/0/23398/coverbig.jpg?v=20250404185438&imageMogr2/format/webp)
Selina tak pernah membayangkan hidupnya akan hancur oleh pria yang kini menjadi suaminya-Rafael Donovan. Lelaki itu, dengan segala tipu muslihatnya, menjebaknya ke dalam pernikahan yang tak pernah ia inginkan. Namun, ketika Rafael mengalami kecelakaan yang membuatnya lumpuh, Selina menganggap itu sebagai karma yang pantas. Ia tak punya niat untuk merawat pria yang telah menghancurkan hidupnya. Justru, ia memilih untuk tinggal hanya demi satu alasan-membalas dendam. Keluarga Rafael yang dulu begitu membanggakan putra mereka kini lepas tangan, dan Selina melihat itu sebagai kesempatan. Harta lelaki itu tak seharusnya dibiarkan sia-sia. Namun semakin lama ia berada di sisinya, semakin ia melihat sisi lain Rafael-kesepian, penyesalan, dan luka yang tersembunyi di balik arogansinya. Semakin ia berusaha menyakitinya, semakin hatinya sendiri tersiksa. Apakah ini benar-benar kebencian, atau ada sesuatu yang jauh lebih dalam yang tak bisa ia kendalikan?
Selina Donovan tidak pernah membayangkan bahwa hidupnya akan hancur dalam satu malam. Semua terjadi begitu cepat-terlalu cepat. Satu detik ia masih menjalani hidupnya dengan tenang, dan detik berikutnya, ia terjebak dalam perangkap yang telah disusun dengan rapi.
Suara desiran gaun mahal yang membalut tubuhnya membuat perutnya mual. Tangannya yang terbungkus sarung satin putih mencengkeram buket bunga dengan erat, seolah itu satu-satunya yang bisa ia hancurkan dalam situasi yang tak memberinya celah untuk lari.
Di depannya, Rafael Donovan berdiri tegak dengan jas hitam elegan, tampak seperti penguasa dunia yang baru saja memenangkan pertarungan besar. Wajahnya yang tampan dan tajam mengukir senyum penuh kemenangan. Senyum yang membuat darah Selina mendidih.
Lelaki itu menjebaknya.
"Ucapkan, Selina," suara Rafael dalam, tegas, dan menuntut.
Selina menggigit bibirnya hingga nyaris berdarah. Di hadapannya, pendeta menatap penuh harap, menunggu sumpah sakral yang akan mengikatnya dalam neraka pernikahan ini.
Semua mata tertuju padanya. Termasuk keluarganya sendiri, yang duduk tanpa ekspresi di deretan kursi tamu. Mereka tahu betul ini bukan keinginannya. Mereka tahu ia dipaksa. Tapi tak seorang pun peduli.
Ayahnya, Thomas Whitmore, menatapnya dengan mata tajam penuh peringatan. Ibu tirinya, Helena, tersenyum puas. Dan kakak tirinya, Cassandra, hanya duduk dengan sikap dingin seolah ini bukan masalahnya.
Demi mereka semua, ia dikorbankan.
Demi mereka semua, ia dijebak.
Selina menahan napas, dadanya terasa sesak.
"Selina," Rafael memanggil namanya lagi, kali ini lebih pelan. Suaranya tidak lagi menekan, melainkan memancing. Seolah ia menikmati setiap detik penderitaan yang dirasakannya.
Ia bisa saja menolak. Bisa saja berlari, berteriak, atau memohon kepada siapa pun untuk menyelamatkannya. Tapi sudah terlambat.
Jika ia menolak Rafael, keluarganya akan menghancurkannya. Mereka akan membuat hidupnya lebih buruk dari neraka ini.
Dengan rahang mengeras, Selina menarik napas panjang, lalu mengucapkan sumpah yang membelenggu hidupnya.
"Aku bersedia."
Selina menatap pantulan dirinya di cermin rias dengan kebencian yang membakar.
Gaun pengantin yang indah ini terasa seperti rantai yang mengikatnya ke dalam perbudakan. Mahkota berlian yang menghiasi rambutnya terasa seperti belenggu.
Pintu kamar terbuka, dan langkah kaki Rafael menggema di lantai marmer. Selina tak perlu menoleh untuk tahu bahwa lelaki itu sedang mengamatinya dengan tatapan penuh kepuasan.
"Tak kusangka kau akan menyerah secepat itu," ucap Rafael dengan nada mencemooh.
Selina memejamkan mata, berusaha menahan amarah yang membuncah. "Aku tidak punya pilihan."
Rafael terkekeh. "Tentu saja tidak."
Selina berbalik, menatapnya dengan mata penuh kebencian. "Apa maumu dariku, Rafael?"
Lelaki itu mendekat, mengangkat dagunya dengan jari-jarinya yang dingin. "Aku ingin kau tetap di sisiku."
Ia tersenyum tipis, senyum yang membuat Selina ingin menampar wajah tampannya.
"Tapi ingat satu hal, Selina," lanjut Rafael dengan nada pelan namun menusuk. "Aku tidak akan membiarkanmu pergi. Kau milikku sekarang."
Mata Selina membelalak, rasa takut dan marah bercampur jadi satu.
Ia bersumpah, suatu hari ia akan membalaskan dendamnya.
Tapi ia tak tahu, bahwa pada saat ia siap untuk menghancurkan Rafael... kehidupannya sendiri akan berubah selamanya.
Bab 1 PENJEBLOSAN
18/03/2025
Bab 2 KEBENCIAN YANG MEMBARA
18/03/2025
Bab 3 API DALAM DINGINNYA RUMAH TANGGA
18/03/2025
Bab 4 Selina mengulang pertanyaan Rafael
18/03/2025
Bab 5 Ia tidak bisa membiarkan itu terjadi
18/03/2025
Bab 6 WANITA DARI MASA LALU
18/03/2025
Bab 7 tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya
18/03/2025
Bab 8 Selina merasa seperti ada yang pecah di dalam dirinya
18/03/2025
Bab 9 Selina tidak tahu apa yang ia harapkan
18/03/2025
Bab 10 Selina bisa merasakan perasaan yang terus berubah
18/03/2025
Bab 11 Setiap detik yang berlalu
18/03/2025
Bab 12 setiap detik bersamanya
18/03/2025
Bab 13 Aku ingin kau berhenti melawan perasaanmu
18/03/2025
Bab 14 Apa yang sebenarnya mereka inginkan
18/03/2025
Bab 15 Rafael tidak langsung menjawab
18/03/2025
Bab 16 Salah satu penasihat keuangannya
18/03/2025
Bab 17 Aruni mengamati dari ambang pintu
18/03/2025
Bab 18 Hening
18/03/2025
Bab 19 memperhatikannya dari dalam ruangan
18/03/2025
Bab 20 Rumah tua tadi meninggalkan kesan mendalam
18/03/2025
Bab 21 Sesuatu dalam dirinya terasa berbeda
18/03/2025
Bab 22 RUNTUHNYA DINDING
18/03/2025
Bab 23 MENYATU DENGAN KEBENARAN
18/03/2025
Bab 24 mereka bertemu lagi
18/03/2025
Bab 25 Aruni berusaha fokus
18/03/2025
Bab 26 PERTEMBUNGAN PERASAAN
18/03/2025
Bab 27 Aruni terdiam di hadapan Rafael
18/03/2025
Bab 28 Sesuatu yang mungkin akan mengubah segalanya
18/03/2025
Bab 29 perasaan kosong
18/03/2025
Bab 30 pandangannya kosong menatap dunia
18/03/2025
Buku lain oleh Tri Wahyuni
Selebihnya