Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Sang Pemuas
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Sekitar tengah malam, seorang gadis SMA masih menikmati alunan musik DJ dalam sebuah club' malam. Gadis itu nampak santai berjoget mengikuti tempo musik yang semakin lama semakin cepat.
Tentunya berdesakan tak membuatnya kehilangan kenyamanan, gadis itu melambai tangan ke kanan dan ke kiri di sertai badannya yang ikut bergerak.
Healing terbaik menurutnya adalah ini. Dunia sesungguhnya tempat dia menghilangkan rasa penat.
Sementara di tempat yang sama namun berbeda posisi, sekelompok pria tengah sibuk meminum c*cktail dengan netranya tak lepas melirik gadis gadis sexy di tengah kerumunan sana, mereka tertawa lebar menikmati suasana malam ini. Akan tetapi, ada salah satu diantara mereka yang hanya diam lesu tak bergairah.
"Ada apa bro, murung banget kek benang kusut," celetuk Zean kala melihat sang teman tengah diam tak bergairah.
Biasanya Melvan yang begitu semangat, tapi melihatnya dalam kondisi begini, temannya yang lain–Gio protes. "Gak seru anjir. Ngapain dateng ke sini kalo mood lo minus."
Perkataan itu sama sekali tak di gubris, mengingat bahwa ayahnya mulai mengatur Melvan dan melarang dia ini itu.
"Biasa, bokap gue ngatur banget jadi orang tua. Rese, posesifnya melebihi cewek tau gak," ucap Melvan menginterupsi kedua temannya.
Alih alih menjawab, Zean maupun Gio malah saling memandang, lalu sedetik kemudian menghamburkan tawa.
"Lucu?! Apa gue lagi becanda ini?!" kata Melvan datar tak berekspesi, jujur saja akhir akhir ini permintaan sang papa sangat di luar nalarnya.
Zean terkesiap, pun dengan Gio. Akhirnya salah satu dari mereka mengemukakan pendapat.
"Kalo ucapan bokap lo serius, mending lo nurut deh," pendapat Gio.
Zean terheran. "Lah, kalo nurut sama ortu berarti itu tandanya lo setuju Melvan di kurung di rumah," tanyannya.
"Iyalah, kalo misal lo nurut otomatis bokap masih bakal memfasilitasi hidup lo." jeda Gio,
Melvan anggukan kepala tanda setuju.
"Kalo milih nurut lo bakal bisa dapet dua keuntungan." lanjutnya.
Karena penasaran, Melvan mencondongkan wajahnya, bersiap mendengar kelanjutan ucapan Gio yang terlihat semakin serius. "Apa keuntungannya."
"Yang pertama jelas nama lo pasti baik di mata om Gibran, nah yang kedua, lo itu masih bisa tetep keluar tanpa sepengetahuan bokap."Gio menaik turunkan alisnya, tangannya berbentuk centang di bawah dagu.
Oke. Melvan mengangguk setuju. Tapi bagaimana caranya supaya bisa keluar tanpa sepengetahuan Papanya?
"Gimana caranya, to the point dong nyet, basa basi mulu!" ucap Melvan tak sabaran.
"Kunci aja kamar lo, dan lo keluar lewat jendela. Gimana, brilian kan?"
"Memangnya bokap gue sebodoh itu, tiap detik aja rumah gue selalu di kelilingi anak buahnya. Kalo gitu mah gue juga bakal ketauan," ujar Melvin mendelik.
Zean yang mendengar itu langsung mendaratkan pukulan tanpa di tunda, lelaki itu mendengkus kasar. "Receh!"
Akibatnya, Gio meringis. "Aww, sakit a'a ih kamu teh main kekerasan gitu," ujarnya sok menjadi perempuan tersakiti. Hal itu membuat Zean maupun Melvan mual.
"Nyesel sumpah gue ngedengerin bualan lo!" sarkas Melvan. Lelaki itu meminum c*cktail beberapa cangkir dengan sekali teguk.
Zean tahu kondisi keluarga Melvan seperti apa. Ayah dan Ibunya sangat baik dan perhatian bahkan kepada teman Melvan sekalipun, jika berkunjung ke rumahnya, maka di pastikan orang yang tidak mendapatkan perhatian khusus dari orang tuanya sendiri akan terenyuh.
Apalagi ibunya, dia adalah bidadari bentuk manusia yang paling indah di muka bumi.
Zean sangat paham, ayahnya Melvan hanya ingin melihat sang anak hidup teratur, toh itu juga nanti untuk kebaikannya sendiri di masa tua. Andai saja Zean berada di posisi Melvan sekarang. Zean malah akan merasa sangat senang dan bersyukur.
Menyadarkan Melvan arti sakitnya merasa kehilangan itu rasanya percuma dan sia–sia. Oleh sebab itu Zean Sampai detik ini masih bungkam tak memberi masukan lebih.
"Itu karena nyokap bokap lo sayang sama lo Van, percaya deh sama gue. Mereka cuman gak mau anaknya jadi brandal." Zean memberi wejangan.
Lelaki itu adalah yang paling dewasa diantara ketiganya. Bisa di bilang, Zean adalah pakar dari pemberi nasihat.
"Lo gak ngerti Ze, gue itu terlalu di kekang. Gue itu bukan cewek yang perlu di atur ini itu!" sentak Melvan, seolah di sini bahwa Zean pelaku utamanya, apakah lelaki itu tak membela temannya sendiri?!
Zean tersenyum getir, mungkin saja nasihatnya belum di terima baik sekarang, Melvan rasanya belum sedewasa Zean, sehingga cowok itu sukar mencerna makna tersirat dari ucapannya.
Biarlah dulu seperti ini, Melvan semakin di larang semakin keras pula ia memberontak. Zean hanya bisa menemani kedua temannya itu dengan tak banyak komentar.
"Terus, gimana keputusan lo sekarang?" tanya Gio ingin mendengar kelanjutan dan jawaban sesungguhnya dari Melvan.
Hanya ada gelengan lemah, Melvan sendiri pun sampai saat ini masih belum mengetahui rencana yang akan di buatnya.
"Kalo gitu, mending let's enjoy the party." Gio merangkul Melvan sebelah kanan, sedang Zean berada di sebelah kiri.
Mereka akhirnya bisa sampai di tengah tengah keramaian. "Nikmatin aja dulu guys, hidup cuman sekali!" pekik Gio heboh.
Zean lagi lagi hanya bisa geleng geleng kepala. Baginya, dua orang itu tak pernah tumbuh dewasa. Mereka adalah anak anak yang masih mencari jati diri.
***
Semakin lama, Melvan sudah bisa melupakan masalahnya sejenak hingga suasana hatinya berubah menjadi ceria.
"Wanjay sekali pemirsah. Liat liat, itu ada cewek bodynya, Beuh mantep bet." Gio memfokuskan pandangan kedua temannya pada salah satu gadis yang berada di kerumunan.
Zean dan Melvan mengikuti arah pandang Gio. Begitu melihat sosoknya, mereka beradu pandang kemudian tertawa. Meski melihat gadis itu dari belakangnya saja, sudah ada ketertarikan terhadap gadis itu.
"Memang bener ya, lo itu kalo urusan cewek nomer satu."
Gio menyunggingkan senyum. "Yo, deketin." siasat buruknya.
"Gue duluan." ucap Melvan mendahului mereka.
Begitu jaraknya sudah dekat, Melvan pura pura menubruk wanita itu dari belakang dan kala wanita itu akan terjatuh, dengan tubuhnya terkukung di pangkuan Melvin.
"Sorry, Sorr–" ucapan Melvin terpotong, gadis itu bangkit, tak lupa ia injak kaki Melvan dengan sangat kencang.
Cekrek.
Tanpa mereka sadari, momen itu sudah terekam abadi dalam sebuah foto.
"Don't touch me," buru buru Ayyara melenggang pergi.
Melvan tertawa mengejek. "Uwww,"
Melvan juga bersama teman temannya menertawakan kepergian Ayyara.