Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Gairah Suamiku

Gairah Suamiku

Quensha

5.0
Komentar
2.4K
Penayangan
5
Bab

Kinara Larasati tak menyangka jika jiwa yang tertukar ada di kehidupan nyata. Ia mengira hanya ada dalam cerita novel romance atau dalam drama korea, tapi nyatanya ia mengalaminya. Jiwanya tertukar ke dalam tubuh Nara Maharani yang merupakan seorang istri dari laki-laki kaya yang bernama Kivandra Pranaja. Dan sebuah fakta lain semakin mengejutkan Kinara, ternyata laki-laki itu adalah laki-laki yang selama ini ia benci dengan alasan tertentu. Bagaimanakah kisah kehidupan Kinara yang terjebak dalam tubuh Nara? Apakah ia bisa kembali lagi atau akan tetap selamanya terjebak di tubuh Nara, hidup berdampingan dengan orang yang sangat ia benci di muka bumi ini? Apakah mungkin benih-benih cinta akan mulai tumbuh di dalam hati Kinara seiring berjalannya waktu?

Bab 1 Cara haram

Kinara yang mematikan mesin motornya, mendengar suara keributan dari dalam berlari untuk masuk. Saat ia berada di ruang tamu matanya terbelalak menyaksikan beberapa orang yang berbadan tegap serta memakai pakaian yang sama serba hitam. 'Siapa mereka,' batinnya bertanya-tanya.

Kinara segera mendekat, untuk bertanya kenapa ada banyak orang di rumahnya. Dan yang paling membuat ia khawatir ketika ia melihat seorang yang telah berumur setengah abad lebih itu duduk di sofa dengan wajah pucat. Tak hanya pucat, seperti sedang memikul beban berat dipundaknya. Karena aura wajah yang tak biasanya.

"Ibu, apa yang sedang terjadi?" tanya Nara khawatir. Ia segera mendekat lagi.

"Tidak ada apa, Nak. Kamu baru pulang kerja, sana lihat adik-adik Kamu, biar ibu bicara dengan mereka," ucap Ibu Dewi.

"Kami harap ibu cepat pergi dari sini, sebelum kami menyeret paksa kalian semua. Karena tempat ini bukan tempat kalian, ini milik perusahaan PT. Abimanyu. Dan tempat ini akan segera di bangun menjadi pusat pembelajaran," ucap salah satu laki-laki berbadan tegap dengan wajah garang yang dipenuhi oleh tato.

Kinara hanya bisa mengepalkan kedua tangannya dengan membatin untuk membuat perhitungan dengan perusahaan Abimanyu. Baginya menghancurkannya perusahaan itu bisa dengan mudah hanya dengan hitungan menit. Walaupun kenyataannya dirinya miskin tak memiliki uang sepeser pun. Tapi ia memiliki otak yang cerdas. Baginya hidup itu sangat adil, ia terlahir tanpa tahu orang tuanya yang hidup atau mati tapi ia memiliki keluarga di panti yang sangat menyayanginya.

"Berapa kalian membeli tempat ini?" tanya Kinara.

"Lima milyar," ucap salah satu laki-laki botak yang berdiri tak jauh darinya.

Kinara terbelalak mendengar nominal yang tak sedikit itu. 'Lima milyar! Dari mana aku bisa mendapatkan uang sebanyak itu, apa aku pakai cara haram, tapi itu tak akan kulakukan karena hanya akan menjadi penyakit bagi tubuh kita semua,' batin Kinara.

"Beri kami waktu untuk menebusnya," pinta Kinara.

"Waktu! Kami tak punya banyak waktu, kami ini sedang berbisnis. Kami tak mau waktu kami terbuang sia-sia karena bagi atasan kami setiap menit itu dapat menghasilkan uang," ucap laki-laki botak lagi.

"Setiap menit adalah uang, berarti atasan kalian itu orang pelit ya," lirih Pak Ucup yang hanya didengar Kinara.

"Aku paham dalam dunia bisnis, beri waktu kami satu bulan. Jika kami tak bisa membeli tempat ini lagi setidaknya sampai kami bisa menemukan tempat tinggal yang layak bagi anak-anak. Tolong beri kelonggaran, kalian harusnya kasihan pada anak-anak yatim piatu," terang Kinara.

"Kasihan, Nona di zaman modern seperti ini jangan kasihan pada orang lain karena hidup kita aja tak pernah dikasihani oleh orang. Kalau mau bertahan hidup kita ya harus usaha," sahut salah satu orang bertato.

"Kami akan memberi tempo kamu dua minggu, jika kamu tak segera pergi dari sini. Kami akan mengusir paksa kalian," ucapnya tegas dengan melambaikan tangannya memberi kode pada teman-temannya untuk meninggalkan tempat ini.

Setelah kepergian orang-orang berbaju hitam, Ibu Dewi tertunduk lemas menyandarkan tubuhnya di matras sofa tua dengan bulir-bulir keringat yang memenuhi kening hingga pelipisnya. Ia tak menyangka jika keluarga suaminya tega menjual warisan milik suaminya dengan alibi jika ia dan suaminya tak memiliki anak maka semua warisan jatuh pada sang keponakan. Padah suaminya sebelum meninggal telah berpesan rumahnya akan menjadi tempat tinggal anak yatim yang mereka asuh, tak sedikit yang ia asuh. Ada tiga puluh anak, yang tertua adalah Kinara.

"Bu, sebenarnya apa yang terjadi? Siapa yang menjual rumah ini? Apa Ibu berhutang pada rentenir?" Kinara berbondong memberi pertanyaan pada wanita setengah abad yang telah ia anggap sebagai ibu kandungnya.

"Mbak Kinara, Ibu nggak pernah berhutang. Alhamdulillah dari usaha minimarket untuk makan dan biaya sehari-hari Insyaallah. Ini itu yang jual adik dari Pak Bayu. Mbak Karina ingat kan itu loh, Pak Bagas yang pernah datang marah-marah," sahut Pak Ucup.

"Benar Mbak Kinara, yang jual buka Ibu Dewi. Ibu Dewi mana tega melihat kita semua menderita," imbuh Bik Darmi.

"Bik Darmi. tolong bawa Ibu ke kamar istirahat. Aku akan datang ke Pak Bagas untuk meminta pertanggung jawaban atas semua perbuatannya," ucap Kinara. Ia segera pergi untuk menemui Pak Bagas yang rumahnya tidak terlalu jauh dari panti.

"Nak, jangan!" ucap Ibu Dewi yang melihat Kinara pergi. "Jangan ke sana! Di sana cukup bahaya, ibu nggak ingin kamu terluka. Sebaiknya kita pikirkan bagaimana caranya untuk kita mendapatkan tempat tinggal lagi," saran Ibu Dewi yang tak ingin anak asuhnya terluka.

"Bu," lirih Kinara yang berjalan kembali duduk bersimpuh di lantai. "Kita harus memperjuangkan apa yang jadi milik kita. Kita nggak boleh membiarkan begitu saja, tempat ini banyak kenangan buat kita semua. Ibu tenang saja, aku bisa bela diri. Tak mungkin aku terluka, dan aku akan pergi dengan Azka," ucap Kinara menenangkan sang ibu agar tak terlalu mencemaskan dirinya.

"Assalamualaikum," pamit Kinara mencium punggung tangan Ibu Dewi.

"Waalaikumsalam," jawab semuanya.

***

"Mbak Kinara, kita nggak bawa senjata?" tanya Azka yang pergi dengan tangan kosong.

"Memang harus bawa senjata apa? Pistol? Kita nggak punya. Kita sudah punya dua senjata sudah cukup kok," terang Kinara.

Memang tak pernah diragukan, bela diri Kinara cukup bagus walaupun dia seorang perempuan. Ia sudah mendapatkan sabuk hitam di saat usianya masih lima belas tahun. Ia sangat bisa diandalkan dari berbagai masalah.

"Kita cuma berdua, apa kita sanggup untuk menang?" tanya Azka yang takut kalah sebelum berperang.

"Kamu itu jadi laki-laki jangan sok lemah, kalau kamu lemah mana ada wanita yang mau jadi pacar kamu," ledek Kinara.

Kini motor yang dikendarai telah sampai di depan gerbang rumah bercat hitam, ia segera menekan bel berulang kali hingga sang empu keluar.

"Wah, yang ditunggu telah datang, masuk cantik," puji laki-laki yang bermata genit.

"Kalau punya mata itu dijaga kalau kamu nggak mau buta ditanganku," tegas Kinara.

Kinara, berjalan begitu saja melewati orang yang di depannya. Ia masih menyempatkan kakinya untuk memberi peringatan pada laki-laki itu dengan menginjak kaki laki-laki yang mata keranjang hingga sang pemilik meringis menahan sakit.

"Sialan!" umpatnya dengan meringis. "Dia itu wanita atau laki-laki sih, kenapa tenaganya kuat sekali," umpatnya dengan menatap punggung Kinara yang semakin jauh.

"Mau lagi," ucap Azka dengan mata mendelik pada laki-laki yang masih meringis dan memberi kode ampun.

Kinara mendobrak pintu dengan cukup keras dengan salah satu kakinya hingga terbuka sempurna.

"Wah, sang jagoan wanita telah datang. Mari kita sambut," ucap Pak Bagas berjalan mendekati Kinara.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Romantis

5.0

Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku