/0/30351/coverorgin.jpg?v=1a70ca6c85bd2d369dece791687b8226&imageMogr2/format/webp)
Brak!!
Pintu ruangan itu terbuka dan muncullah seorang wanita cantik berambut pendek dan dibelakangnya ada dua orang yang mengiringinya.
Wanita itu berjalan mendekat ke arah seorang pria yang tengah duduk di meja kebesarannya.
“Selamat sore La Rossa, apa khabar?” sapa pria itu ramah.
“Jangan basa basi berikan uangnya,” ucap La Rossa dingin.
“Tidak bisakah kamu santai sejenak Ross?” tanya pria itu dengan senyum yang mengembang dibibirnya.
“Cepat berikan uangnya sekarang!” ucap La Rossa dengan nada penuh penekanan.
“Ambilkan uangnya Daniela!” perintah pria itu pada asistennya yang tengah berdiri disisi kirinya.
Daniela lalu beranjak pergi dari sisi pria itu, dan kemudian membuka lemari brangkas yang ada di ruangan itu. Daniela membawa setumpuk demi setumpuk uang dari dalam brangkas lalu meletakkannya di atas meja pria itu.
“Silakan hitung uangnya La Rossa!” perintah pria itu sambil menyodorkan setumpukan uang itu ke hadapan La Rossa.
Lalu La Rossa memberi kode orang yang ada di belakangnya, mereka berdua pun maju kehadapan meja pria itu, mereka memasukkan semua uang itu ke dalam sebuah koper kecil.
Saat uang terakhir akan dimasukkan tiba-tiba La Rossa menghentikan mereka.
“Stop!” perintah La Rossa, membuat ke dua orang itu menghentikan gerakkannya.
La Rossa mengambil ikatan uang terakhir itu, lalu melemparkannya ke wajah pria itu.
“Jangan menipuku! Uang itu palsu, dan jumlahnya juga kurang!!” ucap La Rossa dengan suara lantang.
“Bagaimana bisa? Aku sudah menghitungnya semalam dan jumlahnya cukup!” kata pria itu sambil meraih segepok uang yang La Rossa lemparkan kewajahnya.
Pria itu memeriksa uang itu dan menghitung ulang yang ternyata benar uang itu kurang 5 lembar dan ada yang palsu juga.
‘Tapi bagaimana La Rossa bisa tahu kalau uangnya kurang’ gumam pria itu lirih.
“Jangan pernah menipuku, cepat berikan sisa uangnya!” perintah La Rossa dengan nada marah dan penuh penekanan.
Daniela dengan tangan gemetaran menyerahkan sisa uangnya, ia mencukupi kekurangan uangnya dan mengganti uang palsu itu dengan yang asli.
“La Rossa matamu sungguh jeli, ternyata rumor itu bukan omong kosong, wanita kejam berdarah dingin itu memang pantas kamu sandang,” ucap pria itu sambil tersenyum kagum pada La Rossa.
Namun La Rossa menanggapinya dengan dingin, ia berlalu pergi begitu saja dari hadapan pria itu, tapi kemudian langkahnya terhenti. Ia menatap tajam ke arah Daniela lalu ia pun membalikkan badannya dan menghampiri Daniela.
Daniela yang tiba-tiba didekati oleh La Rossa ketakutan. Wajahnya pucat, tubuhnya gemetaran, tangannya saling bertautan.
La Rossa mengangkat dagu Daniela dengan ujung jari telunjuknya, ia menatap tajam tepat menembus kedalam retina Daniela.
“Jangan pernah mengulanginya lagi, atau kamu dalam bahaya!” ujar La Rossa dingin.
Lalu ia pergi dari ruangan itu bersama dengan ke dua orang pengikutnya, La Rossa meninggalkan area gedung perkantoran itu.
Tibalah mereka disebuah cafe yang sudah disepakati bersama dengan cliennya. La Rossa masuk kedalam cafe itu, ia mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan itu dan ia menemukan seorang wanita paruh baya tengah minum secangkir teh.
La Rossa menghampiri wanita itu, lalu ia duduk di kursi tepat di seberang wanita itu. La Rossa menyerahkan koper itu kepada wanita itu.
“Sesuai perjanjian dan waktu yang sudah ditentukan, silakan periksa.” Ucap La Rossa sambil menyodorkan koper itu.
Wanita itu membuka koper itu lalu ia tersenyum senang.
“Tak sia-sia aku membayarmu mahal, cara kerjamu sesuai dengan bayarannya. Aku akan mentransfer sisa pembayarannya” ucap wanita itu.
“Atur saja!” kata La Rossa dingin.
Lalu ia pun beranjak dari hadapan wanita yang sudah menyewa jasanya itu.
Ia kembali ke apartemennya, sesampainya di apartemen La Rossa langsung masuk kamar mandi. Setelah mandi lalu ia memakai baju santai, baru juga ia duduk di depan meja kerjanya, handphonenya berdering.
“Hallo, ada apa Jhon?” tanya La Rosaa.
“Ada misi untukmu,” ucap Jhonny, dari seberang telpon.
“Apa misinya?” kembali La Rossa bertanya pada Jhonny dengan nada dingin dan datar.
“Membunuh orang,” kata Jhonny.
“Aku tahu! Bukankah itu pekerjaanku? Sejak kapan kamu jadi bego Jhon?” tanya La Rossa.
“Dan sejak kapan kamu begitu berani padaku, Ros?” Jhonny balik bertanya pada La Rossa.
“Katakan siapa targetnya?” tanya La Rossa tidak sabar ingin mengetahui target misinya.
“Aku akan kirim filenya sekarang,” kata Jhonny.
Lalu La Rossa langsung mematikan sambungan telponnya, hal itu membuat Jhonny menggerutu kesal di seberang sana.
“Ish! Selalu saja begini, dasar cewek dingin nggak punya aturan dan perasaan,” gerutu Jhonny kesal.
Lalu Jhonn pun mengirim file itu ke La Rossa melalui e-mail. Sementara itu di tempatnya La Rossa, ia membuka file yang Jhonny kirim, ia membaca dan mempelajari misi yang Jhonny berikan.
La Rossa mengamati targetnya, ternyata ia seorang pria yang memiliki cacat mental alias idiot. Wajahnya bagaikan monster, disebelah kanan wajahnya memiliki bekas luka bakar, bahkan matanya tak memiliki bola mata. Kakinya lumpuh, ia mengenakan kursi roda, dari keterangan yang La Rossa dapat ia tidak pernah meninggalkan mansionnya selama hidupnya. Ia adalah pewaris tunggal kerajaan bisnis milik mendiang orang tuanya, sebuah kerajaan bisnis terbesar se-Asia Tenggara, yaitu SKYLINE
Selama ini yang memegang bisnis milik orang tuanya adalah pamannya, adik tiri satu-satunya dari ayahnya. Karena sang pewaris tidak memiliki kemampuan untuk memimpin kerajaan bisnis milik orang tuanya, maka pamannyalah yang menjalankan bisnis itu.
‘Jika ia seorang idiot dan cacat, lalu kenapa ada orang yang menginginkan nyawanya? Bukankah dia adalah orang yang tidak berguna?’ Gumam La Rossa sambil terus menatap sang target.
Lalu La Rossa pun menghubungi Jhonny melalui telpon selularnya.
“Bagaimana? kamu terima La Rossa?” tanya Jhonny, langsung menanyakan kesanggupan La Rossa.
“Aku ambil!” jawab La Rossa dengan nada tegas.
“Ok! Besok berangkat,” kata Jhonny.
“Aku akan mempersiapkan semuanya,” sambung Jhonny
“Ok!” jawab singkat La Rossa.
/0/13043/coverorgin.jpg?v=25bacbaed5650a2e06f7fffe595456e2&imageMogr2/format/webp)
/0/15126/coverorgin.jpg?v=3a995cbe5ea1f22ba4cc08577ec6dd32&imageMogr2/format/webp)
/0/19827/coverorgin.jpg?v=42e4246edc332ad131b87f0fec77c2f4&imageMogr2/format/webp)
/0/18874/coverorgin.jpg?v=ee9d422b526d303c7530741041a3c165&imageMogr2/format/webp)
/0/29128/coverorgin.jpg?v=678a54cfd5d890246a6ff81bb3bc8de9&imageMogr2/format/webp)
/0/15746/coverorgin.jpg?v=dd951388bf1506d99ea44810f630efd4&imageMogr2/format/webp)
/0/9295/coverorgin.jpg?v=a0f7c3bac77f643079e98db620e8b81a&imageMogr2/format/webp)
/0/29173/coverorgin.jpg?v=1dcb4e2f61ac8c9239f0cd7c6807ea17&imageMogr2/format/webp)
/0/17365/coverorgin.jpg?v=6db8622c3069ac6f74d1e2e5fb155f63&imageMogr2/format/webp)
/0/17095/coverorgin.jpg?v=715776ef2540a158c0179afa5f34f3a7&imageMogr2/format/webp)
/0/16463/coverorgin.jpg?v=83f6dd3af71ea3068b6d2868bc1debf9&imageMogr2/format/webp)
/0/17882/coverorgin.jpg?v=9079b312ff97b8638c0c92c6cce5b2b1&imageMogr2/format/webp)
/0/18915/coverorgin.jpg?v=42c00b78c9227407354760d92aebd1c6&imageMogr2/format/webp)
/0/19038/coverorgin.jpg?v=bc8737a1657af9debfad6717df8020f0&imageMogr2/format/webp)
/0/19437/coverorgin.jpg?v=10f7a26f993d2fbbc8598e531f76a716&imageMogr2/format/webp)
/0/19583/coverorgin.jpg?v=dbcc1ce290daebd393b9182962021d9a&imageMogr2/format/webp)
/0/20158/coverorgin.jpg?v=e31fedc9b2e92637058c64cfe6927527&imageMogr2/format/webp)
/0/21521/coverorgin.jpg?v=949f724aa518bedbacb3226a7a839c89&imageMogr2/format/webp)
/0/2562/coverorgin.jpg?v=1c0bc876cf31e2917d8e16ad7eb33bc5&imageMogr2/format/webp)