/0/23378/coverbig.jpg?v=2b5bede187005628b77d48f6f43c4f70&imageMogr2/format/webp)
Ariana tak pernah menyangka dirinya akan dijebak dalam pernikahan yang tak diinginkannya. Ayahnya, dalam kondisi sakit keras, menerima permintaan sahabat lamanya untuk menikahkan Ariana dengan putra mereka-Daniel Aldrigham, pria yang bahkan tak pernah Ariana temui sebelumnya. Pernikahan itu digelar dalam kesederhanaan, tanpa kemewahan, tanpa cinta, dan hanya berlandaskan keinginan orang tua mereka. Namun, tak butuh waktu lama bagi Ariana untuk mengetahui kenyataan pahit: Daniel sudah memiliki wanita lain, dan mereka masih bersama di balik punggungnya. Namun, di balik perjodohan mendadak ini, tersembunyi rahasia yang lebih besar. Ayah mertua Ariana memiliki satu tujuan-menghancurkan hubungan Daniel dan kekasihnya. Ariana tidak hanya dijadikan istri, tetapi juga alat untuk menaklukkan hati Daniel dan memaksanya melepaskan wanita lain. Terjebak dalam permainan yang bukan pilihannya, Ariana dihadapkan pada dua pilihan: tunduk dan menjalani pernikahan tanpa cinta, atau melawan dan memainkan permainannya sendiri. Bisakah Ariana membuat Daniel bertekuk lutut padanya? Atau justru ia yang akan hancur dalam pernikahan tanpa hati ini?
Langit sore berwarna kelabu ketika Ariana duduk di depan cermin, mengenakan kebaya putih sederhana yang terasa asing di tubuhnya. Riasan tipis di wajahnya nyaris tak mampu menyembunyikan ekspresi kosong yang terpancar dari matanya. Ini bukan hari bahagianya. Ini bukan pernikahan yang ia impikan.
Di luar kamar, suara tamu yang datang terdengar samar. Hanya keluarga terdekat dan beberapa rekan bisnis ayahnya yang hadir. Tidak ada pesta besar, tidak ada kebahagiaan. Hanya sebuah akad nikah yang diatur terburu-buru, seolah pernikahan ini hanyalah transaksi, bukan ikatan suci.
Ariana mengepalkan tangannya di pangkuan. Ayahnya sedang sakit keras, dan inilah permintaan terakhirnya. "Menikahlah dengan Daniel Aldrigham," begitu katanya. Suara ayahnya yang lemah masih terngiang di kepalanya, membuat dadanya sesak.
Ariana tidak punya pilihan. Menolak berarti mengecewakan satu-satunya orang yang selalu mencintainya tanpa syarat. Namun menerima berarti mengikat diri pada pria asing yang bahkan tidak pernah ia temui sebelumnya.
Suara ketukan di pintu membuatnya tersentak. Ibu tirinya, Evelyne, masuk dengan ekspresi puas. "Sudah siap?" tanyanya dengan nada datar, seolah Ariana akan menghadiri pertemuan bisnis, bukan pernikahan.
Ariana menoleh pelan. "Apakah aku masih bisa mundur?"
Evelyne tertawa kecil, sinis. "Jangan konyol, Ariana. Ini bukan tentang kamu. Ini tentang keluarga kita. Ayahmu sudah memutuskan, dan kau tahu betapa buruk kondisinya sekarang."
Ariana terdiam. Tentu saja dia tahu. Itulah satu-satunya alasan dia masih duduk di sini, mengenakan pakaian pengantin dan bersiap menikahi pria yang bahkan belum pernah ia tatap sebelumnya.
***
Di ruang tamu besar yang dijadikan tempat akad, Daniel Aldrigham duduk dengan ekspresi datar. Pria itu mengenakan setelan hitam yang terlihat mahal, tetapi tak sedikit pun menunjukkan tanda bahwa hari ini adalah hari penting baginya.
Tatapannya kosong, rahangnya mengeras, dan tubuhnya tegang seolah ia ingin berada di mana saja selain di sini.
Ariana melangkah masuk, ditemani Evelyne. Sejenak, tatapan mereka bertemu. Mata Daniel dingin, tidak menyambut, tidak menolak. Hanya menilai.
Ketika penghulu mulai membaca akad, suasana semakin menegang. Daniel mengucapkan ijab kabul dengan suara yang tegas, tetapi tanpa perasaan. Semuanya berlangsung cepat, dan sebelum Ariana benar-benar bisa mencerna apa yang terjadi, ia telah menjadi istri dari pria asing itu.
Tidak ada ciuman di kening, tidak ada genggaman tangan hangat. Yang ada hanya keheningan canggung dan ekspresi datar dari pria yang kini menjadi suaminya.
***
Malam itu, Ariana duduk di tepi ranjang, menatap gaun pengantinnya yang sudah ia lepas dan tergantung di lemari. Daniel berdiri di dekat jendela, membelakanginya, satu tangan dimasukkan ke dalam saku celana.
"Aku harap kau tahu bahwa pernikahan ini tidak mengubah apa pun," katanya tanpa menoleh. Suaranya dingin dan tajam, membuat Ariana merasakan dorongan amarah yang tiba-tiba.
"Tidak mengubah apa pun?" Ariana mengulang kata-katanya dengan nada penuh ironi. "Aku sudah menjadi istrimu, Daniel. Bagaimana bisa itu tidak mengubah apa pun?"
Daniel akhirnya menoleh, matanya tajam dan menusuk. "Karena aku sudah memiliki seseorang. Dan tidak ada yang bisa mengubah itu."
Ariana membeku. Napasnya tersengal, matanya membelalak. Jadi, inilah alasannya kenapa Daniel tampak begitu enggan sejak awal.
"Aku tidak peduli bagaimana perasaanmu, dan aku harap kau juga tidak berharap apa pun dariku," lanjutnya, suaranya terdengar lebih rendah, lebih mengancam. "Kau mungkin istriku di atas kertas, tapi itu saja. Jangan coba-coba mengubah apa yang sudah ada."
Ariana menelan ludah. Jadi, inilah takdirnya? Menjadi istri tanpa diakui? Menjadi bagian dari sebuah pernikahan yang bahkan sejak awal sudah penuh kebohongan?
Namun, dalam benaknya, sebuah peringatan terngiang-kata-kata dari ayah mertuanya sebelum pernikahan tadi.
"Buat dia melupakan perempuan itu, Ariana. Buat dia bertekuk lutut padamu."
Ariana mengepalkan tangannya. Jika ini pertempuran, maka ia tidak akan kalah begitu saja.
Bab 1 Pernikahan Tanpa Cinta
17/03/2025
Bab 2 Awal Perang Dingin
17/03/2025
Bab 3 Harga Diri Seorang Istri
18/03/2025
Bab 4 Ariana sudah bersiap lebih awal
18/03/2025
Bab 5 Mempermalukan 'Kekasih' di Depan Publik
18/03/2025
Bab 6 Eleanor Mengamuk, Daniel Terpojok
17/03/2025
Bab 7 Ariana kembali ke rumah
17/03/2025
Bab 8 memeriksa setiap detail penampilannya
17/03/2025
Bab 9 Semua rencana yang ia susun
17/03/2025
Bab 10 Ariana duduk di meja makan
17/03/2025
Bab 11 dokumen yang baru saja ia dapatkan
17/03/2025
Bab 12 Ketika Kekuatan Berada di Tangan yang Tepat
17/03/2025
Bab 13 melaju menuju lokasi pertemuan
18/03/2025
Bab 14 mantel panjangnya berkibar tertiup angin malam
18/03/2025
Bab 15 pikirannya masih memproses
18/03/2025
Bab 16 menampilkan artikel terbaru tentang Lucille
18/03/2025
Bab 17 Nama Derek Vaughn membawa kembali kenangan
18/03/2025
Bab 18 artikel anonim itu dikirimkan
18/03/2025
Bab 19 Musuh Dalam Selimut
18/03/2025
Bab 20 Pertaruhan yang Mematikan
18/03/2025
Bab 21 Cahaya keemasan matahari
18/03/2025
Bab 22 Hari-hari berikutnya berlalu dengan cepat
18/03/2025
Bab 23 Bayangan Lucille dan Eric yang bersekongkol
18/03/2025
Bab 24 Kemenangan yang Pahit
18/03/2025
Bab 25 laporan keuangan dan dokumen
18/03/2025
Bab 26 mencari-cari kelemahan
18/03/2025
Bab 27 Apa yang benar-benar membuatmu merasa hidup
18/03/2025
Bab 28 Jangan sampai kau kehilangan dirimu sendiri
18/03/2025
Buku lain oleh Tri Wahyuni
Selebihnya