Tentang seorang pria yang memiliki dendam kepada dunia yang kejam ini karena orang-orang yang dicintainya seolah direnggut paksa dari genggamannyaa. Menjadi kejam dan Arogan adalah pilihannya yang tepat untuknya saat ini. Tidak ada cinta lagi di hatinya karena alasan yang ia sembunyikan. Namun, siapa sangka, takdir malah mempertemukan pria tersebut dengan seorang gadis yang dijadikan alat penebus hutang oleh orang tuanya. Pria tersebut memaksa agar orang tua dari gadis itu menikahkan mereka, jika tidak nyawa pasutri itu akan melayang. Tidak ada pilihan selain mengiyakan. Namun ... sangat bertentangan dengan sang gadis dikarenakan dia sudah memiliki kekasih dan kekasihnya akan segera melamarnya. Bagaimana dengan kisah cinta segitiga mereka? Apakah alasan pria itu menikahi gadis tersebut? Yuk! Kepoin! Jawabannya ada di sini!
Di rumah yang sangat sederhana, dihuni tiga orang saat ini sedang melakukan sarapan pagi. Mereka fokus dengan makanan masing-masing sehingga yang terdengar hanya dentingan sendok.
Usai menghabiskan sarapan, mereka berjalan menuju pintu utama karena putri dari pasutri itu akan pergi ke kampus.
"Ayah, Ibu, Sensa pergi dulu, ya." Gadis cantik itu langsung mencium punggung tangan kedua orang tuanya sebelum ia menaiki sepedanya.
"Kamu belajar yang rajin ya, Sayang." Sang ibu mengelus pucuk kepala putrinya sambil tersenyum hangat. Sensa mengangguk cepat, kemudian dia menaik ke atas sepedanya
"Dadah!" Sensa melambaikan tangannya dan dibalas oleh kedua orang tuanya.
***
Di waktu yang sama seorang pria sedang memberikan pelajaran kepada pesaing bisnisnya yang sudah membuatnya mengalami kerugian yang sangat besar. Kata ampun dan maaf sudah tidak ada artinya lagi, pria tersebut terus memberikan pukulan ke pak tua yang sudah lemas dan mengalami lebam di sekujur wajahnya.
Lucas Glenn Jmess namanya. Berusia dua puluh delapan tahun, selain seorang pengusaha sukses di bidang tambang, pria tersebut juga seorang ketua Mafia. Penobatan ketua itu terjadi tahun yang lalu karena bos mereka mati terbunuh saat terjadinya perebutan kekuasaan.
"Tuan Lucas, tolong jangan bunuh saya. Saya memiliki dua putri, barang kali kau bisa mengambil mereka untuk dijadikan penghangat ranjangmu," ucap Bima kesusahan karena sakit di sekujur tubuhnya.
Lucas menyeringai, lalu berkacak pinggung melihat Bima yang sudah lemas di lantai itu.
"Woww ... tawaran yang sangat menggiurkan sekali. Tanpa kau suruh, aku akan mengambil putrimu untuk kujual ke bar tiap malamnya! Hitung-hitung mengganti semua kerugian yang sudah kau berikan!"
Sekuat tenaga Bima langsung duduk, lalu tersenyum. "Tidak apa-apa Tuan, yang penting saya selamat."
"Kamu terlalu percaya diri, Bima. Kamu tetap akan mati di tanganku karena pengkhianat tidak akan kubiarkan hidup!"
Lucas mengambil senjata api di celananya, lalu menembak Bima tepat ke kening pria setengah baya itu. Darah Bima sampai muncret dan mengenai wajah Lucas. Saat itu juga dia mengembangkan napas terakhir.
"Kalian semua! Urus pengkhianat ini! Ambil organ dalamnya yang bisa dijual, lalu hapus semua jejak Bima agar publik tidak tau kalau dia mati terbunuh!" perintah Lucas.
"Baik, Tuan," jawab mereka, kemudian menjalankan perintah Lucas.
Pemuda itu keluar dari ruangan penyiksaan tersebut. Lucas membersihkan darah Bima yang berada di wajahnya.
"Alex, siapa yang masih memiliki hutang padaku?" tanya Lucas pada Alex yang tugasnya memberikan pinjaman kepada orang-orang.
"Namanya Heru Wijaya, Tuan. Dia memiliki hutang lima ratus juta dan sudah lewat dari perjanjian pembayaran, yang artinya sekarang hutang Heru Wijaya sudah mencapai lapan ratus juta karena terlambat membayar," jawab Alex.
"Ayok ke rumahnya. Semoga dia belum bisa membayar hutang karena tanganku masih sangat gatal ingin memukuli orang ...."
Dua mobil hitam melaju cepat menuju rumah Heru Wijaya. Namun, macet malah memperlambat perjalanan mereka. Lucas paling benci dengan kemacetan. Selain membuat bosan, berisik juga karena orang-orang di belakang saling mengklakson.
Lucas membuka kaca matanya saat melihat seorang gadis bersepeda melewati trotoar. Lucas dengan cepat menurunkan kaca mobil dan mengamati punggung gadis yang semakin menjauh itu.
"Tuan kenapa?" tanya Alex heran.
"Siapa gadis yang baru lewat itu?" Lucas balik bertanya.
"Hah? Siapa? Aku tidak melihatnya, Tuan," jawab Alex.
Lucas berdecih. "Lupakan saja ..."
***
"Abang, bagaimana ini? Cepat atau lambat rentenir itu pasti akan datang ke sini dan hutang kita sudah pasti akan bertambah karena kita tidak menepati janji," risau Susi di bangku kayu.
Heru memijit keningnya. Ikut pusing untuk memikirkan cara melunasi hutang mereka yang terbilang sangat banyak.
"Aku juga tidak tau. Bagaimana jika rumah ini kita jual saja?"
"Hah? Jual? Kalau rumah ini dijual kita tinggal di mana? Kolong jembatan? Lagian jika rumah ini dijual siapa yang mau beli? Belum tentu juga hutang kita akan lunas!" gerutu Susi yang kesal dengan masukan suaminya.
"Tenang dulu. Jangan-jangan, rentenir itu sudah lupa dengan hutang kita. Buktinya me--"
Gebrak!
Pintu rumah mereka jebol saat seorang pria berbadan kekar menendangnya. Susi sudah hampir ingin meneriaki orang yang menendang pintu mereka, tetapi setelah mengetahui orang yang menendang pintu rumah mereka nyali Susi langsung menciut.
"Heru! Ke sini kau! Cepat bayar hutang kalian!"
Heru dan Susi mendekati pria itu. "Salam, Tuan," sapa mereka serentak.
"Tidak usah basa-basi, cepat bayar!"
"Ma--maaf, Tuan. Kami belum punya uang, tolong berikan kami waktu lagi," ucap Heru ketar-ketir kala mendengarkan gertakan Alex tadi.
"Memberi kalian waktu yang banyak? Bukankah kami sudah memberikanmu waktu yang banyak?" timpal Lucas memicingkan matanya. Tanpa sengaja mata Lucas menyorot foto seorang gadis di nakas.
"Maaf, Tuan. Kami belum punya uang," lirih Susi.
"Beri pelajaran ke pria miskin itu!" perintah Lucas. Foto gadis itu menarik perhatiannya sehingga Lucas bergegas ke sana.
Benar saja, Alex dan teman-temannya memberikan pukulan ke Heru. Susi sudah menjerit-jerit karena tidak tahan melihat suaminya dipukuli seperti itu. Dia takut kalau nanti suaminya mati. Ingin sekali Susi membantu suaminya, tetapi dia tidak memiliki kekuatan, apalagi keberanian.
Deg!
Ada getaran aneh di dada Lucas saat melihat foto gadis itu dari dekat.
'Bukankah ini gadis yang tadi?' batin Lucas.
"Hentikan!" teriak Lucas. Anak buahnya langsung menghentikan bogeman itu.
Susi langsung berlari ke arah suaminya yang sudah tergeletak lemas di lantai. Air mata Susi lolos begitu saja karena tidak tega melihat kondisi suaminya.
Lucas mendekati pasutri yang sedang ketakutan itu, lalu dia berjongkok untuk menyejajarkan posisi. "Siapa gadis yang ada di foto ini?" tanya Lucas menunjukkan foto seorang gadis yang sedang tersenyum manis sambil memamerkan gigi gingsulnya.
"Dia putri kami, Tuan," jawab Susi sambil menghapus air matanya. Lucas menautkan alis matanya, lalu mengangguk.
"Heru, kau memiliki hutang lima ratus juta padaku, 'kan? Kau tau konsekuensi berhutang padaku? Sekarang hutangmu sudah mencapai delapan ratus juta. Cepat serahkan padaku sebelum aku membunuhmu!"
"Maaf Tuan, kami belum punya uang," jawab Susi lirih.
"Belum punya uang?" tanya Lucas bernada dingin. Susi mengangguk ketakutan.
"Ingin hutang kalian lunas tanpa dibayar?" tambah Lucas.
Susi menatap bingung ke wajah Lucas. "Caranya apa, Tuan?" Ragu-ragu Susi menjawabnya.
"Jika kalian ingin hutang kalian lunas tanpa dibayar, serahkan putri kalian kepadaku!" Lucas langsung berdiri dengan angkuhnya.
Heru dan Susi terperanjat kaget. "Tapi, putri saya masih kuliah, Tuan," jawab Susi.
"Aku tidak peduli! Intinya dia belum menikah! Jika kalian tidak mau, detik ini juga hutang kalian harus dibayar! Jika tidak ... nyawa kalian berdua akan melayang di tanganku!" ancam Lucas.
Bagaimana ini? Sejoli itu tidak tahu lagi harus berbuat apa. Heru juga tidak mau putri tunggalnya diperbudak oleh Lucas. Jadi apa nanti putrinya? Lagian Sensa juga pasti tidak akan mau.
"Tenang saja, aku akan membahagiakan putri kalian dengan hartaku. Aku ini Lucas Glenn Jmess, orang kaya! Selain itu, aku juga akan memberikan kalian rumah yang besar dan uang yang banyak tiap bulannya. Bagaimana? Apa kalian setuju?" ujar Lucas angkuh.
Pernyataan yang menggiurkan membuat Susi menelan salivanya. "Baiklah, Tuan. Akan kami serahkan putri kami, tapi Tuan harus membenarkan perkataan, Tuan," jawab Susi. Seketika pikirannya langsung berubah setelah ditawarkan rumah yang besar dan uang yang banyak.
Lucas mengangguk. "Good. Oh, namanya siapa?"
"Sensa Faiha Wijaya. Usianya memasuki dua puluh tahun. Sekarang Sensa masih kuliah," jawab Susi antusias.
"Aku hanya bertanya namanya, bukan biodatanya," cetus Lucas menatap sinis membuat senyuman Susi pudar seketika.
"Oke. Siapkan dia untukku karena dia akan kunikahi."
Setelah itu, Lucas dan anak buahnya langsung pergi meninggalkan Susi dan Heru.
"Susi, apa-apaan ini? Kamu jangan gegabah! Sensa tidak boleh menikah dengan Lucas!" tegas Heru.
"Abang mau mati konyol demi Sensa? Tenang saja, Sensa pasti bahagia menikah dengan orang kaya. Lagian apa Abang lupa janji Lucas kalau dia menikah dengan Sensa? Rumah dan uang yang banyak, Bang!"
Ingin sekali wanita tersebut berteriak-teriak sangkin senangnya dan mengucapkan selamat tinggal kemiskinan. Heru geleng-geleng melihat istrinya.