Julie, seorang pelajar asing di Korea Selatan, harus bertahan hidup seorang diri setelah kedua orang tuanya dinyatakan meninggal dunia. Namun hidupnya makin susah ketika seorang pangeran tampan bernama Daniel, tiba-tiba saja muncul di dalam rumahnya dan menuduh Julie sebagai seorang penyihir yang menculiknya. Julie yang kasihan, akhirnya mengizinkan Daniel tinggal di rumahnya. Namun Ia tidak tahu bahwa Daniel memiliki kutukan yang merepotkan, yaitu tidak bisa makan makanan yang sama dalam seminggu. Mampukah mereka mencari cara untuk mengembalikan Daniel ke dunia asalnya? Bagaimana mereka mengatasi kutukan Daniel? Tawaran debut Daniel sebagai seorang Idol? Dan Julie yang dilirik para Idol pria lainnya? Ayo ikuti petualangan lezat mereka di sini!
Hari itu adalah hari yang cerah, tidak ada tanda akan turunnya hujan. Langit berwarna biru dengan sapuan awan berwarna putih, terbentang luas sejauh mata memandang. Dibalik ketenangan pagi itu, sebuah cahaya aneh berbentuk pilar turun dari atas langit dan menimpa sebuah rumah kecil di pinggir kota.
*****
Sebuah suara keras terdengar dari ruang tamu. Seorang wanita yang masih berada di atas tempat tidurnya, segera melompat turun mengambil tongkat baseball yang berada tak jauh dari ranjangnya.
"Apa ada maling?" bisiknya dengan rambut berantakan khas seseorang yang baru saja bangun tidur.
Gadis berambut cokelat itu berjalan pelan sembari memegang tongkatnya dengan erat, kakinya yang gemetar berusaha menahan berat badannya. Jantungnya berdegup kencang layaknya genderang perang.
"Televisiku!" gadis itu berteriak histeris setelah melihat pecahan benda kotak yang dapat memutar video tiu di lantai.
Ia mengatupkan rahangnya kesal dan mencari tongkat baseball yang tadi sempat terjatuh. Mata biru gadis itu berapi-api, bertekat akan menangkap maling itu walau nyawa jadi taruhannya.
"KELUAR KAU! JANGAN HARAP BISA SELAMAT SETELAH MENGHANCURKAN TELEVISIKU!"
"Berani juga kau rupanya menculikku penyihir sialan!" tiba-tiba terdengar suara seorang pria muda dari dalam ruang tamu yang gelap.
"PENYIHIR?" gadis itu naik pitam setelah beranggapan bahwa penampilannya diejek seperti penyihir, "YA! JIKA AKU SEORANG PENYIHIR, KAU SEORANG PANGERAN!"
"Benar! Aku adalah Pangeran dari kerajaan Savorious," ucap orang itu sembari berjalan keluar ruangan.
Gadis itu terperanjat, bukan seorang om-om berbadan besar yang mengerikan layaknya dalam drama dalam televisi, melainkan seorang pria muda tampan yang sangat layak bila dikatakan sebagai seorang pangeran. Dengan pakaian khas bangsawan dari barat, Ia mengacungkan tongkat kecil yang Ia bawa ke arah Julie
"Si-siapa kau sebenarnya!" gadis itu ikut mengacungkan tongkat baseballnya, "apa tujuanmu! KATAKAN!"
"Hah? Pertanyaan macam apa ini?" Pria itu menatapnya kesal, "aku di sini korban! Aku hampir mati diserang oleh benda kotak itu kau tahu!"
"DI SERANG? ORANG GILA MANA YANG AKAN MATI SERANG OLEH TELEVISI! APA KAU MABUK?"
"AKU TIDAK MAU TAHU! KEMBALIKAN AKU KE ISTANA! JIKA TIDAK, KAU TAHU AKIBATNYA!" pria itu mengayunkan tongkat ke arahnya.
"ISTANA? MENCULIKMU? PENYIHIR? KAU KIRA INI ABAD PERTENGAHAN! DENGAR TUAN TIDAK DIKENAL! KAU MASUK KE RUMAHKU TANPA IZIN, LALU KAU MENGANCAMKU UNTUK MEMULANGKANMU? APA KAU BERPURA-PURA GILA SETELAH KETAHUAN MASUK RUMAHKU?"
Pria itu mengerutkan dahinya, "masuk ke rumahmu tanpa izin?"
"TENTU SAJA! APAKAH KAU MENGETUK PINTU DI BELAKANGMU ITU SAAT MASUK KE SINI?" gadis itu berteriak geram.
"JANGAN MEMPERMAINKANKU! AKU TIBA-TIBA SAJA MUNCUL DI SINI! SUDAH DIPASTIKAN KAU PELAKUNYA!" Pria itu menatap seekor kucing yang berada tak jauh dari kaki sang gadis, "JIKA KAU MENGANGGAPKU MAIN-MAIN, AKU TIDAK AKAN SEGAN-SEGAN!"
Pria itu mengayunkan tongkatnya dan PUFF! Kucing itu menghilang bersamaan dengan kilauan-kilauan cahaya.
"A-apa yang kau lakukan pada Luno..." gadis itu menatap tak percaya ke arah sang pelaku.
"Sudah aku katakan bukan? Aku tidak main-main!" Pria itu membusungkan dadanya bangga.
"Aku pasti bermimpi! Aku pasti bermimpi!" Ia mencubit pipinya sendiri, "tidak! Ini nyata..."
"Hei! Apa kau mau kuhabisi juga?"
"Apa kau tidak puas?" Ia menatapnya dengan mata yang berurai air mata, "kau menghancurkan televisiku dan menghilangkan Luno... Baiklah! AMBIL NYAWAKU! AMBIL! AMBIL AGAR KAU PUAS!"
Tangisnya pecah, tapi pria itu tidak menghiraukannya sama sekali. Ia mengayunkan tongkatnya sembari membaca mantra. Perlahan sebuah cahaya meluncur ke arah gadis itu, tapi saat hendak menyentuhnya, cahaya itu menghilang.
"Apa kau begitu putus asa setelah melakukan semua ini? Ayolah lawan aku penyihir sialan!"
"Apa yang kau mau? Aku melawanmu? Terserah, aku tidak peduli lagi..." isaknya.
"Hei! Jangan menangis! Tidak ada penyihir yang menangis kau tahu?"
"Tentu saja aku menangis! Aku bukan penyihir! Coba saja kau cari benda yang mengandung sihir di rumah ini!" gadis itu duduk sembari menutupi wajahnya.
Pria itu menutup mata, kemudian memancarkan sebuah cahaya kebiruan yang berpencar ke seluruh sisi layaknya riak air. Tiba-tiba pria itu membuka mata dengan kaget dan menatapnya dengan wajah bersalah.
"Ma-maaf, aku tidak bermaksud..."
"SUDAH PUAS? SEKARANG PERGI DARI SINI! PERGI!" bentak sang gadis sembari menunjuk pintu depan.
"Tunggu, aku bisa jelaskan semuany-"
"PERGI!"
Dengan langkah berat, Ia meninggalkan sang gadis menangis seorang diri. Ia membuka dan menatap pemandangan di hadapannya dengan ekspresi terkejut. Bukan pemandangan hijau nan indah yang selalu Ia temui ketika bepergian, melainkan sebuah hutan beton yang penuh dengan gedung tinggi pencakar langit.
"Oh? Apa kau datang menemui Julie?" tiba-tiba seorang wanita yang cukup berumur menyapanya tepat di sebelah rumah tempatnya keluar.
"Julie?" pria itu balik bertanya.
"Benar, kau baru saja keluar dari rumah itu bukan?" wanita itu memandangnya aneh.
"Oh iya, Julie! Iya aku baru saja mengunjunginya!"
Mendengar balasannya, wanita itu menatap curiga. Pria itu segera berpikir, Ia tidak tahu siapa yang telah menculiknya ke sini. Jadi Ia harus segera berbaur dengan orang-orang ini dan menyembunyikan identitasnya. Hanya ada satu yang dapat Ia lakukan, berpura-pura memiliki hubungan dengan gadis bernama Julie itu.
"Ah jadi Ia dipanggil Julie di sini? Biasanya aku tidak memanggilnya dengan nama itu."
"Oh! Kau juga cosplayer? Bibi kira hanya anak bibi saja yang menjadi cosplayer! Hahaha!" tawanya ramah.
Ia yang tidak tahu apa maksudnya, hanya menganggukkan kepalanya. Sebenarnya Ia benar-benar tidak tahu apa yang Ia perbuat sekarang.
"Bibi mendengar kalian berkelahi, kalau boleh tahu ada apa sebenarnya?" bibi itu berjalan mendekati pagar.
"Sebenarnya bibi, Aku menghilangkan kucingnya. Aku bahkan telah diusir dari sini," ucapnya sembari berjalan mendekati pagar.
"Begitu rupanya, semenjak kematian kedua orang tuanya Ia menjadi pemurung. Mungkin Ia hanya terbawa emosi karena terlalu bersedih. Siapa namamu nak?"
"Daniel Savorious." Pria itu tersenyum dengan ramah.
"Oh! Tentu saja, kau bukan orang asia! Rambut pirang dengan mata biru yang indah, jika Bibi masih muda tentu saja akan jatuh cinta pada pria tampan sepertimu! Hahaha!" ucapnya sembari mengelus lengan pria itu.
"Bibi bisa saja, jika aku bertemu dengan Bibi ketika masih muda, pasti aku akan berkelahi dengan suami Bibi karena memperebutkan Bibi!"
"Hahaha! Bisa saja kau Daniel!" Bibi itu tertawa dengan lepas.
Tiba-tiba suara gemuruh terdengar dari perut pria itu. Ia baru sadar belum makan apa pun sebelum berada di dunia ini.
"Maaf Bibi aku tidak sopan." Daniel menundukkan sedikit kepalanya.
"Hahaha tidak apa-apa! Apa kau mau sarapan di rumah Bibi?" tawarnya.
"Tidak Bibi, aku tidak mau merepotkan Bibi."
"Tidak apa Daniel, ayo jangan ragu-ragu!"
Dengan langkah berat, Ia akhirnya menurut dan mengikuti Bibi itu ke dalam rumahnya tanpa tahu apa maksud tersembunyi dari Bibi tetangga sebelah itu.
Bab 1 Tamu Tak Diundang
19/11/2022
Bab 2 Syarat
19/11/2022
Bab 3 Pertemuan
20/11/2022
Bab 4 Darurat
22/11/2022
Bab 5 Kutukan
24/11/2022
Bab 6 Usaha
24/11/2022
Bab 7 Masalah
26/11/2022
Bab 8 Diperalat
26/11/2022
Bab 9 Kebetulan
26/11/2022
Bab 10 Penentu
26/11/2022