Billie adalah pria harmonis. Namun, di balik kesempurnaan itu, Billie merasakan kehampaan dalam hidupnya. Billie mulai mengenang masa yang penuh gairah bersama mantan kekasihnya. Kehidupan liar dan penuh warna yang pernah ia jalani bersama para gadis terus menghantui pikirannya. Ketika Celine tiba-tiba muncul kembali dalam hidupnya, Billie dihadapkan pada dilema antara mempertahankan atau mengejar kembali gairah masa lalunya.
Tuiiiingggg....
Pletakkk!
Mendadak saja sebuah penghapus terbang melayang tepat mengenai sasaran, penghapus itu mengenai kepala seorang murid yang sedang tidur dalam kelas saat jam belajar di mulai.
Sontak saja murid itu terkejut dan dia segera bangun dari tidurnya. Tangan kanan langsung mengusap kepalanya seraya kedua mata melirik ke arah kiri dan kanan untuk melihat keadaan dalam ruangan.
Sepasang mata pria itu melirik ke arah lantai dan dia melihat sesuatu di sana.
"Haduuuh... celaka! Pasti udah ada guru nih!" celotehnya di kala melihat ada sebuah penghapus yang sudah tergeletak di lantai dekat dengan sepatu miliknya.
Sepatunya yang berwarna hitam itu kini terlihat sebagian berwarna putih.
Ibu guru yang sedang mengajar di kelas itu langsung berdiri.
"Billie! Bawa penghapus Ibu ke depan." Panggil Tia yang seorang guru bahasa.
Guru itu bernama Tia Asmara dan ia masih perawan tingting, body bahenol, rambut panjang terurai dan berkulit putih, usianya sekitar dua puluh tiga dan masih sangat muda.
Tanpa di suruh murid yang bernama asli Billie Rahardian mengambil penghapus yang berada di lantai, kaki dengan malas melangkah ke depan sambil kepala tertunduk takut karena merasa bersalah atas dirinya yang tidur dalam kelas.
Mulutnya meracau tak karuan, entah apa yang sedang dia ucapkan sambil melangkah ke depan menemui gurunya
"Maaf Bu." Ucap Billie, lalu dia menyimpan penghapus itu di meja guru.
Guru itu sangat cantik dan kulit wajahnya sangat halus, kali ini raut wajah cantiknya Tia telah hilang saat mengetahui ada murid yang tidur di saat Tia sedang mengajar di kelas.
Tia segera memperingatinya agar tidak terulang kembali.
"Billie! Lain kali jangan seperti itu. Setelah istirahat kamu harus ke ruangan guru dan temui saya di sana." Pinta Tia kepada murid yang melakukan kesalahan.
Kepala Billie tetap tertunduk takut, walau ia di segani di luar sekolah, namun dalam lingkungan sekolah dirinya seorang murid teladan dan tak pernah melawan ucapan atau perintah dari guru.
"Jiaah kena deh! Pasti nanti dia nyerocos terus kayak Ibu tiri gak berhenti ngomong," keluh Billie dan lamunan itu buyar seketika, dikala guru yang cantik dan seksi itu memanggil namanya.
"Billie! Kamu dengar Ibu gak!" panggil Tia saat melihat murid itu malah melamun dengan tatapan mata kosong.
Tia masih berdiri dengan tangan kiri masih bertolak pinggang dan tangan kanan memegang penghapus yang baru saja Billie kembalikan.
"Iya, ya Bu. Saya dengar." Billie menjawab dengan gemetar.
"Coba, tadi Ibu bilang apa sama kamu!"
"Saya harus ke rumah Ibu. Eh maksud saya ke ruangan Ibu." Billie salah ucap saking groginya di saat menghadapi guru cantik di hadapannya.
Guru cantik yang berada di depan Billie geleng kepala, melihat tingkahnya yang memiliki ke cerdasan di antara murid yang lain. Billie belum bisa merubah sifatnya.
"Sudah! Sekarang kamu boleh duduk kembali. Dan jangan lupa istirahat nanti kamu harus datang ke ruangan Ibu."
"Terima kasih Bu. Istirahat nanti, saya ke ruangan Ibu." Billie segera meninggalkan meja guru dan kembali duduk.
Billie terlihat kesal dan tangannya mendadak menyubit teman bangku di sebelahnya. Lalu dia berkata.
"Rese lu! Kenapa lu gak bangunin gue! Kalau ada guru," kata Billie sambil berbisik pelan agar tak terlihat oleh guru yang mulai mengajar lagi.
Temannya itu seolah sengaja dan menyimpan sesuatu dalam pikirannya, ia membalas perkataan dari Billie dengan tenang.
"Sory Bil, gue kelupaan gak ngasih tau lu," ujar Usep menahan perutnya sambil tertawa.
"Rese lu Sep, lu malah ngeledek gue, awas aja lu kalau minta tolong gue lagi. Gue gak sudi nolongin lu!" ancam Billie dengan wajah serius dan garang.
"Sory Bil, bukan maksud gue ngeledek lu. Asli, gue lupa gak ngasih tau kalau ada guru." Timpal Usep dengan wajah ketakutan saat menatap wajah orang di sebelahnya dengan sorot mata yang beringas dan siap memangsa.
Murid itu bernama Billie Rahardian, dia keturunan Indo Belanda. Kakeknya asli orang Belanda, sedangkan Neneknya asli orang Indonesia. Namun dia tidak bisa berbahasa belanda, karena kedua orang tuanya tidak pernah mengajak atau mengujungi Kakek dan Nenek ke Belanda.
Bil nama kecilnya, dia kini duduk di bangku kelas tiga Es Em A, rambut belah tengah berwarna hitam, kulit putih, hidung mancung dan tinggi sepeti orang Indonesia pada umumnya.
Billie mempunyai adik bernama Clara, rambut ikal, berwajah Indo Belanda, hidung mancung, kulit putih dan mata yang lentik. Clara duduk di bangku kelas tiga Es Em P.
Clara satu sekolah dengan Billie, dan keseharian mereka menolak untuk di antar jemput. Kakak beradik itu lebih memilih naik angkutan umum ketimbang di antar oleh supir pribadi.
Teng teng teng teng....
Bel istirahat berbunyi empat kali. Tia segera merapihkan buku yang di atas meja dan ia memasukannya ke dalam tas, kaki melangkah keluar dan menuju ke ruang guru.
"Bil, ke kantin yuk!" ajak Usep yang sudah berdiri di samping meja.
Billie teringat ucapan dari Tia dan dia harus segera menemuinya.
"Nanti gue nyusul Sep. Gue harus ke ruang guru." Billie langsung melangkah ke ruangan guru untuk menemui Tia di sana.
Toktoktok...
"Masuk." Sahut Tia dari dalam yang sudah sejak tadi menunggu kedatangan murid tersebut.
Billie membuka pintu ruangan guru, kedua kaki melangkah masuk perlahan untuk menemui Tia yang sudah menunggunya.
"Silahkan duduk," ucap Tia dengan menunjuk kursi yang sudah ada di depan mejanya.
Billie menarik kursi kayu dan ia langsung duduk seraya kepala tertunduk karena telah berbuat salah. Tia menatap sedih dengan perilaku Billie hari ini. Ia segera menanyakan penyebabnya.
"Billie, tolong jelaskan sama Ibu. Kenapa kamu sampai tidur di kelas saat Ibu mengajar?" tanya Tia secara tegas dan menatap tajam ke arah orang yang berada di depannya.
"Anu Bu, semalam saya begadang nonton bola sampai jam tiga pagi. Maafkan kesalahan saya Bu!" jawab Billie dengan kepala masih tertunduk takut.
Tia menggelengkan kepala.
"Coba kamu lihat sini, lihat Ibu! Jangan menunduk terus, mana bisa Ibu melihat wajahmu." Tia menyuruh murid itu agar tak menunduk terus menerus.
Billie mengangkat kepala perlahan dan kedua mata menatap wajah cantik gurunya yang berada di hadapannya.
"Billie janji Bu, gak bakal ngulangi lagi hal seperti tadi," spontan kata itu keluar dengan sendirinya dari kedua bibir lelaki tampan yang merasa bersalah.
Sorot mata Tia melihat Billie seperti menyimpan sesuatu yang selalu di sembunyikan olehnya.
"Sebetulnya kamu ini pintar, cerdas, tampan, sangat populer di sekolah. Tapi kenapa kamu jadi seperti ini. Tolong atur jadwal untukmu sekolah, untuk main dan tidur. Jika kamu masih seperti ini lagi! Ibu akan mengirimkan surat untuk kedua orang tuamu. Mengerti!!!" Tia merasa lega, karena semua isi dihati di keluarkan semua olehnya tanpa ada yang tertinggal sedikitpun.
Wajah Billie langsung terkejut mendengar kata itu, ia segera memohon kepada Tia.
"Jangan Bu, aku mohon jangan kirim surat untuk orang tua. Billie janji gak bakal ngulangin lagi." Kata Billie dengan serius.
Amarah dan kesal di raut wajah Tia kini telah hilang dan ia tersenyum sambil berucap lembut. "Silahkan, kamu boleh istirahat sekarang. Tapi, ingat! Jangan di ulangi lagi." Pinta Tia dan menyuruh murid itu pergi untuk istirahat.
Bersambung...
Buku lain oleh Kang Ramli
Selebihnya