Aku Bukan Pelakor.
aman bernuansa biru laut itu adalah milik kelurga Pak Baron. Sebuah acara sakral da
i dan meja di mana penuh dengan berbagai jajanan menghiasi setiap sudutn
itu mempelai laki-laki beserta keluarga. Laki-laki yang diperkirak
menantunya. Atensinya beralih pada seorang laki-laki d
tua lagi. Hanya ada kakak tunggalnya yang juga menjadi wali nikah.
ak calon menantunya. Pria dengan tahi lalat di hid
cepat lebih baik, bukan?" ucap perempuan yang t
mpat masing-masing. Saka yang duduk di seberang meja di mana tempat akad akan
h satu bilik kamar dengan mengajak putri keduanya. Tidak lama, mereka keluar
dimiliki tampak semakin bersinar dengan polesan make up sederhana sebagai penu
u tampak bersinar. Tidak ada satu pasang mata pun yang me
n adik iparnya. Dia mengacungi jempol sang adik Saka yang sel
an sedikit pun dari keberadaan calon istrinya. Rasa takjub dan bangga aka
ana telah tergambar dalam benak pria itu. Ingin segera mengh
engan terang-terangan memperlihatkan ketertarikannya pada perempuan dengan
Nada yang baru menginjak usia dua puluh. Sebenarnya banyak ya
yang sudah patah akibat perempu
" ucap salah satu
u diapain aja tetep cantik." Semua orang
ik-cantik." Salah satu tamu la
elati menyapa indra penciuman Saka karena riasan yang digunakan Nada memang menggunak
menyembunyikannya. Sudah deg-degan dengan acara yang akan dimulai, cal
dengan kopyah hitam dan sarung yang melingkar pada leher duduk di seb
kahkan anak gadis Pak Baron mengulurkan tangan d
ap?" tanya pak penghul
ap. Tidak tahu saja kalau Saka sudah n
aska dengan saudari Nada Sintya Kusumo bin Baron Kusumo dengan mas kawin ters
aya terima nikah dan kawinnya Nada Sintya Kusumo
henti ketika sebuah suara teri
dengan baju merah dan sebuah tas yang berada di tangan berdiri angkuh, dagunya men
an dengan kehadiran perempuan ini. Jujur saja. Pera
ik sang kakak yang juga menatap dirinya bingung. Tergambar jelas mimik waj
apa saya? Tanyakan saja pada calon menantu
di mana terlihat mimik penuh sesal di sana. Masih mencoba berpikir
i bertumpu di atas lipatan paha. Saling meremas menahan gejolak y
ibu dan adiknya kini pun gelisah, menatap Saka dan perempua
p angkuhmu dua hari lalu!" Perempuan dengan rambut
encengkeram celananya. "Kamu tidak mau menjawab pertanyaan
an suara lantang dia mulai mengatakan siapa dirinya yang sudah berani datang