Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
90 Hari Bersama Presdir

90 Hari Bersama Presdir

AuthorRina

5.0
Komentar
186
Penayangan
2
Bab

Tiba-tuba diajak nikah Bos. Apa rasanya? Akankah pernikahan langgeng?

Bab 1 Tiba-tiba Diajak nikah

Bab 1

"Menikahlah denganku!"

Kata pria itu dengan wajah serius membuat Elara melongo sesaat, matanya membulat bahkan hendak keluar.

'Ini orang mabuk apa ya? Baru kenal beberapa hari masa ngajak nikah?'' batin Elera

Elera Monicha .seorang gadis 24 tahun, yang belum genap seminggu bekerja sebagai sekretaris di PT Holding Compeny. Perusahaan terbesar di Ibu Kota Elera sendiri tak menyangka bisa masuk ke perusahaan besar ini. Pekerjaan ini dia dapat setelah dirinya ditolak hampir sepuluh perusahaan dengan alasan yang sama.

"Maaf, kami gak menerima fresh gruaduate, kami mencari pekerja yang sudah mempunyai pengalaman."

Entahlah Elera sendiri tak tahu bagaimana pemikiran orang-orang ini, bagaimana para fresh gruduate seperti dirinya ini akan mendapat pengalaman kalau tak diberi kesempatan untuk bekerja.

Di tengah panasnya matahari Ibu kota Elera berjalan menyusuri trotoar, kakinya mungkin sudah lecet, dia merasakan perihnya, tenggorokan juga sudah kering dan peluh sudah membasahi badan, langkah kaki gadis itu gontai dan sedikit terseok. Hari ini sudah tiga perusahaan menolaknya, dengan alasan yang sama. Sebuah alasan klasik yang tak ada matinya.

"Kami mencari orang yang berpengalaman."

***

Elera menelan air liurnya saat melihat gerobak es cendol di seberang sana, beberapa orang tampak sedang menikmati minum di depannya, kesegaran es tersebut yang kelihatan menggiurkan ketika diminum. Ellera merogoh uang di sakunya dia tersenyum saat melihat uang pecahan lima puluh ribu di sakunya, bolehlah dia minum es cendol dan semangkok bakso. Namun, baru beberapa langkah kaki Elera tiba-tiba dia teringat seseorang yang berbaring lemah di rumahnya menarik napas dalam, hari ini obat kakaknya habis dan dia belum membelikannya obat. Aprliea Alilie adalah kakak angkat Elera, mereka dibesarkan di panti asuhan yang sama, setelah tamat SMU, April mengajak Elera tinggal di rumah peninggalan orang tuanya dan mereka hidup selayaknya saudara, tetapi sudah beberapa bulan ini Aprilia sakit dan divonis kena kanker stadium dua. Dokter juga sudah menyarankan untuk operasi tetapi apa daya Elera tak ada uang dan BPJS juga hanya bisa membayar setengahnya saja.

"Keadaan kakak anda sudah kian mengkuatirkan, saya kuatir sel kanker akan menyebar ke organ tubuh yang lain," ujar lelaki tua berpakaian Dokter itu dengan nada serius setelah melihat tulisan hasil pemeriksaan April kakak angkat Elera.

"Tolong selamatkan kakak saya, Dok!"ujar Elera memohon. Tatapannya sayu menatap Dokter, gadis itu sungguh berharap agar Dokter mau membantunya.

"Satu-satunya jalan kita harus operasi, membuang sel kanker yang merusak organ hatinya," kata Dokter itu memaparkan kedaan pasien yang sedang ditanganinya.

"Tapi," lanjut sang Dokter.

"Tapi apa, Dok?"tanya gadis cantik bermata kelinci itu.

"Biayanya tak sedikit," jawab Dokter Ibrahim. Dokter yang menangani kakaknya sejak pertama divonis kanker oleh Dokter umum yang memeriksanya.

Elera menarik napas dalam, dia sudah menduga inilah yang akan dikatakan sang Dokter. Dengan suara berat dan sedikit ragu Elera bertanya," berapa biayanya, Dok?'

"Kurang lebih seratus lima puluh juta," jawab sang Dokter yang membuar Elera diam seketika.

Bagaimana dia bisa mendapatkan uang sebanyak itu?"

Elera memasukkan uang pecahan lima puluh ribu itu ke sakunya kembali, lebih baik uang itu untuk membeli obat kakaknya. Dia kemudian duduk di tepi taman memperhatikan beberapa anak sedang bermain dengan orang tuanya. Sungguh bahagia mereka bisa mendapatkan kasih sayang orang tuanya. Bereda dengan dirinya yang tak pernah tahu siapa orang tuanya.

