Maleo Dirgatama, adalah satu-satunya penerus di keluarga terpandang Dirgatama. Sifatnya yang pendiam, dingin, dengan sorot mata yang tajam, membuat siapapun takluk di bawah kakinya. Tiada yang ia takuti, bahkan pria ini mampu berdiri di puncak teratas perekonomian yang memengaruhi negaranya. *** Ayunda Deli Belfa, gadis bercadar dengan segudang prestasi, otaknya cemerlang, dengan nasip yang terbilang cukup beruntung, meski ibunya hanyalah seorang pembantu yang melayani kepala keluarga Dirgatama semenjak 30tahun yang lalu. Hidup bagaikan seorang Cinderella di dunia nyata, panggilan tersebut melekat padanya semenjak ia Terpaksa Menikah dengan Leo, satu-satunya penerus kekayaan Dirgatama Group. Leo sangat membencinya, bahkan sedari mereka masih kecil, kini ia dengan terpaksa menikahi Belfa si upik abu, atas permintaan sang kakek. Tak jauh berbeda dari Leo, Belfa juga terpaksa menerima lamaran tersebut, karena ibunya mendadak sakit parah, yang membuat kakek Matheo memberikan syarat menerima lamaran Leo menjadi kunci. Bagaimana kehidupan keduanya setelah menikah? Apakah Leo akan semakin membenci Belfa? Ataukah sebaliknya? Mampukah Belfa menakhlukkan hati batu Leo untuk mencintainya?
Sudah seminggu berlalu, kesibukan menyambut acara besar esok hari, masih terlihat jelas, bahkan hari ini, semakin ramai dan semakin sibuk dari biasanya.
"Belfa... apa lagi yang kau pikirkan? Besok itu Hari pernikahan mu dengan pria tertampan di kota ini, mengapa kau bahkan tak terlihat antusias menantikannya?" Ucap Hanifah teman sekampus yang juga sahabatnya.
"Ia.. jangan terlalu banyak berfikir.. kau termasuk beruntung, karena seperti yang kita ketahui, Leo adalah pria idaman semua wanita di kota ini.. banyak orang iri dengan posisi mu saat ini Cinderella.." Sahut Triana sembari cekikikan.
"Huh..." suara helaan napas memelas Belfa, menanggapi kedua pujian dari sahabatnya mengenai sang calon suami.
'Tapi dia juga bencana, bayangkan, berapa banyak Wanita yang menjadi fansnya? Mereka semua akan menganggapku musuh mereka mulai saat itu.' Gumam Belfa dalam hati.
'Dan tidak hanya sebatas itu saja, sesungguhnya Maleo Dirgatama juga telah lama membenci ku, kami sudah bermusuhan sedari kami masih kecil, tepatnya ketika acara ulang tahun ku yang ke-5'
'Hari itu...'
***
Flashback
Mes pembantu wanita, kediaman Dirgatama.
Tepat hari ini, para pembantu yang bekerja di keluarga Dirgatama, tengah berkumpul dan menyanyikan lagu ulang tahun untuk seorang gadis kecil yang baru saja memasuki usianya yang ke 5 tahun.
Manik matanya berwarna hijau terang, begitu indah dan berbinar, sungguh mampu membuat orang yang melihatnya terpana.
Bola mata yang berwarna hijau, sungguh pemandangan yang sangat langka, terlebih bagi warga negara indonesia yang biasanya memiliki manik berwarna gelap.
Saking langkanya, tiada yang percaya, Bik Elisa memiliki Anak secantik Belfa. Sungguh berkebalikan dari dirinya. Seakan tuhan memberikan satu keberkahan atas banyaknya keburukan yang Bik Elisa miliki.
Namanya, Ayunda Deli Belfa, Meski keseluruhan tubuhnya tertutupi kain syar'i dengan cadar yang juga menutupi wajah imutnya. Tapi raut Wajah kebahagiaan Khas Anak Kecil itu mampu di lihat oleh semua orang.
Tepat, di hari ini, ia genap berusia 5 tahun, bertepatan dengan kelulusannya dari Taman kanak-kanak .
Dia begitu pintar hingga di usianya yang ke-3 tahun, gadis cilik itu telah memasuki Tk Kecil, ia yang energik juga aktif, namun ia juga memiliki sisi pendiam, suka menyendiri dengan tumpukan buku-buku di sebelahnya.
***
Di tengah-tengah nyanyian para ibu-ibu pelayan, ketukan pintu menghentikan nyanyian mereka. Kesemuanya cukup terkejut, karena baru kali ini ada yang mengetuk pintu.
Biasanya jika mereka di perlukan, kepala pelayan akan menghubungi mereka melalui telepon khusus.
Elisa, seketika berdiri dan membukakan pintu, untuk melihat siapa yang datang.
"Tuan Besar..?!" Ucapnya tercengang, menatap wajah pria tua namun masih terlihat gagah itu berdiri tegak di hadapannya.
"I.. ini.. hanya acara kecil-kecilan saja tuan.. apakah kami membuat keributan? Kalau begitu, kami mohon maaf tuan besar.." Ucap Elisa tertunduk takut.
"Cerewet!" Jawab Matheo Dirgatama.
Pria itu langsung masuk saja melewati salah seorang pembantunya itu.
"Ini dia si gadis yang sedang berulang tahun..?" Ucap Matheo dengan ramah menghadap Belfa yang juga membalas tatapannya.
"Hmmm hadiah apa yang kau inginkan dari ku gadis kecil?" Tanya pria tua itu.
Belfa menghadap ke arah Elisa, seakan meminta izin, namun Elisa menggeleng dan berkata "Tidak sopan meminta hadiah pada orang yang telah menyelamatkan nyawa kita nak.." Bisiknya tanpa bersuara, yang mampu terbaca oleh gadis kecil itu.
Belfa pun menggeleng "Tidak ada tuan bersar.. doakan saja saya, agar kelak mampu membalas budi baik tuan besar.." menjawab pertanyaan sang majikan.
Matheo berjongkok di hadapan gadis itu, bola matanya berkaca-kaca, sembari kedua tangan keriputnya memegangi bahu gadis kecil itu erat-erat.
"Karena kamu tidak memiliki permintaan, maka aku akan memberikan mu sesuatu sebagai hadiah, terlebih, kamu mengatakan ingin membalas budikan? aku rasa, hadiah ini adalah yang paling pantas" Ucapnya menjeda sembari menatap lekat-lekat manik hijau Belfa.
"Dan jika kamu menerimanya, aku anggap balasan mu baru tulus" ucap Matheo yang membuat Belfa mengerutkan keningnya.
Pria itu menarik tangan cucu laki-lakinya yang sedari tadi mendumel di belakangnya. Lalu menautkan ke tangan Belfa.
"Kelak, menikahlah ketika kalian telah dewasa" satu kalimat ini sungguh mampu mengejutkan semua orang yang ada di ruang utama mes tersebut.
"Kakek!!! Aku tidak mau!!!" Pekik sang cucu laki-laki yang sudah berusia sembilan tahun, dialah Maleo Dirgatama. Satu-satunya pewaris Dirgatama.
"Dasar freak! Siapa yang mau menikah dengan mu! Gadis aneh!" Ucapnya dengan sombong sembari menghempas tangan sang kakek dan pergi menjauh dari hadapan semua orang.
Flashback off
***
Pukul 00.00 wib, kediaman Dirgatama.
'Tidak menyangka, setelah 3 tahun berhasil menghindari pernikahan ini, tanpa di duga, karena ibu sakit keras, akhirnya aku tak mampu menghindar lagi. Yang berakhir dengan aku menyetujui menikah dengan orang itu' gumam Belfa sendiri, malam ini ia masih tak mampu memejamkan kedua bola matanya.
Belfa baru saja hendak memejamkan matanya, tapi muncul sebuah notifikasi di layar ponselnya.
[Nona, bisakah kau menjemput tuan muda? Saat ini dia tengah mabuk berat, aku rasa mungkin ia sudah tak sadarkan diri karena tak menahan untuk minum-minum di pesta lajangnya] ucap Weko, sang Asisten pribadi, sekaligus teman kuliahnya Leo semasa bersekolah di Harvard University.
[Mengapa harus aku? Kau saja kan bisa?] balas Belfa .
[Masalahnya, aku sudah di bawa oleh kekasih ku sejak 1 jam lalu, tanpa sadar, aku telah meninggalkannya disana sendirian]
[Aku tidak bisa!] jawab Belfa ketus.
[Aku bisa saja menghubungi tuan besar, tapi.. seperti yang kau ketahui, usia kakek sudah tidak muda lagi, dan dia juga sudah mulai sakit-sakitan, terlebih besok adalah Hari pernikahan kalian, aku hanya takut, jika pernikahan besok gagal, kakek akan menanggung akibatnya] balas Weko yang sungguh membuat Belfa berpikir keras.
Belfa berpikir sejenak, 'benar yang dikatakan Weko, bisa saja kakek malah terkena serangan jantung' gumamnya sendiri.
[Dimana dia?]
[Di KNC (King Night Club)]
'Club?!' Pekiknya terkejut membaca chat an dari Asisten pribadi Leo itu.
[Kau gila?! Bagaimana mungkin aku memasuki tempat itu?]
[Itu bukan masalah besar, hanya tinggal kamu mau ataukah tidak saja!]
[Baiklah, jika tidak di usir, aku akan menjemputnya!]
[Tenang saja, KNC adalah Club no.1 disini, kebetulan juga milik Dirgatama grop, siapa yang berani menolak permintaan calon nyonya muda Keluarga Dirgatama ini?] sindir Weko yang di acuhkan oleh Belfa.
[Jika memang begitu, apa kau tidak bisa menghubungi bagian manegernya saja? Atau suruh seseorang disana mengantarnya? Atau memesankan taxi untuknya?]
[Tidak bisa, Aku takut banyak yang mengambil kesempatan nantinya. Bagaimana jika dia di perkosa? Atau di culik dan dimintai tebusan? Bukankah masalah akan semakin panjang?]
Lagi-lagi Belfa tak mampu berkutik.
[Kau terlalu mahir untuk menjadi seorang Asisten, mengapa tidak menjadi pengacara saja?!] balas Belfa menyindir.
***
Ah.. ah.. Belfa mendengar desahan sepasang sejoli anak manusia entah dari ruangan yang mana.
Bulu kuduknya merinding, memutuskan menutup kupingnya saja, dan menuju ruang VVIP tempat Leo berada.
"Oh itu dia" gumamnya sendiri sembari berjalan menuju ruangan yang pintunya sedikit terbuka.
Tapi matanya tiba-tiba melotot, belum sempat menyentuh pintu, matanya telah di suguhkan pemandangan yang sangat mengejutkan.
Buku lain oleh Call_me_Mi
Selebihnya