Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Gadis Barbar dan Cowok Cupu

Gadis Barbar dan Cowok Cupu

Moena Ash Shakila

5.0
Komentar
4.5K
Penayangan
49
Bab

Gadis cantik anak seorang mafia, Hidupnya sesuka hatinya, dan tak suka diatur. Ia suka dengan teman sebangkunya. Cowok cupu yg suka kena bully..

Bab 1 Sekolah

Warning, 21+

Mengandung kekerasan dan adegan dewasa..

***

Ameera berlari sekuat tenaga saat suara sirine mobil polisi memecah jalanan.

Baru saja ia ikut tawuran dengan sekolah anak SMA lain, ia yang merupakan anak gadis sendiri tak peduli dengan yang lain, yang ia pikirkan menyelamatkan diri.

Ia segera memutar kunci motor gedhenya, lalu segera meninggalkan jalanan yang baru saja buat mereka melakukan kesenangan ala anak muda, yaitu tawuran.

Ameera mengendarai sepeda motor dengan ugal-ugalan. Seragam biru putihnya sudah kotor dan ada sedikit bercak darah. Oh iya Ameera ini baru saja lulus SMP yah, ia salah satu murid SMP yang ikut dalam tawuran kakak kelas tersebut, dan ia adalah dalang dari terjadinya tawuran, bahasa kerennya provokator.

***

Pagi Menyapa di Kota Jakarta,

baru seminggu Ameera kembali dari Amerika, ia sempat mogok dua tahun nggak sekolah, sehingga dirinya yang kini hampir usia 19 tahun, baru kelas 11.

"Kak, pakai mobil aja, kita bertiga sekolah barengan." usul Nizar di sela sarapan mereka,

"Ogah. Kakak males bareng kalian. Ingat ya jan sampai tau kalian itu adik-adik gue," ucap Ameera memicingkan mata menatap dua bocah kembar yang begitu sangat mirip. Tapi itu hanyalah gurauan semata.

"Gue juga ogah, punya kakak brandal," ejek Nizam, lalu ia melangkah pergi setelah meminum susu coklatnya.

Mereka berempat di rumah, kedua orang tuanya pergi sejak subuh tadi, sedangkan Queen ia ada tes tengah semester. Sehingga berangkat lebih dulu dengan supir.

"Adik laknat lu!" maki Ameera. Namun Nizam hanya senyum mengejek.

"Tunggu Zam, yaelah. Main ninggalin gue aja." protes Nizar.

"Cabut, kuyy." Ajak Nizam,

"Balapan sampai sekolah." Ameera tak mau kalah, ia menyampirkan tas sekolahnya lalu berlari menuju pintu keluar.

"Gaskeeun." sambut Nizar yang memang punya hobi yang sama.

Nizam hanya geleng-geleng kepala. Melihat kakak dan juga saudara kembarnya.

Menit kemudian, ketiganya sudah di atas badan sepeda motornya,

Ameera di atas sepeda motor warna merah, Nizar dengan sepeda motor warna hijau dan Nizam dengan sepeda motor warna hitam.

"Pak, bukain gerbang!" teriak Ameera, kepada satpam yang menjaga rumah. Satpamnya hanya mengangguk patuh. Ketiganya sudah membleyer sepeda mereka masing-masing. Begitu gerbang terbuka lebar, ketiganya melesat keluar gerbang, lalu menambah kecepatan saat roda sudah berputar di jalan raya.

Hari ini adalah hari pertama Ameera masuk sekolah di SMA barunya. Tentunya sekolah milik keluarga Narendra, sebab sekolah itu sudah di beli keluarga Narendra dari pemilik sebelumnya.

Ameera begitu tangkas dalam berkendara, membuat kedua adiknya tertinggal. Ameera menyalip ke kanan dan ke kiri, tak mempedulikan pengendara lain yang terganggu.

Sampai di perempatan trafic light, Ameera bisa melewati sebelum lampu berubah merah, Nizar memukul tangki sepeda motor dengan kasar, sebab ia terpaksa berhenti karena lampu kuning berubah jadi merah.

"Gila. Kakak dari dulu susah di kalahkan." gerutu Nizam.

"Kakak saja yang lagi beruntung," balas Nizar. Nizam tak menanggapinya, sebab lampu sudah berubah hijau, lalu mereka kembali melajukan sepeda motornya.

Ameera masih mengendarai dengan kecepatan di atas rata-rata, jarak sekolah yang biasa di tempuh perjalanan 25 menitpun, hanya ia tempuh dalam waktu 10 menit.

Ciit...

Suara decitan roda beradu dengan aspal memekik telinga, saat tiba-tiba rem mendadak membuat sepeda motor berhenti.

"Anjing!" Umpat Ameera, menatap sepeda motor gede warna hitam belok kiri tanpa menyalakan lampu sein. Untung Ameera bisa mengendalikan laju sepeda motornya, sehingga tak sampai menabrak. Sepeda motor hitam lengkap dengan si pengendarapun berhenti, si pengendara menoleh, tanpa ada rasa bersalah sedikitpun. "Bisa bawa motor nggak sih, goblok!" bentak Ameera sekali lagi.

"Oh maaf." jawab si pengendara saat menyadari kesalahannya, sebab ia lupa nyalain lampu sein saat berbelok.

Tanpa mempedulikan Si pengendara motor hitam, Ameera bergegas menyetarter sepedanya, sebab mesin sepeda motornya yang mati.

Namun yang terjadi sepeda motor tersebut, mati dan tak bisa di hidupkan kembali. Ia turun dari badan sepedanya, menendang sepeda motornya, sebab ia tahu kemungkinan motornya mogok, sebab sejak di tinggal di Amerika, sepeda itu tak ada yang menyentuh, sebab Ameera tak suka jika ada yang menyentuh barang miliknya. Dan baru kali ini ia memakainya setelah tadi pagi meminta tolong ke Ali untuk memanasi sepeda motornya, ingatkan siapa Ali? Semoga ingat ya, dia itu anak jalanan yan kemudian di jadikan adik angkat Rehan.

"Kenapa motormu, mogok?" Tanya si pengendara yang tadi hampir Ameera tabrak.

"Dah tau nanya lagi, gara-gara lu. Gue kalah balapan," Jawabnya judes, lalu terdengar suara pengendara motor, Ameera menatap dua motor yang beriringan, tentu saja ia kenal siapa sang pemilik sepeda motor tersebut.

Ia melambaikan tangan, membuat dua pengendara tersebut, berhenti.

"Gue nebeng." tanpa menunggu persetujuan dari sang adik, Ameera langsung naik ke belakang boncengan motor Nizam, Nizam pun tak banyak bertanya, ia kembali melajukan sepeda motornya.

"Bawa motor gue ke bengkel!" perintah Ameera, ia melemparkan kunci motor ke adiknya, Nizar.

"Ah, Kebiasaan!" gerutu sang adik.

"Biar aku aja yang bawa motor itu ke bengkel," ucap si pengendara motor hitam,

"Kak Arsya." Panggil Nizar, Lelaki yang di panggil Arsya mengangguk.

"Itu barusan kak Ameera loch." jawab Nizar, Arsya merasa tak bisa bernafas tiba-tiba. Gadis yang selama ini ia rindukan, sudah kembali dari Amerika.

"Kamu nggak bohong'kan, dik?" Tanya Arsya, Arsya kini kelas Tiga, Nizar menggeleng, Nizar tahu, hubungan keduanya sedang tak baik-baik saja.

"Kakak pangling sama sepeda merah kesayangan kak Ameera?" Tanya Nizar bingung,

"Ah iya. Gue lupa." jawabnya nyengir.

"Ya sudah biar kakak saja yang bawa ke bengkel," Ucapnya.

"Okey," jawab Nizar sambil mengacungkan jari jempol, bengkelnya tidak terlalu jauh dari jarak mereka saat ini, namun jika harus dorong motor gedhe, ia juga merasa kelelahan. Namun Arsya harus bertanggung jawab atas apa yang ia perbuat tadi, ia yang sedikit mengantuk sebab semalam susah tidur, sehingga pas berbelok lupa tidak menyalakan lampu sein, hampir saja membuat Arsya dan Ameera celaka. Ia adalagh gadis yang sudah mencuri hatinya.

Di parkiran sekolah, Ameera turun dari boncengan adik kembarnya, ia membuka helmet dan menaruh di spion speda motor adiknya, membenarkan rambut panjangnya yang tergerai, lalu menguncir kuda, lalu ia melangkah meninggalkan adiknya, namun sebelumnya ia memukul kepala adiknya cukup keras.

"ASYU!" Maki Nizam, saking terkejutnya, Ameera malah terkekeh, tak peduli dengan umpatan adiknya. Ia berjalan santai mencari kelas IPA2, yang akan menjadi kelas untuk dirinya, namun sebelumnya ia harus mencari di mana ruang guru.

"Dek, ruang guru di mana?" Tanya Ameera, ia menoleh sebentar ke adiknya.

"Tunggu. Biar gue anter." Jawab Nizam, Ameera hanya mengulum senyumnya, saat Nizam sudah berada di sampingnya.

Ameera sengaja merangkul pundak adiknya, yang tingginya lebih sedikit darinya. Ia sengaja melakukan itu, sebab banyak mata yang menyoroti mereka, Ameera sengaja melakukan itu supaya di kira pacarnya, dan adiknya tidak di incer gadis lain di sekolah ini, ia tahu adiknya memang tampan banyak yang menyukai, ia mendapat urutan tertampan nomor satu di sekolah ini, yang nomor dua tentu Nizar.

Meskipun kembar identik, namun ada sedikit perbedaan yang membuat Nizam lebih tampan dari Nizar. Nizam juga di kenal ramah meskipun terkesan cuek, beda dengan Nizar yang petakilan. Tapi dia juga tergolong bersikap dingin, tidak ramah. Hobinya bolos, tapi otaknya yang cerdas, tetap saja tak ada nilai ujian di bawah sembilan puluh.

"Kak, tadi itu kak Arsya loh yang kakak maki," Ucap Nizan, mendengar nama Arsya ia terbatuk, tersedak ludahnya sendiri. "Kenapa?" tanya Nizam, penasaran.

"Serius loe nggak bohong, dik?" Tanya Ameera. Nizam hanya mengangguk, mengamati gurat wajah kakaknya yang tiba-tiba berubah, ia nampak sedang berfikir.

"Ini ruang gurunya, gue ke kelas dulu ya, kak?" Pamit Nizam, ia mencium pipi cubby kakaknya, memang sudah menjadi kebiasaan sih, kalau nggak adiknya dulu yang nyium, biasanya kakaknya.

"Belajar yang bener dek, jan pacaran." pesan Ameera. Nizam menoleh menyunggingkan senyum manisnya, lalu mengacungkan jari jempolnya.

"Ok. Kakakku yang cantik," jawab Nizam, lalu tubuhnya hilang di balik belokan, kelas 10 ada di lantai dua.

Dengan santai ia berjalan menyusuri koridor kelas, tatapannya lurus ke depan, wajah tampannya tanpa ekspresi, melangkah santai dengan memasukan tangannya ke saku celana.

"Ini Nizar atau Nizam?" goda salah satu teman sekelasnya, saat ia masuk ke dalam kelasnya, Nizam tersenyum, sedikit yang bisa mengenali dirinya dengan jelas, padahal bedanya si Nizam ada tahi lalat di pelipis kirinya.

"Nizam sih gue rasa," Gumam Irsyad.

"Nizar," tebak Rachel. Cowok tampan berkulit kuning dengan gigi sedikit tak rapi, namun kelihatan sangat manis.

"Huahahaha..!" Tawa anak dari belakang membuat Nizam menoleh, lalu dengan cuek ia duduk di bangku tempat duduknya. Tawa Galang, sudah di duga paling ia habis ngerjain temannya lagi, Galangkan emang usil bin jahil.

"Eh, Loe tadi boncengan sama siapa? sumpah cantik banget," tanya Galang ke Nizam.

"Tebak aja," jawab Nizam, cuek.

"Idih mana gue tau, gue'kan bukan peramal, Ruk. Dasar beruk." jawab Galang, ia menaruh tas di dalam laci meja tempat duduknya.

"Hari ini yang jatah tugas upacara kelas berapa?" Tanya Isryad.

"Kelas 11 IPS3 keknya," jawab Rachel.

"Zam, kakak mana?" Tanya Nizar dari ambang pintu,

"Di ruang guru," jawab Nizam, acuh.

"Oh. Eh gue nyontek tugas Fisika donk," bisik Nizar, ke telinga Nizam.

"Loe belum ngerjain?" Tanya Nizam,

Nizar menggeleng pasrah, " sejak kapan otak loe jadi o'on?" sindir Nizam.

"Baru ingat kalo ada PR," Jawabnya nyengir.

Tet.. teet... tet...

Bel tanda masuk sekolah berbunyi, semua anak mengambil topi, dan berhambur ke luar kelas, sebab hari ini ada upacara kenaikan bendera, rutinitas hari senin. Bukan Nizar kalau nggak bolos untuk mengikuti upacara, yang lain upacara dirinya melipir pergi ke kantin. Tak lupa ia menarik tangan Galang, di ajak sekongkol menghindari upacara.

"Awas loe kalo bilang Mommy sama Daddy," Nizar melotot ke arah Nizam, Nizam tak peduli, ia bukan tukang ngadu juga.

Nizar dan Galang mengitari bangunan untuk menuju kantin, iapun melewati gudang yang jarang sekali di kunjungi, namun keduanya seakan mendengar suara desahan dari dalam gudang tersebut, Bukan Nizar kalau tidak jahil, ia dengan sengaja mengintip dan mengambil ponsel dalam saku celananya, berniat akan merekam adegan panas mereka.

"Gila bro, suaranya seksi banget, bikin punya gue tegang aja," ucap Galang, ia mengelus celananya, nampak tonjolan di balik celana yang ia pakai.

"Anjirr, malah sange loe," maki Nizar.

"Gue normal, Nyet." Jawab Galang, tentu mereka bicara dengan berbisik, sebab ia tak ingin mengganggu adegan panas mereka.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Moena Ash Shakila

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku