Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Aku Bukan Perawan

Aku Bukan Perawan

Prima_Alpi

5.0
Komentar
1.1K
Penayangan
20
Bab

Kisah tentang penghianatan yang dialami oleh seorang gadis yang bernama Shinta Larasati yang terpaksa harus menelan pil pahit tatkala mengetahui kisah perselingkuhan kekasihnya yang bernama Predi Prasetiyo dengan Putri Patrisia. Karena Shinta bukan gadis suci lagi, oleh sebab itulah Predi meninggalkannya memilih wanita yang lebih mempesona dibandingkan Shinta. Sampai suatu saat, di saat kondisi terpuruk dalam hidupya ia mencoba bangkit dan mencari suasana baru. Shinta pergi ke sebuah ibu kota untuk mengadukan nasibnya, berusaha merubah hidup untuk membuktikan pada mantan kekasihnya itu bahwa ia bisa merubah keadaan hidupnya yang miskin. Ia bertekad akan membuat Predi menyesali kesalahannya. Namun, di tempat ia bekerja tidak disangka ia bertemu dengan seorang lelaki bernama Brama Sebastian yang terus dan berusaha mengambil perhatiannya. Akan tetapi, Shinta masih saja dibayangi oleh mantan kekasih yang masih cintai. Mampukah Brama Sebastian mencuri hati Shinta? Akankan perasaan Shinta berubah haluan pada Brama? Atau akan tetap bersi kukuh ingin membalas perbuatan Predi dan membuat mantan kekasihnya itu kembali?

Bab 1 Kabar Mengejutkan

Terlihat di sudut suatu ruangan seorang gadis bernama Shinta masih terpaku di tempat duduknya dengan mulut terkatup, sementara bola matanya yang bening dengan bulu mata lentik masih menatap kearah Dina dengan pandangan tak percaya.

Sungguh, ingin rasanya ia tak mempercayai ucapan Dina saat itu.

"Benar, Shin. Aku melihat Predi sama Putri di depan restauran. Sepertinya mereka habis makan bersama. Aku sendiri sempat sangsi dengan penglihatanku.

Masa sih predi jalan sama, Putri? Namun setelah kuhampiri lebih dekat lagi, baru aku yakin kalau cewek yang di sebelahnya itu memang benar, Putri," ungkap Dina dengan nada serius. Raut wajahnya yang terlihat tegang menggambarkan bahwa ia memang tidak sedang main-main dan ingin meyakinkan bahwa apa yang dilihatnya adalah benar.

Hembusan napas berat keluar dari hidung Shinta saat mendengar laporan yang sedikit banyak mulai mempengaruhi dan membuatnya yakin, meskipun ia tidak pernah menyaksikannya dengan kepala sendiri.

Benarkh dia telah menghianati cinta dan kesetiaannya? Ah, benarkah itu? Ingin sekali rasanya Shinta untuk tidak mempercayai keterangan itu.

"Melihat sikap mereka yang nampak begitu mesra, aku jadi curiga lho, Shin. Jangan-jangan tanpa sepengetahuanmu dia pacaran lagi dengan Putri. Ini gawat, Shin! Maka itu aku sarankan padamu, sekali-kali enggak ada salahnya kamu menyelidiki apa yang dilakukan Predi dibelakangmu," cetus dina lagi dengan napas menderu.

Penasaran juga ia melihat sikap Shinta yang masih kelihatan tenang-tenang saja. Shinta sendiri bukan tak percya dengan laporan itu. Dua minggu yang lalu, Ririn tetangga yang rumahnya dekat dengan rumah Shinta itu mengatakan hal yang senada dengan Dina. Ia melihat Predi bersama Putri disebuah toko baju.

"Semalam aku ketemu Predi lho, Shin," katanya waktu itu.

"Oh yah! Di mana?" Tanyanya waktu itu, ingin tahu.

"Di toko baju. Kebetulan waktu itu aku lagi nemenin tanteku beli baju. Eh, enggak menyangka malah ketemu Predi sama,-" Ririn tidak meneruskan kalimatnya. Paras wajahnya tiba-tiba saja berubah antara rasa redah dan tidak enak hati untuk mengatakan yang sebenarnya.

Namun, Shinta malah penasaran sekaligus bingung melihat Ririn seperti menggantung kalimatnya, hatinya berdebar keras saat menangkap tanda-tanda tak mengenakan itu. Apa yang telah terjdi? Mengapa Ririn tidak meneruskan ucapannya dan kelihatan gelisah?.

"Predi sama siapa, Rin? Katakanlah terus terang padaku," ujar Dina kemudian tak tahan memendam perasaan yang semakin bergejolak.

"Dia,-" Ririn kelihatan ragu untuk mengatakan hal yang sebenarnya. Sepasang maniknya yang bulat menatap Shinta tajam-tajam.

"Dia jalan sama siapa? Katakanlah yang sejujurnya," desak Shinta lagi, tak sabar detak jantungnya berdebar semakin cepat. Dadanya bergerumuh hebat membuat dadanya tiba-tiba saja terasa sesak.

"Pedi, dia jalan sama, Putri," jawab Ririn kemudian, pelan.

Shinta tercekat. Sepasang matanya yang bening sedikit membelalak. Namun kemudian ditariknya napas dalam-dalam untuk menenangkan perasaan hatinya yang tidak karuan, antara tidak percaya, kaget, cemas dan gelisah.

Benarkah apa yang dikatakan Ririn barusan? Benarkah Predi jalan sama, Putri?.

Shinta masih terpaku, dengan berbagai macam pikiran mengayuti benaknya, ketika Ririn kembali berkata.

"Sungguh, Shin. Aku juga sempat kaget waktu memergoki Predi jalan sama Putri. Memang kamu sudah putus dengan dia? Kok berani-beraninya dia jalan denga wanita lain?"

Giliran Shinta yang terhengak mendengar pertanyaan-pertanyaan itu. Sudah putus dengan Predi? Ah, tidak. Hubungan mereka masih baik-baik saja, seperti dulu. Predi belum pernah mengucapakan kata untuk memutuskan hubungan cintanya. Kendati akhir-akhir ini cowok itu mulai sering tidak datang.

Lantas, kalau memang mereka masih menjdi sepasang kekasih, kenapa Predi malah jalan bersama Futri? Kenapa Predi tidak mengajaknya saja? Bukankah selama ini semua orang tahu kalau mereka pasangan kekasih yang serasi dan tidak terpisahka? Lantas kenapa Ririn malah memeregoki Predi bersama perempuan lain dan bukan dirinya?

Dia sendiri tidak tahu, apa yang harus dikatakannya pada Ririn. Bahwa hubungan dengan predi baik-baik saja, kok rasanya aneh. Apa alasan Predi sampai jalan dengan Putri kalau hubungan mereka tetap baik-baik saja? Kok rasanya aneh. Apa alasan Predi sampai jalan dengan Putri kalau hubungan mereka baik-baik saja?

Dia mengatakan kalau mereka sudah putus hubungan, kapan Predi mengatakan itu? Selama menjadi kekasih cowok itu, sdikitpun ia tak pernah berpikir bakal berpisah apalagi memutuskan cowok terkasih yang amat diharapkannya itu.

Dan sekarang, kembali ia mendengar berita tak. Mengenakan yang sangat menyakitkan hatinya itu. Untuk yang kedua kalinya ia mendengar, kalau Predi kekasih yang amat dicintainya, mulai berpaling pada gadis lain.

Ada yang terasa luruh dalam hati Shinta saat membayangkan itu. Sungguh, hatinya ditusuk-tusuk pisau belati mendengar kabar yang sangat memerahkan telinga itu. Predi jalan dengan perempuan lain.

Dan perempuan itu adalah Putri. Gadis yang diketahuinya juga mempunyai harapan dan cinta yang berkobar-kobar pada Predi.

Betapa pedihnya hati Shinta memikirkan itu. Bukan ia tak tahu siapa Putri. Gadis berambut panjang dengan bibir tipis, memang sudah sejak lama tergila-gila pada Predi. Demi untuk mendapatkan cinta cowok tampan itu. Tapi, Predi tetap Predi. Betapapun kerasnya godaan yang didapatinya dari Putri, tapi cintanya tetap pada Shinta. Ia tetap memilih garis manis berlesung pipit itu, kendati Putri terus mengejar dan berusaha menaklukannya.

Dan Shinta boleh merasa bangga, karena cowok tampan itu lebih memilihnya dan tetap mempertahankan kedudukannya di hati.

Yah, Shinta boleh merasa senang dan bahagia, karena cinta Predi tetap ditujukan untuknya, kendati godaan terus menghadang.

Tapi ternyata, semua itu tidak berlangsung lama. Bayangan indah Shinta untuk tetap merajut hubungan kasih dengan predi sampi ke pelaminan. Pelan tapi pasti, Predi mulai menjauhinya. Bahkan yang menyakitkan, cowok tampan itu mulai berani jalan dengan gadis lain.

Dalam kepedihan yang menggerogoti jiwanya, Shinta cuma bisa mengeluh pelan. Digigitnya bibirnya dengan hati yang nalangsa. Apa yang pernah dikhawatirkannya dan sangat sangat mengganggu perasaannya belakangan ini, akhirnya terjadi juga. Cinta dan kesetiaan yang pernah diharapkannya akan berlanjut abadi, mulai terkikis pelan-pelan.

Sebulan sudah berlalu, Predi. Sudah tak lagi datang kerumah Shinta pelan tapi pasti Shinta mulai merasakan perubahan demi perubahan yang nampak pada diri Predi, kekasihnya. Selain mulai jarang datang, cowok itu pun sepertinya mulai memasang jarak hubungan diantara mereka. Bahkan yang terakhir, sudah dua kali Shinta mendengarkan kabar menyakitkan itu, Predi berselingkuh dengan Putri, gadis yang diketahuinya menaruh cinta dan perhatian dalam terhadap kekasihnya itu.

Diam-diam Shinta berusaha menenangkan perasaan hatinya sendiri yang bergelolak tak karuan sangat mendengar orang yang dicintai yang diharapkan bakal menjadi suaminya kelak, mulai memalingkan cintanya pada gadis lain. Shinta sadar kalau dia memang bukanlah orang kaya, dia orang tak punya. Biar bagaimana, ia sudah tak sepadan lagi untuk bersanding dengan Predi. Cowok tampan yang punya sepasang mata tajam namun memiliki sikap lembut dan romantis itu tidak pantas menjadi kekasihnya.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Prima_Alpi

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku