Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Bucinnya Cowok Temprament

Bucinnya Cowok Temprament

Izda SN

5.0
Komentar
5.6K
Penayangan
116
Bab

Bastian Theo Raymond seorang pemuda tampan yang mengalami kecelakaan bersama kekasihnya Liliana Mahendra. Kecelakaan tersebut menjadikan keduanya mengalami amnesia dan terpisah selama lima tahun. Saat dipertemukan kembali, Theo kembali jatuh cinta pada Lili, seorang dokter cantik di rumah sakit MMC. Tanpa tahu bahwa wanita itu sosok yang sudah melekat di hatinya. Karena sebuah kesepakatan yang dibuatnya dengan pemilik rumah sakit bernama dr. Mahendra sekaligus ayah kandung dari Lili , Theo berani melepaskan uang 10 milyar dan menukarnya demi menikahi Lili. Sialnya, Lili malah membuat Theo hampir melepaskannya. Disaat itu pula, Lili menemukan penggalan kisah masa lalunya lewat mimpi dan beberapa ingatan yang melintas saat bersentuhan dengan Theo. Bukannya senang ketika Theo hendak melepasnya, Lili malah berusaha untuk bertahan demi merangkai kisahnya dan menyebutnya Puzzle. "Aku atur sandinya dulu. Sekarang sandinya hari pernikahan kita aja ya, biar kamu gak lupa" ucap Theo dengan lembut di depan pintu kamarnya, lalu membuka pintu tersebut. Theo merangkul pinggang ramping Lili dan melangkah memasuki pintu. Namun tiba-tiba wanita cantik itu menepis tangan Theo dan reflek mendorongnya sampai terjatuh. "Aww..w" pekik Theo kesakitan ketika badannya terhempas ke lantai. Dia pun segera bangkit perlahan dengan mendirikan tongkatnya terlebih dahulu. "APA YANG KAMU LAKUKAN? KAMU DATANG KESINI UNTUK MEMPERPENDEK UMURKU, HAH?!!! Begitulah hari pertama mereka menikah. Awal mula kisah tentang sepasang kekasih yang sama- sama mengalami amnesia yang dipertemukan kembali dalam ikatan pernikahan. Pernikahan yang cukup rumit. Namun Theo si cowok tempramen, dia menjadi bucin akut terhadap Lili. Apa yang sudah Lili lakukan sehingga Theo bisa bertekuk lutut kepadanya??

Bab 1 Pertemuan pertama

Bruukkk!!!

Sebuah kecelakaan terjadi di persimpangan lampu merah. Seorang pengendara motor terlempar jauh bersama motornya hingga sepuluh meter ke depan. Beberapa pengendara motor dan mobil ikut membantu membawanya ke pinggir jalan.

"Masih hidup gak?"

"Pria atau wanita?"

"Ya ampun darahnya sampe bercucuran"

Begitulah kasak- kusuk para pejalan kaki yang ikut serta melihat korban kecelakaan yang tergeletak di trotoar.

"Masih hidup, dia seorang pria" ucap salah seorang yang membuka helm full face korban tabrak lari tersebut setelah mengecek denyut nadinya terlebih dulu.

Ya! Pria itu bernama Bastian Theo Raymond. Pria berusia dua puluh empat tahun yang bekerja sebagai pengacara di firma hukum Raymond Nusantara dan Partner (RNP).

Pria berparas tampan yang mempunyai tubuh tinggi tegap yang populer di kalangan masyarakat karena seringnya muncul di televisi bak selebriti papan atas.

Namun naas, saat itu tak ada satupun yang mengenalinya karena salah satu luka di pelipisnya akibat pecahnya kaca helm menyebabkan wajahnya penuh dengan darah. "Saya akan menghubungi polisi dan ambulance" ucap salah seorang yang menolong pria tersebut.

Sementara pengendara mobil yang menabraknya tak lantas menghampiri dan malah melarikan diri.

Selang beberapa menit, polisipun datang beriringan dengan mobil ambulance.

Rumah Sakit MMC

Plapp

Theo mulai membuka matanya perlahan. Maniknya mengarah ke langit-langit ruangan yang berwarna putih. Lalu mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya, dilihatnya sebuah infusan yang menggantung dan menyambung ke tangannya. Dia pun melihat pakaian yang dikenakannya saat ini yang tak lain adalah seragam untuk pasien rumah sakit. "Bapak sudah sadar?" Tanya seorang dokter perempuan dengan ramah, yang masuk ke ruangan tersebut bersama seorang perawat yang mengikutinya di belakang.

Dokter itu tak lain adalah dr. Liliana Mahendra, anak dari pemilik rumah sakit Mahendra Medical Center (MMC), dr. Mahendra.

"Cantik" reflek Theo mengucap kata itu pelan. Namun masih terdengar oleh dokter perempuan itu walau samar.

Tentu saja cantik, semua orang mengakuinya, bahkan banyak diantaranya yang menyebutnya mirip artis korea Kim Ji-Won.

Selain itu, walaupun tidak pernah perawatan khusus, tapi wajah dan tubuhnya putih mulus bak porselen. Juga rambut panjang sepunggung dengan poni tipis panjang setengah wajah yang tak menutupi dahi terlihat meliuk ke arah telinga. Hal tersebut mampu menghipnotis para pria.

"Kenapa pak?" Dokter itu pun ingin memastikan apa yang didengarnya barusan. Dia takut salah mendengar, juga tak ingin merasa kepedean. Selain itu diapun ingin memastikan jika pasiennya tidak mengalami keluhan pasca operasi.

Namun Theo hanya menggelengkan kepalanya malu.

"Baiklah, perkenalkan nama saya dr. Liliana. Saya yang sudah mengoperasi kaki bapak beberapa jam yang lalu. Setelah ini bapak akan dipindahkan ke ruang perawatan ya pak. Bapak harus istirahat total saja. Saya akan pantau 2x sehari selama satu minggu ke depan. Boleh saya tahu nama bapak siapa?" Tanya dr. Liliana. Pasalnya pihak rumah sakit belum mengetahui identitas pasien, karena menurut petugas ambulance yang membawanya, mereka tidak menemukan kartu identitas ataupun dompet di sekitar TKP.

"Theo" jawabnya singkat.

"Baiklah, bapak Theo. Apakah bapak tahu kenapa bapak sampai berada di rumah sakit ini?" Tanya dr. Liliana pelan dan lembut.

Lagi-lagi Theo hanya menggelengkan kepalanya. Tak lantas menjawab, dia hanya mengagumi sosok cantik tersebut. Bahkan dalam hatinya merasa seperti menemukan sesuatu yang pernah hilang. Sungguh aneh bukan?

dr. Liliana pun tersenyum menanggapinya. Tidak heran untuk seorang pasien kecelakaan untuk tidak mengingat apa yang mereka alami.

"Sebenarnya bapak tadi mengalami sebuah kecelakaan di lampu merah yang tidak jauh dari rumah sakit ini. Sehingga bapak mengalami cedera yang cukup parah pada tulang kaki, tapi sekarang sudah tidak apa-apa, tinggal pemulihan saja. Maaf, kami melakukan operasi darurat dikarenakan keadaan bapak yang kami golongkan menjadi pasien trauma". dr. Liliana dengan penjelasan yang panjang lebarnya. Sementara Theo hanya mengangguk tanda paham. Tersenyum, dengan senyuman yang tak biasa.

"Sekarang bapak boleh memberitahukan kontak wali yang dapat kami hubungi kepada suster" dr. Liliana menunjuk ke arah suster yang berada disampingnya. Namanya suster Indri.

"Saya pamit dulu, karena masih banyak pasien yang harus saya periksa. Jika ada keluhan ataupun pertanyaan, boleh disampaikan saja pada suster. Permisi." ucap dr. Liliana pamit dan berlalu meninggalkan ruangan itu. Sementara Theo hanya bengong menatap kepergian dr. Liliana yang menghilang setelah pintu tertutup.

"Apa dr. Liliana sudah menikah?" Pertanyaan frontal itu dilontarkan Theo kepada suster. Sementara suster Indri menyunggingkan bibirnya membentuk sebuah senyuman.

"Maaf pak, itu privasi. " jawab suster Indri ramah.

"Ayolah suster..." Theo memasang wajah yang memelas.

"Baiklah. dr. Liliana belum menikah." Jawab suster Indri yang sedang mengganti infusan Theo.

"Oh... Emm, apa aku terlihat seperti bapak-bapak??" Theo heran dari tadi dr. Liliana dan suster itu terus memanggilnya dengan sebutan bapak.

"Enggak. Bukan seperti itu. Itu sudah menjadi prosedur kami pak, agar selalu sopan dan ramah kepada pasien". Jawab suster Indri yang menyiapkan obat dan vitamin untuk Theo. "Boleh saya tahu latar belakangnya, sedikiiiit saja" Theo dengan wajah memelasnya.

Suster Indri menghela nafas panjang.

"Tapi janji yaa, ini rahasia." Suster indri sedikit berbisik.

Theo mengangguk penuh semangat. Dia sangat penasaran dengan sosok dr. Liliana yang dia kagumi itu.

"dr. Liliana itu anak dari dr. Mahendra, pemilik rumah sakit ini. Beliau merupakan anak tunggal dr. Mahendra yang selalu menjadi kebanggaannya karena selalu bisa diandalkan. Ini adalah tahun pertamanya mengabdi setelah menempuh pendidikan S2 nya spesialis ortopedi di luar negeri". Jawab suster Indri panjang lebar.

Theo mengangguk dan tersenyum. Dia semakin mengagumi sosok perempuan cantik yang ditemuinya beberapa menit yang lalu.

Tak berselang lama suster Indri pun keluar dari ruangan itu dan memindahkan Theo ke ruang perawatan dibantu oleh petugas rumah sakit yang lain.

Sementara diruangan lain sedang diadakan rapat yang dihadiri oleh pemilik rumah sakit yang tak lain adalah dr. Mahendra dan para dokter sekaligus staff rumah sakit.

Brakkk!!!

Sebuah map dilempar diatas meja dengan keras.

"Carikan seorang pengacara handal untuk kasus ini!" Titah pria paruh baya yang memakai setelan jas rapi. Dialah dr. Mahendra.

"Maaf dokter, saya sudah mencarikannya. Tapi mereka semua menolak. Adapun setelah sidang pertama tadi pagi, seorang pengacara yang kita sudah bayar mahal itu mundur tiba-tiba. Dia juga sudah mengembalikan uang yang sudah kita transfer." Jawab seorang dokter yang bernama dr. Syarif, kepala rumah sakit MMC.

dr. Mahendra menautkan kedua alisnya, heran. "Ada apa dengan mereka? Bayar mereka lebih mahal!" Tegasnya.

"Maaf dokter, bukan uang masalahnya"

"Jadi apa masalahnya?"

"Begini dokter...." Jelas dr. Syarif panjang lebar. dr. Mahendrapun mendengarkan setiap kata yang terucap tanpa ada yang terlewat.

Kasus yang sedang menimpa dr. Mahendra adalah kasus pelecehan seksual. Entah itu pemaksaan atau murni suka sama suka. Hanya mereka berdua yang tahu.

dr. Mahendra tidak tahu siapa yang memasang kamera cctv di kamar hotel yang dipesannya pada malam itu. Yang jelas, dari penggalan video yang diambil sebagai bukti, dr. Mahendra terlihat sedang asyik memompa seorang wanita cantik. Wanita tersebut diyakini adalah Ayudia William, istri dari William Hartanto seorang pemimpin perusahaan besar, William's Group.

"Setelah sidang tadi, kita beserta pak William mengadakan sebuah mediasi kembali. Pak William menawarkan sebuah kesepakan untuk dr. Mahendra". Ucap dr. Arif yang juga menghadiri sidang.

"Apa itu?" dr. Mahendra antusias.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku