Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Majikanku Menjadi Mertuaku

Majikanku Menjadi Mertuaku

Banderos_POL

5.0
Komentar
801
Penayangan
19
Bab

Aisyah adalah seorang gadis desa nan cantik, Aisyah bekerja di kota dikarenakan ingin mengejar cita-cita dan membantu ekonomi keluarga. Aisyah bekerja di rumah keluarga Aryo. Namun pada akhrinya, Aisyah terjebak cinta segitiga antara anak majikannya dan teman sopirnya. Lika-liku kehidupan cinta Aisyah lalui, yang pada akhirnya menetapkan seorang Aisyah menjadi istri dari Angga anak majikannya, lika-liku rumah tangga dihadapi Aisyah, mulai dari masalah tersulit sampai menemukan cinta sejati.

Bab 1 Awal sebuah kisah

Perjalanan pagi telah menjadi sore, melihatkan jiwa giat bekerja seorang Aisyah yang penuh kesabaran. Aisyah seorang gadis desa, badan tinggi serta berhijab, memutuskan diri bekerja sebagai pembantu di kota Palembang.

"Mbak, alamatnya, di mana?" tanya sopir travel.

"Masih lama, bang, itu ke arah Kuta." Aisyah tersenyum menjawab pertanyaan sopir travel.

"Mbak, siapa namanya?" tanya kembali sopir travel.

"Aisyah, abang sendiri siapa?" Aisyah tersenyum halus.

"Wah namanya cantik, macam orangnya. Saya Hendro, panggil aja Bang Hendro." Sopir travel memperkenalkan diri.

"Hehe, bisa aja abang. Bang Hendro orang mana aslinya?" Aisyah terlihat begitu akrab.

"Saya orang Sekayu aslinya, Aisyah sendiri?" Hendro tersenyum malu.

" Saya orang Gajah Mati, saya ke kota sebab jadi pembantu, bang." Aisyah menunduk tersenyum.

"Hmm, Aisyah cantik, coba jadi model aja." Hendro tersenyum menunjukkan deretan giginya yang putih.

Aisyah tertawa mendengar celetukan sang sopir, Aisyah terlibat percakapan, Aisyah merasa tidak gugup lagi setelah diajak bercanda Sopir travel yang menjadi temannya itu.

"Bang, belok kiri ya, di perempatan nanti belok kanan." Perintah Aisyah.

"Ok, siap!" Hendro mengangguk tersenyum.

Aisyah menatap khalayak kota yang ramai dengan ciri khas kehidupan modern. Aisyah merasa begitu tenang menikmati perjalanan sebab ada yang mengajaknya ngobrol.

"Mak, abah, doakan Aisyah ya. Aisyah harus melangkah demi masa depan Aisyah nanti." Batin Aisyah diiringi buliran bening dari matanya yang senduh.

Melihat Aisyah sedih, Hendro sang sopir travel menjadi panik, "lho, mbak Aisyah kenapa ini?" Tanya Hendro khawatir.

"Gak apa-apa bang, cuma kelilipan, aja, hehe." Keles Aisyah.

Aisyah tipe orang tak pernah mau curhat atau membagikan masalah, terlebih kepada teman yang baru dikenalnya.

"Beneran?" Celetuk Hendro.

"Iya abang, yang ganteng." Aisyah mencairkan suasana.

Hendro tertawa lebar mendengar candaan Aisyah. "Jangan ketawa mulu, tuh, udah perempatan, nanti kelewatan lagi." Aisyah tertawa menutup mulut.

"Siap-siap!" Hendro tersenyum.

Aisyah seketika menjadi was-was, entah seperti apa nanti majikan yang ia dapatkan nanti, Aisyah nekat bekerja sebab dorongan cita-cita dan ekonomi keluarganya, di sisi lain ayahnya Aisyah sedang sakit, ibunya kerja sendiri, sehingga memutuskan seorang Aisyah untuk kerja dan menutup impiannya untuk kuliah seperti temannya yang lain, Aisyah sudah pasrah kemana takdir membawanya, yang terpenting iman tak meninggalkannya.

"Bang-bang, itu belok seperti yang saya bilang tadi, nanti di depan gang, berhenti ya." Aisyah menunjukkan arah sembari mengecek handphone.

"Ok-ok, nanti ketemu boleh kan, ya kalo ada waktu." Hendro tersenyum malu.

"Boleh aja kok, asal Aisyah ada waktu," Aisyah tersenyum sembari menatap pemandangan kota.

Aisyah cukup sadar, Aisyah juga tahu kalau sang Sopir travel diam-diam menyukai dirinya. Namun, Aisyah tidak mau salah langkah, niatnya kerja ke kota, bukan pacaran.

"Aisyah, sebelum adek turun, boleh lah kan, abang minta WA nya?" Hendro menyodorkan handphone.

Aisyah menatap sejenak, Aisyah juga tak bisa menolak, lagian cuma nomor WA, Aisyah tak ingin membuat temannya kecewa.

"Boleh, nah ini sudah, nanti aku chat." Aisyah mengembalikan handphone Hendro.

"Makasih Aisyah!" Hendro tersenyum manis sembari tertawa kecil menatap Aisyah dari spion dalam mobil.

Perempatan sudah di depan mata, mobil perlahan berhenti di tempat yang Aisyah tunjukkan. Aisyah keluar dari mobil.

"Makasih bang, sampai jumpa lagi ya, hati-hati." Aisyah menyodorkan ongkos memberi jempol.

"Hehe, siap. Sampai jumpa lagi nona cantik, jangan lupa nanti di chat." Hendro berlalu sembari memberi klakson tanda pamit pergi.

"Aneh, pria yang menarik, misterius, hmm," batin Aisyah. Hati Aisyah bergidik, Aisyah lalu menuju alamat tempat kerjanya.

Saat berpisah dengan Hendro, sang sopir travel. Aisyah merasa tegang, untuk menemui calon majikannya, Aisyah merasa nervous kembali sebab tak ada yang mengajaknya ngobrol atau sekedar bergurau semata.

Saat sedang berjalan, Aisyah dihampiri seorang nenek tua, "Nak, mau kemana bawa tas besar nih?" Tanya sang nenek dengan sopan.

"Ini, nek, saya pembantu baru dirumah keluarga Pak Aryo," Aisyah tersenyum hormat.

"Owh, ya, tak kira calon mantu Bu Heti," Sang Nenek tersenyum.

"Nenek, saya berlalu dulu ya, permisi." Aisyah tertawa pamit permisi.

Gerbang rumah keluarga Aryo telah di depan mata, semakin membuat nervous seorang gadis muda bernama Aisyah,

"aduh, bagaimana kalo mereka garang, bisa-bisa abis aku. Tapi tenang Aisyah, bismillah aja." Aisyah mengambil nafas dan menghembuskannya berulang kali.

Setelah merasa tenang, Aisyah memencet bel rumah, tak lama seorang wanita membuka pintu, "iya, cari siapa, ya!" Tanya seorang wanita yang tak lain adalah Bu Heti, nyonya rumah keluarga Aryo.

"Salam, saya Aisyah, pembantu yang di saluran yayasan, untuk kerja dirumah keluarga Aryo. Apa benar ini rumahnya, bu!" Aisyah berkata sesopan mungkin.

"Iya, benar dengan saya sendiri. Mari silakan masuk." Bu Heti menyambut Aisyah masuk.

Aisyah merasa sedikit lega sebab majikannya baik, setidaknya nervous diawal teratasi.

"Silakan duduk, dulu," Bu Heti mempersilakan Aisyah duduk.

"Terimakasih, bu," Aisyah tersenyum sembari duduk meletakkan barang-barangnya.

"Aisyah, namanya, cantik macam orangnya. Saya mau tanya, betul mau kerja jadi asisten rumah tangga?" Bu Heti membuka pembicaraan.

"Iya, bu, saya sudah mantap, asal halal, itu tidak mengapa bagi saya." Aisyah menjawab sesopan mungkin.

"Saya lihat, kamu anak yang baik, cantik lagi, ibu yakin kamu bisa mengerjakan tugas dengan baik." Bu Heti tersenyum lekat ke Aisyah.

"Bismillah, bu!" jawab Aisyah tersenyum.

"Aisyah, abis kita ngobrol-ngobrol, ba--!" ucapan Bu Heti terpotong.

Baik Aisyah maupun Bu Heti terkejut dengan kedatangan seorang pria berteriak-teriak. "Ibu, ayah!" Teriak seorang pria, yang tak lain adalah Angga anaknya pak Aryo dan bu Heti.

"Angga, bisa tidak pelan-pelan, kamu itu macam anak kecil, pulang olahraga teriak-teriak." Bu Heti kesal.

Aisyah terdiam takut melihat Angga yang tatapannya tajam. Bukan menjawab malahan Angga menatap lekat Aisyah, Aisyah semakin takut dan menunduk.

"Siapa? Hai siapa kamu?" Angga mendekati Aisyah.

Bu Heti diam memperhatikan Aisyah dan Angga. Namun, bu Heti kesal melihat Angga anaknya.

"Sa--ya, sa--ya, pembantu dirumah om, se--karang," Aisyah gugup ketakutan.

"Hmm, pembantu ternyata, Aisyah nama yang cantik, haha." Angga terlihat mengejek tertawa keras.

Aisyah semakin ketakutan, Aisyah sudah tahu untuk kelakukan seorang Angga.

"Cukup, sekarang masuk, kapan kau akan dewasa, ayah sama ibu, sudah mantap memasukkan Angga ke dunia militer," bu Heti kesal melihat tingkah putranya.

Angga terkejut, Angga menatap sinis ibunya, dari kecil Angga sangat tidak menginginkan menjadi seorang tentara walaupun badannya memberi. "Tidak, Angga tidak mau, tidak!" Angga membentak ibunya.

Aisyah tak bisa melihat orang tua di bentak, Aisyah menjadi kesal, "cukup om, cukup, dia ibumu, apa pantas berkata seperti itu?" Aisyah memberanikan menatap tajam mata Angga.

"Diam! Gak usah ikut campur, ini rumahku, kau hanya babu," Angga membentak Aisyah.

Aisyah menjadi takut dan terdiam. Namun, hatinya meradang, ingin rasanya membabak belurkan wajah Angga sekarang.

"Cukup, sekarang sudah cukup, apa yang dibilang Aisyah itu benar. Angga ibu mohon, berubah nak, berubah. Ibu malu kalo Angga terus-terusan macam anak kecil," bu Heti menenangkan Angga, kalau Angga diajak bertengkar juga tak ada baiknya.

Angga menatap tajam Aisyah dan berlalu ke kamarnya, Aisyah senduh menatap Angga. Di sisi lain, Hendro tak sabar menunggu chat dari Aisyah, Hendro diam-diam mencintai Aisyah.

Dirumah keluarga Aryo, Aisyah telah bekerja sepenuhnya sebagai Asisten rumah tangga, saat sedang beberes rumah, Angga datang bersama pacarnya Heni, wanita seksi, badan putih dan mulut nyinyir serta sombong. Angga duduk bersama Heni di sofa.

Heni yang melihat Aisyah lebih muda dan cantik, merasa kesal dan menatap tajam Aisyah yang tengah mengepel lantai.

Heni menghampiri Aisyah yang tengah mengepel lantai, Heni sengaja ingin membuat Aisyah dimarahin Angga sebab membuat dirinya terjatuh.

"Auh, sayang, lihat ini, pembantu kamu, kerja gak becus." Hardik Heni tersenyum sinis ke Aisyah.

"Ya Allah mbak, sini saya bantu," Aisyah menghampiri Heni.

"Jangan, saya gak sudi dipegang pembantu." Heni meledek Aisyah.

Angga menjadi kesal melihat Aisyah, Angga hendak mendorong Aisyah. Namun belum sempat menyentuh Aisyah, tangan Angga ditarik kasar oleh seseorang pria dan mendorongnya, Angga terkejut dan takut melihat sosok pria itu, sedangkan Heni ketakutan dan malu.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku