama ibunya sudah pasti dia juga akan sayang dengan istrinya " ucap Tante Sri ,mak comblang yang sudah terkenal di daerah kompleks perumahanku.
Bahkan dia mematenkan dirinya sebagai mak comblang anti gagal. Karena selama ini dia tidak pernah menemui kegagalan saat menjodohkan seseorang.
" Ya sudah, istri itu memang harus ikut apa kata suami. Yang penting kalau ada waktu kamu main - main ya ke rumah ibu bersama Arga. Soalnya ibu akan kesepian. "
Itulah yang dikatakan ibu saat aku mulai ragu menerima perjodohan itu. Tapi sekarang apa , untuk menemaniku ke pasar saja , mas Arga tidak punya waktu.
Alih - alih merasakan kesal yang tidak berkesudahan, akupun segera mengambil tas belanjaan yang biasa aku bawa ke pasar. Aku berencana ke rumah ibu sebentar setelah belanja.
Sambil menghela nafas panjang, aku pun segera mengunci pintu. Dan mencari ojek yang biasa menjadi langgananku.
" Mas Arganya pergi lagi ya mbak ?" ucap kang Sultan.
" Iya kang. "
Aku sedikit ragu menjawab pertanyaan kang ojek. Dia memang sudah menjadi langgananku setelah aku tinggal di rumah mas Arga. Bahkan dia lebih setia mengantarkanku kemanapun aku mau. Asalkan dibayar, namanya itu kerjaannya ya kan ?
Kang Sultan sudah berkeluarga, dan dia sudah bertahun - tahun menjadi tukang ojek. Sebenarnya namanya bukan Sultan melainkan Tono, tapi dia selalu menganggap nama adalah doa. Hingga akhirnya dia menyebut namanya sebagai Sultan. Dan berharap suatu saat hidupnya akan enak layaknya seorang sultan.
" Mas Arga itu memang nurut banget sama ibunya mbak. Anak surga banget dah, tapi saya agak bingung juga walaupun udah menikah dia tetap menomor satukan ibunya " ucap kang Sultan sembari menggelengkan kepalanya.
Aku hanya diam, sambil tersenyum. Bahkan semua tetangga hingga tukang ojek sudah cukup mengenal suamiku.
" Kami kira, mas Arga nggak pernah menikah ya ? karena kemana - mana selalu dengan ibunya. Eh rupanya bisa juga punya istri secantik mbak Dewi " celetuk kang Herman, teman ojek kang Sultan.
" Hush - gosip saja, tidak enak dengan mbak Dewi. Bagaimana pun mas Arga itu suaminya mbak Dewi. Kalian ini terus saja mengkompori mbak Dewi " sahut Mang Yono, pemilik warung di mana para tukang ojek suka mangkal .
" Kami ini menceritakan hal sebenarnya mang, kasihan gitu lihat mbak Dewi . Punya suami tapi seperti nggak punya suami. Masak lebih sering pergi dengan ojek ketimbang mas Arga. Padahal mas Arga ada di rumah, ada mobilnya lagi. Kalau saya mah seneng - seneng aja namanya rezeki " timpal Kang Sultan.
Aku tidak berkomentar apapun, karena semua yang di katakan oleh tukang ojek benar adanya.
Mau bagaimana lagi seperti nya aku menikah dengan seorang anak mami yang menomor satukan ibunya. Apa aku sanggup bertahan dengan suamiku ini atau malah memilih mundur ?