Menurut pemilik panti, Elera diletakkan di depan pintu gerbang panti asuhan dalam kardus bersama sekotak susu, kain selimut dan sebuah tulisan.

[Tolong selamatkan anakku!]

Ibu Asih pemilik panti kemudian menyimpan tulisan itu dengan baik.

"Ibu tak tahu siapa yang meletakkan kamu di sini, tapi Ibu mengira kamu bukan dari keluarga miskin. Ibu rasa Ibu kamu adalah orang kaya. Bisa dilihat dari merk susu yang ada dalam kardus saat kamu ditemukan, itu bukan susu bayi yang murahan atau biasa," ujar Bu Asih saat Alera tanya siapa orang tuanya.

"Kalau aku anak orang kaya, kenapa aku dibuang Bu? Kenapa mereka menaruhku di panti asuhan?" kata Elera terisak. Hati siapa yang tak remuk jika mendapati kenyataan kalau dirinya adalah anak buangan yang mungkin saja dirinya adalah anak yang tak diharapkan kehadirannya oleh kedua orang tuanya.

"Nak, kita tak tahu jalan hidup orang seperti apa, mungkin orang tuamu membuagmu karena terpaksa. Terbukti ada surat dimana orang itu meminta kamu untuk diselamatkan, mungkin saat itu memang keadaan yang mengharuskan kamu harus dibuang, biar selamat," kata Bu Asih.

Elera menarik napas dalam mengingat pembicaraannya dengan pemilik panti itu.

"Kalau aku anak orang kaya, kenapa aku dibuang?" Pertanyaan yang sudah lama bermain di otak Elera sejak tahu merk susu yang di tinggalkan dikardus tempat dia dibuang dulu harganya mencapai enam ratus delapan puluh ribu sekotak dalam ukuran kecil.

"Tolong,tolong! Copet tolong!"

Teriak seorang pemuda yang mengagetkan Elera dari lamunannya. Bola mata wanita itu memutar kearah sumber suara dan benar saja seorang pemuda tanggung berlari kencang membawa tas kerja dan seorang lelaki berkulit putih, berpakaian rapi mengejarnya dari belakang.

"Tolong!" kata pemuda itu menarik napas sebentar sambil menunjuk ke arah pemuda yang lari tadi saat melihat Elera.

"Tolong(,) Mbak kejar dia, dia," lagi lelaki itu mengatur napas.

"Ah kelamaan," ujar Elera berlari mengejar copet yang sudah entah berapa meter jauhnya.

Pemuda itu sempat melongo sebentar melihat kecepatan lari Elera.

"Busyet, cepat amat larinya," gumam Dave sambil melihat kecepatan lari Elera yang di atas rata-rata.

"Mas, mana (malingnya," tanya>> dialog yang tanya, tanda bacanya juga harus tanda tanys) seseorang bertubuh tambun asisten pribadi Dave.

"Kamu lari macam siput! Diet dikitlah!" ujar Dave dengan nada yang meninggi. Dia jengkel pada asistennya yang dengan tinggi yang tak lebih seratus enam puluh centi meter itu berat badan Ibrahim asistennya itu mencapai delapan puluh kilogram.

Dua lelaki beda level itu kemudian berlari berusaha menyusul Elera yang entah kemana larinya.

Sementara Elera, gadis bertubuh mungil itu terus berlari mengejar lelaki didepannya.

"Hoi, berhenti!" (tariak Elera.>> teriak)

Elera yang memang terkenal memiliki kecepatan lari yang kencang (dikalangan >> dipisah) panti itu terus mengejar pemuda yang dihadapannya. Saat jarak tinggal beberapa meter, Elera menendang tubuh pemuda itu persis seperti adegan film laga hingga pemuda itu jatuh tersungkur.

"Rasain, sakit kan!"ujar Elera tersenyum sinis. Rupanya selain ahli lari cepat, Elera juga ahli bela diri, terbukti sekarang dia sudah berdiri memasang kuda-kuda persis pesilat tangguh.

"Hai cewek! Berani Lo ya ikut campur masalah Gue! Mau kena Lo ya," kata lelaki itu geram.

"Cih, siapa takut," kata Elera menantang.

Sebentar kemudian adegan saling memukul terjadi menyita pehatian orang-orang di sekitar tempat itu.

"Pak, tolongin Pak! Lelaki itu copet Pak!" ujar Dave saat melihat beberapa orang bergerombol melihat ke arah Elera yang sedang bertarung dengan perampok.

"Eh awas!" teriak Dave saat melihat si perampok mengeluarkan senjata tajam berbentuk pisau yang mengkilat.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku