Aku Bukan Pembantu Kalian

Aku Bukan Pembantu Kalian

Anggrek Bulan

4.6
Komentar
8.3K
Penayangan
37
Bab

Selama tujuh bulan lebih iparku dan keluarganya menjadi benalu di rumahku, dan mereka selalu menjadikan aku pembantu di rumahku sendiri. Suamiku tak tega jika harus mengusir mereka, jadi kini aku akan main cantik hingga mereka tak betah lagi berada di rumahku.

Bab 1 Aku Bukan Pembantu Kalian

Sebelum baca klik berlangganan dulu ya

****** ******

AKU BUKAN PEMBANTU KALIAN

"Rin, buruan dong masaknya! Laper banget nih aku. Kamu nggak dengar dari tadi Kayla nangis terus? Ya karena aku lapar jadi ASI ku kan jadi encer. Cepetan dong masaknya!"

Pagi ini, kakak iparku, Kak Sarah kembali mengomel. Padahal jam di dinding masih menunjukkan pukul setengah enam pagi, masih terlalu dini juga untuk sarapan pagi. Meski kutahu dia memang saat ini juga sedang menyusui putra bungsunya-Bobby-yang saat ini masih berusia satu tahun. Sedangkan selepas shalat subuh aku sudah membuatkan segelas susu hangat untuknya, Mas Dimas dan dua putrinya kembarnya, Dewi dan Devi yang kini berusia lima tahun.

"Iya cepetan dong Tante, Devi juga lapar banget nih," ucap Devi yang diamanini pula oleh saudara kembarnya, Dewi.

Sebetulnya kedua keponakanku ini sangatlah cantik. Rambut lebat, bermata coklat, hidung mancung dan berkulit putih bersih, namun sayang Mbak Sarah tak pernah perhatian pada mereka, hingga penampilan mereka kelihatan dekil. Tak jarang akulah yang memandikan mereka dan mendandani mereka, padahal di usia segitu harusnya mereka sudah bisa mandiri.

Entah didikan seperti apa yang diberikan oleh Mbak Sarah dan Mas Rusli pada mereka berdua, hingga mereka tumbuh menjadi anak yang malas, manja dan berbuat apapun sesuka hatinya.

"Sabar ya sebentar lagi mendidih, kalian mandi dulu sana. Nanti pas selesai mandi makanannya pasti sudah matang," bujukku pada mereka.

"Malas banget ih pagi-pagi kok mandi. Mending nonton tivi, yuk Dev kita nonton tivi dulu. Jangan lama-lama ya Tante!" Kali ini gantian Dewi lah yang berujar padaku.

Pemandangan seperti ini sudah tujuh bulan terakhir terjadi di rumahku. Sejak Mbak Sarah dan keluarganya pindah ke rumah ini. Mereka tinggal di sini karena memang sudah tak memiliki tempat tinggal lagi. Mas Rusli yang seorang pemborong bangkrut karena telah di tipu temannya senilai ratusan juta, padahal uang tersebut adalah pinjaman dari banyak tempat. Dengan terpaksa akhirnya mereka menjual semua aset dan rumah untuk mengembalikan semua pinjaman itu.

Sementara rumah peninggalan mertua sudah di jual dua tahun yang lalu, dan hasil penjualannya di bagi dua, untuk Kak Sarah dan juga suamiku. Namun pembagian itu sedikit tak adil, suamiku hanya mendapat tiga puluh persen saja dari hasil penjualan rumah itu. Dari hasil uang itu dan sedikit tabungan, kami membangun rumah ini. Rumah mungil di tanah peninggalan orang tuaku, dengan tiga kamar tidur di dalamnya.

Sesungguhnya aku tak pernah keberatan bila mereka tinggal bersama kami, namun sikap mereka seolah aku ini adalah pembantu di rumahku sendiri. Tak sedikitpun mereka menghargai kami sebagai tuan rumah di sini. Apapun yang mereka inginkan kami harus selalu menurutinya, kalau tidak maka Kak Sarah akan mengungkit jasanya pada suamiku dulu. Karena selama dua tahun mereka membiayai kuliah Mas Johan suamiku, setelah bapak mertua meninggal dunia. Padahal selama dua tahun Mas Johan juga bekerja sampingan untuk membantu biaya kuliahnya itu.

Sementara suamiku, tak bisa berbuat apapun. Karena dia sangat sayang pada kakak perempuannya itu. Apalagi dulu ketika Ibu mereka meninggal, saat keduanya masih kecil, Ibunya berpesan agar Mas Johan selalu menjaga Mbak Sarah. Aku pun menjadi serba salah di sini.

Pekerjaan mereka setiap hari hanyalah malas-malasan saja. Mulai dari makan sampai cuci baju aku lah yang mengerjakan, padahal di rumahku ini juga telah ada mesin cuci, namun mereka lebih suka meletakkan pakaian kotor mereka di kamar mandi. Karena risih akhirnya akulah yang mencuci pakaian mereka.

Kerjaan Mbak Sarah dan Mas Rusli hanyalah menonton tivi dan bermain ponsel saja, dan ketiga anaknya di biarkan begitu saja mengobrak-abrik rumahku. Mereka memainkan apapun yang mereka mau, dan tak pernah mau mengembalikan ke tempatnya semula. Bungkus makanan ringan dan permen berserakan di mana-mana, begitu pula bekas diapers pun tergeletak begitu saja .

Pemandangan seperti itu yang selalu aku lihat saat aku pulang dari pasar, karena aku memang mempunyai toko sembako kecil di sana.

Lelah? Jangan tanya lagi, apalagi aku tak punya karyawan di sana. Meskipun begitu saat sampai di rumah aku harus tetap membereskan semuanya, karena jika tak kubereskan hari itu juga, maka besok ya rumah akan nampak seperti tempat pembuangan sampah.

Mbak Sarah selalu berkilah bahwa dia capek semalaman menyusui dan momong si kecil, saat aku memintanya membantu pekerjaan rumah. Jadi selama tujuh bulan di sini, tak pernah sekalipun dia memegang gagang sapu atau tanganya basah terkena sabun pencuci piring. Dia juga selalu menyalahkan aku yang telah menikah dengan adiknya selama tiga tahun, namun hingga kini belum mempunyai anak. Karena memang sesungguhnya dari dulu dia tak pernah menyukaiku, hanya karena aku seorang yatim piatu dan miskin. Dan saat itu dia telah menjodohkan Mas Johan dengan temanya yang berstatus janda kaya raya beranak satu. Tetapi Mas Johan tidak mau dan tetap memilih untuk menikahiku.

Setelah menikah , dia pun tak pernah bersikap baik kepadaku, bahkan terkesan jijik. Dulu dia tak akan pernah mau makan apapun yang kuhidangkan, jijik dan akan membuat sakit perut, katanya. Tapi kini malah semua makanan buatanku masuk ke perutnya, namun rasa sombong dan bencinya kepadaku tetap ada, padahal kini dia hanya numpang di rumahku.

Tak beda jauh dengan suaminya, saat Mas Johan menanyakan apakah dia tak ingin kembali bekerja? Jawabanya simple sekali, "aku masih trauma!"

Lalu sampai kapan aku harus terus menjadi pembantu mereka?

Next?

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Anggrek Bulan

Selebihnya

Buku serupa

Gairah Liar Perselingkuhan

Gairah Liar Perselingkuhan

kodav
5.0

Kaindra, seorang pria ambisius yang menikah dengan Tanika, putri tunggal pengusaha kaya raya, menjalani kehidupan pernikahan yang dari luar terlihat sempurna. Namun, di balik semua kemewahan itu, pernikahan mereka retak tanpa terlihat-Tanika sibuk dengan gaya hidup sosialitanya, sering bepergian tanpa kabar, sementara Kaindra tenggelam dalam kesepian yang perlahan menggerogoti jiwanya. Ketika Kaindra mengetahui bahwa Tanika mungkin berselingkuh dengan pria lain, bukannya menghadapi istrinya secara langsung, dia justru memulai petualangan balas dendamnya sendiri. Hubungannya dengan Fiona, rekan kerjanya yang ternyata menyimpan rasa cinta sejak dulu, perlahan berubah menjadi sebuah hubungan rahasia yang penuh gairah dan emosi. Fiona menawarkan kehangatan yang selama ini hilang dalam hidup Kaindra, tetapi hubungan itu juga membawa komplikasi yang tak terhindarkan. Di tengah caranya mencari tahu kebenaran tentang Tanika, Kaindra mendekati Isvara, sahabat dekat istrinya, yang menyimpan rahasia dan tatapan menggoda setiap kali mereka bertemu. Isvara tampaknya tahu lebih banyak tentang kehidupan Tanika daripada yang dia akui. Kaindra semakin dalam terjerat dalam permainan manipulasi, kebohongan, dan hasrat yang ia ciptakan sendiri, di mana setiap langkahnya bisa mengancam kehancuran dirinya. Namun, saat Kaindra merasa semakin dekat dengan kebenaran, dia dihadapkan pada pertanyaan besar: apakah dia benar-benar ingin mengetahui apa yang terjadi di balik hubungan Tanika dan pria itu? Atau apakah perjalanan ini akan menghancurkan sisa-sisa hidupnya yang masih tersisa? Seberapa jauh Kaindra akan melangkah dalam permainan ini, dan apakah dia siap menghadapi kebenaran yang mungkin lebih menyakitkan dari apa yang dia bayangkan?

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Calli Laplume
4.9

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku