Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Aku Bukan Pelakor.

Aku Bukan Pelakor.

Evie Edha

5.0
Komentar
2.1K
Penayangan
85
Bab

Bagaimana jika calon suamimu sudah memiliki istri? Itu semua terjadi pada Nada. Di hari pernikahannya, istri dari calon suaminya datang dan menghancurkan acara. Membuka rahasia di depan umum yang membuat keluarganya menjadi malu. Sakit dan kecewa yang dirasakan Nada. Lalu, apa yang harus dia lakukan jika di dalam perutnya sudah tumbuh jabang bayi dari pria itu?

Bab 1 Prolog

Suasana rumah sederhana milik salah satu warga kampung Anyelir terlihat ramai. Kediaman bernuansa biru laut itu adalah milik kelurga Pak Baron. Sebuah acara sakral dan penting akan segera digelar di sana. Pesta pernikahan anak gadis pertama mereka.

Sebuah tenda sederhana sudah terpasang rapi di depan rumah, deretan kursi dan meja di mana penuh dengan berbagai jajanan menghiasi setiap sudutnya. Cuaca yang cerah sangat mendukung akan pelaksanaan hal yang suci ini.

Di dalam rumah, keluarga Pak Baron baru saja menyambut tamunya, yaitu mempelai laki-laki beserta keluarga. Laki-laki yang diperkirakan usianya di atas empat puluhan itu menjabat pria di hadapannya.

"Selamat datang, Nak Saka," ucap Pak Baron pada calon menantunya. Atensinya beralih pada seorang laki-laki di samping Saka yang ia ketahui adalah kakak dari Saka.

Memang, menurut pengakuan Saka, Pria itu sudah tidak memiliki orang tua lagi. Hanya ada kakak tunggalnya yang juga menjadi wali nikah. Bagi Pak Baron itu tidak apa, toh umur memang tidak ada yang tahu.

"Selamat datang Nak Aska," sapa Pak Baron pada kakak calon menantunya. Pria dengan tahi lalat di hidung itu menjabat tangan Pak Baron, membalas sapaan.

"Ayo. Kita langsung mulai saja acaranya. Lebih cepat lebih baik, bukan?" ucap perempuan yang tidak lain adalah istri dari Pak Baron-Ibu Mila.

Aska dan Saka saling berpandangan, keduanya saling mengangguk lalu duduk di tempat masing-masing. Saka yang duduk di seberang meja di mana tempat akad akan dilaksanakan, sedangkan Aska duduk di sisi meja sebagai saksi dari pihak Saka.

"Saya panggilkan Nada dulu, ya," ucap Ibu Mila. Perempuan itu berlalu ke salah satu bilik kamar dengan mengajak putri keduanya. Tidak lama, mereka keluar dengan seorang perempuan dengan pakaian kebaya putih berhiaskan bunga melati.

Sosok itu adalah seseorang yang bernama Nada-calon istri Saka. Paras ayu yang dimiliki tampak semakin bersinar dengan polesan make up sederhana sebagai penunjang riasan. Senyum manis yang terpatri membuat semua orang takjub melihatnya.

Rona merah yang menghiasi pipi membuat wajah perempuan itu tampak bersinar. Tidak ada satu pasang mata pun yang melewati pandangan dari sosok pengantin perempuan hari ini.

Bahkan seorang Aska pun juga tidak lepas menelisik wajah calon adik iparnya. Dia mengacungi jempol sang adik Saka yang selalu bisa memilih pendamping berparas cantik dan juga cerdas.

Saka? Jangan tanya. Bahkan pria itu sedari tadi tidak mengalihkan pandangan sedikit pun dari keberadaan calon istrinya. Rasa takjub dan bangga akan pilihannya membuat dia merasa menjadi pria paling cerdas dan beruntung.

"Aku memang tidak salah pilih," ucapnya lirih. Berbagai rencana telah tergambar dalam benak pria itu. Ingin segera menghalalkan sosok perempuan cantik yang dikatakan bunga desa itu.

Nada memang salah satu gadis tercantik di desa ini. Banyak laki-laki yang dengan terang-terangan memperlihatkan ketertarikannya pada perempuan dengan mata hazle itu. Kini, sosoknya sebentar lagi akan menjadi milik orang lain.

Sosok yang dikabarkan memiliki selisih umur delapan tahun dari Nada yang baru menginjak usia dua puluh. Sebenarnya banyak yang menyayangkan. Hanya saja, jodoh tidak ada yang tahu bukan?

Juga jangan tanyakan berapa hati yang sudah patah akibat perempuan itu yang memutuskan menikah.

"Nada cantik, ya," ucap salah satu tamu yang hadir.

"Iya. Orang dasarnya sudah cantik yang mau diapain aja tetep cantik." Semua orang saling berbisik mengagumi perempuan itu.

"Anak-anak Bu Mila memang cantik-cantik." Salah satu tamu lainnya berbisik pada temannya.

Mila menuntun putrinya untuk duduk di samping calon mempelai laki-laki. Harum bunga melati menyapa indra penciuman Saka karena riasan yang digunakan Nada memang menggunakan bunga asli. "Kamu cantik," bisik Saka lirih. Tidak lupa mengedipkan matanya nakal.

Namun, Nada jelas mendengarnya. Ia menunduk, tersipu malu dan memilih menyembunyikannya. Sudah deg-degan dengan acara yang akan dimulai, calon suaminya ini juga sudah menggodanya. Semakin membuat dia malu saja.

"Sudah siap?" Suara laki-laki menginstruksi. Seorang pria paruh baya dengan kopyah hitam dan sarung yang melingkar pada leher duduk di seberamg meja lain. Diketahui dia adalah penghulu dengan nama Pak Dhoni.

Pak Dhoni yang mendapatkan kehormatan untuk menikahkan anak gadis Pak Baron mengulurkan tangan di atas meja, di mana Saka langsung menyambutnya.

"Saudara Saka sudah siap?" tanya pak penghulu. Dia tersenyum ramah.

Saka mengangguk. "Siap," jawabnya mantap. Tidak tahu saja kalau Saka sudah ngebet untuk menikahi Nada sejak lama.

"Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau Saka Prawira Bagaska bin Aditnya Basgaska dengan saudari Nada Sintya Kusumo bin Baron Kusumo dengan mas kawin tersebut dibayar tunai," ucap penghulu dengan menghentak jabatan tangan keduanya.

Saka menarik napas dalam, siap menjawab ijab. "Saya terima nikah dan kawinnya Nada Sintya Kusumo bin Baron Kusumo dengan mas kawin tersebut tu-"

"Tunggu!" Acara sakral itu terhenti ketika sebuah suara teriakan terdengar dari arah luar.

Semua menoleh ke arah pintu rumah tidak terkecuali Nada dan Saka. Seorang perempuan dengan baju merah dan sebuah tas yang berada di tangan berdiri angkuh, dagunya mendongak menampakkan tidak ada rasa takut pada dirinya. Semua tamu pun mulai berbisik.

"Maaf. Siapa Anda?" tanya Pak Baron yang merasa heran dengan kehadiran perempuan ini. Jujur saja. Perasaan tidak enak pun sudah menyeruak dalam dirinya.

Saka yang mengenali betul siapa perempuan itu menatap pias sosoknya, melirik sang kakak yang juga menatap dirinya bingung. Tergambar jelas mimik wajah sang kakak kalau kakaknya bertanya mengenai hal ini. Saka menelan ludah.

Perempuan itu menunjuk dirinya. "Siapa? Siapa saya? Tanyakan saja pada calon menantu Bapak yang duduk di depan penghulu itu."

Perasaan Pak Baron semakin tidak terkendali, ia menoleh pada Saka di mana terlihat mimik penuh sesal di sana. Masih mencoba berpikir positif Pak Baron pun bertanya pada Saka. "Nak Saka. Siapa dia?"

Saka hanya diam. Tangan yang sebelumnya menjabat penghulu pun kini bertumpu di atas lipatan paha. Saling meremas menahan gejolak yang dirasa. "Nak," panggil Pak Baron lagi, tetapi Saka tetap diam.

Tidak berbeda jauh dengan Pak Baron, perasaan Nada beserta ibu dan adiknya kini pun gelisah, menatap Saka dan perempuan yang kini masih berdiri di depan pintu secara bergantian.

"Kenapa diam Saka?" tanya perempuan itu. "Mana sikap angkuhmu dua hari lalu!" Perempuan dengan rambut diikat pada bagian belakang itu berteriak nyaring.

Saka masih diam, menunduk dengan tangan yang kini semakin mencengkeram celananya. "Kamu tidak mau menjawab pertanyaan calon mertuamu Saka? Baiklah. Biar aku yang mengatakannya."

Perempuan itu menatap penuh pada Nada, lalu beralih pada Pak Baron. Menggunakan suara lantang dia mulai mengatakan siapa dirinya yang sudah berani datang mengacaukan acara sakral ini. "Saya Rina. Istri sah dari Saka Prawira Bagaska."

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Evie Edha

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
Aku Bukan Pelakor.
1

Bab 1 Prolog

14/06/2024

2

Bab 2 Kebenaran

14/06/2024

3

Bab 3 Kemarahan.

14/06/2024

4

Bab 4 Kabar Burung

14/06/2024

5

Bab 5 Kebenaran Kehamilan

14/06/2024

6

Bab 6 Terusir

14/06/2024

7

Bab 7 Pergi Dari Rumah

14/06/2024

8

Bab 8 Kedatangan Aska

14/06/2024

9

Bab 9 Mencari

14/06/2024

10

Bab 10 Mengajak Nada

14/06/2024

11

Bab 11 Mencari Kontrakan Untuk Nada

14/06/2024

12

Bab 12 Bosan

17/06/2024

13

Bab 13 Kontrakan Sederhana Pilihan Nada

17/06/2024

14

Bab 14 Mencari Pekerjaan

17/06/2024

15

Bab 15 Aku Ingin Kerja Kak Aska

17/06/2024

16

Bab 16 Ancaman Rina Untuk Saka

17/06/2024

17

Bab 17 Rina Mempermalukan Nada

17/06/2024

18

Bab 18 Memeriksakan Kandungan Nada

17/06/2024

19

Bab 19 Keluarnya Kakak Tertua Dari Penjara

17/06/2024

20

Bab 20 Anak Yang Tak Diinginkan Lagi.

17/06/2024

21

Bab 21 Pertengkaran Adik dan Kakak.

17/06/2024

22

Bab 22 Kepergok

17/06/2024

23

Bab 23 Membuntuti

17/06/2024

24

Bab 24 Panggilan Polisi Untuk Aska.

20/06/2024

25

Bab 25 Turun Jabatan

20/06/2024

26

Bab 26 Pelukan Seorang Kakak.

20/06/2024

27

Bab 27 Salah Paham

20/06/2024

28

Bab 28 Ancaman Untuk Aska

20/06/2024

29

Bab 29 Pertanyaan Reno Untuk Aska.

20/06/2024

30

Bab 30 Kumpulan Ibu-Ibu yang Mengusir Nada.

20/06/2024

31

Bab 31 Buku Nikah Aska dan Nada

23/06/2024

32

Bab 32 Bertemu Ibu

23/06/2024

33

Bab 33 Pertikaian di Depan Restoran

23/06/2024

34

Bab 34 Benang Merah yang Saling Terhubung.

23/06/2024

35

Bab 35 Adik Korban Reno.

23/06/2024

36

Bab 36 Rencana Pertunangan Tari dan Rizal.

24/06/2024

37

Bab 37 Ajakan menikah

24/06/2024

38

Bab 38 Pengakuan Perasaan Aska.

24/06/2024

39

Bab 39 Mencari Jalan Untuk Tari.

24/06/2024

40

Bab 40 Membungkam Mulut Bu Susi

24/06/2024