icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
My Hot and Cool CEO

My Hot and Cool CEO

Riezka Karisha

5.0
Komentar
158.5K
Penayangan
167
Bab

Karena membantu aktor tampan yang paling dikaguminya. Mel harus terlibat cinta satu malam dengan seorang Axel Nolan Xavier. CEO perusahaan berlian terbesar di Indonesia. Axel yang jatuh cinta pada Mel sejak malam itu, menggunakan kuasa dan kekayaannya untuk menjerat Mel dalam pernikahan kontrak. Namun, siapa sangka. Ezio Clay sang aktor tampan itu adalah adik Axel yang sudah lama kabur dari rumah. Ezio yang tau Mel tak bahagia di sisi Axel berusaha untuk merebutnya dari tangan sang kakak. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Mungkinkah Mel tetap akan pergi disaat sudah mulai nyaman dengan Axel?

Bab 1 Prolog

Nikmat Tiada Tara

Axel menggerakkan kedua tangannya maju mundur di batang kenikmatannya yang sedang mengeras dan berotot sempurna. Hasratnya semakin menggila, tapi usaha lelaki itu tak kunjung mendapatkan titik puncaknya. Keringat dingin semakin membanjiri tubuh atletisnya yang terasa sangat menggelora. Sungguh, ia begitu mendamba. Benda kokoh nan panjang itu membutuhkan benda lain yang lebih lembut dari tangan kekarnya.

Tiba-tiba sepasang tangan lentik menyentuh kedua tangan Axel dari belakang. Tentu saja lelaki tampan itu terkejut dan menghentikan gerakannya sesaat. Sebab, dia pikir hanya ada dia di toilet Lounge ini.

"Butuh bantuan, Tuan?" ujarnya dengan nada lembut dan menggoda. Tanpa Axel sadari kedua tangannya sudah digantikan oleh tangan lentik itu.

"Aahhh…." Tak terasa Axel mendesah saat kulit batangnya yang begitu sensitif itu diurut oleh tangan hangat si wanita dengan lembut. Namun, hal itu tidak berlangsung lama. Karena sedetik kemudian wanita tadi menghentikan gerakannya. Axel berniat untuk melayangkan protes. Hanya saja belum sempat ia mengucapkan sepatah kata. Tubuhnya mendadak diputar seratus delapan puluh derajat. Sehingga mereka kini saling berhadapan.

Gadis itu tersenyum menggoda saat bertemu pandang dengan mata sayu Axel yang terlihat penuh kebingungan tapi butuh kepuasan. Lalu perlahan ia menurunkan badannya. Sampai di depan batang yang sedang tegak menjulang itu ia berhenti. Tangannya kembali menggenggam benda itu. Kemudian tanpa sungkan ia mulai mengulumnya bak anak kecil yang memakan es lilin.

Perasaan Axel langsung terbang ke angkasa raya. Kepalanya mendongak dengan mata yang merem-melek tak beraturan. Bibirnya tak bisa menahan desahan demi desahan nikmat yang baru dirasakannya. Kedua tangan Axel terangkat dan menggenggam ujung atas cermin besar di depannya. Ia mengempiskan perutnya yang rata agar memperkuat otot batangnya. Desiran darahnya yang menggebu-gebu mengantarkan gejolak asmara yang bertumpu pada satu titik dalam jiwanya. Hasratnya menuntut lebih.

Tak berselang lama, lelaki yang masih menggunakan jas hitam, kemeja abu-abu dan celana bahan yang sudah melorot hingga mata kaki itu merasa sudah tak tahan lagi. Axel memegang kepala gadis itu. Tentu saja hal itu membuat gerakan gadis tadi langsung berhenti begitu saja. Ia melayangkan tatapan penuh tanda tanya tanpa melepas es krim daging yang sedang dinikmatinya. Axel tak memberikan jawaban. Hanya saja ia mengangkat kedua pundak gadis itu pelan-pelan.

Entah mendapat bisikan dari mana. Axel langsung mencium bibir gadis itu dengan penuh gairah. Tak mau kalah dengan Axel. Sang gadis pun membalas setiap cumbuan Axel dengan seimbang. Mereka saling mencium, memagut dan menyedot satu sama lain.

Tangan Axel mulai melucuti seragam waitress yang dipakai si gadis tanpa melepaskan ciumannya. Sementara si gadis sesekali mengalungkan tangannya di leher Axel dengan manja. Axel menurunkan ciumannya. Karena mulai bosan. Ia mengekspos setiap inci leher gadis itu dengan cumbuan.

Tak bisa dipungkiri bibir si gadis pun terus berdesis seperti ular. Badannya juga mulai meliuk-liuk seperti penari perut tatkala tangan kekar Axel mulai menjelajahi tubuh idealnya. Kedua bukit kembar si gadis pun menjadi tempat pendaratan bibir Axel selanjutnya. Dengan ganas dan penuh nafsu ia memainkan kedua gunung daging itu secara bergantian. Bulatan di puncak gunung semakin mengeras. Membuat Axel semakin bersemangat menyedotnya. Ia tampak seperti seorang bayi raksasa yang sudah lama ia tidak menyusu ibunya. Makanya dengan rakus Axel terus menyedot kedua benda itu secara bergantian.

Tangan nakal Axel mulai menyusup ke dalam rok ketat wanita itu yang setinggi lutut. Jemarinya menyibakkan rimbunnya rambut-rambut halus yang menutupi goa kenikmatan si gadis.

"Ahhh…." Si gadis tak bisa menahan desahan yang keluar dari mulutnya. Ketika jari tengah Axel menggosok kacang di mulut goanya yang sudah dibanjiri cairan cinta. Hasrat Axel semakin menggila. Ia mendorong tubuh gadis itu hingga punggungnya menempel ke dinding. Lalu setelah berhasil menanggalkan sisa-sisa pakaian wanita itu. Axel langsung mengarahkan batangnya masuk ke dalam goa.

"Ahhh…. Sakith!" Gadis itu merintih sambil menahan perut Axel yang kotak-kotak. Axel mengurangi kecepatan sodokkannya. Hingga saat si gadis mulai tenang, ia kembali menyodok dengan kekuatan penuh. Tak ayal ujung batangnya pun berhasil menembus benteng kesucian gadis itu.

Tes!

Entah karena menyesal pada dirinya sendiri atau karena menahan sakit yang teramat sangat di goanya yang kini mengeluarkan darah segar. Gadis itu mengeluarkan air mata. Axel yang sesaat menghentikan gerakannya menatap wajah sayu gadis itu.

'Cantik,' batinnya memuji. Kemudian Axel menghapus air mata gadis itu dengan cumbuannya. Ia mencium kedua mata gadis itu secara bergantian. Lalu sedikit demi sedikit ia menurunkan ciumannya. Sampai di depan bibir ia kembali memagutnya. Tak disangka si gadis yang sudah kembali on pun membalas setiap gerakan bibir Axel. Seakan memberinya sinyal jika dia sudah siap melanjutkan pertempuran penuh kenikmatan mereka. Hal itu membuat Axel semakin bergairah untuk memompa batangnya. Mulai dari ritme pelan hingga cepat.

Sesekali bibir kedua mendesis nikmat. Sembari terus memainkan lidah mereka yang saling melilit satu sama lain. Di bawahnya satu tangan nakal Axel tak mau diam. Dengan aktif tangan itu meremas dan memilin puncak gunung gadis tersebut dengan gemas. Sementara satu tangan yang lain menyangga paha gadis itu untuk mempermudah batangnya menyodok goa itu dengan bertubi-tubi. Sungguh, Axel tak mau melewatkan satu kenikmatan pun pada tubuh gadis ini. Apalagi goanya terasa sangat sempit dan otot-ototnya yang sedang mengeras menyedot serta memijat batang Axel dengan cukup kuat. Sehingga Axel semakin merasakan nikmat dunia yang tiada duanya.

Tak lama berselang Axel yang kembali bosan dengan posisi itu, segera mencabut batangnya. Tanpa memberi jeda pada si gadis untuk beristirahat sejenak. Ia segera membalik badan gadis itu hingga menghadap ke dinding. Gadis itu hanya menurut saja. Tapi, bibirnya mendesah hebat saat menyambut batang Axel yang kembali masuk dari belakang. Sebenarnya, Axel baru pertama kali melakukan ini. Namun, naluri laki-lakinya terus menuntun lelaki itu mencapai tingkat tertinggi kepuasannya.

Axel kembali menggerakkan pinggulnya maju mundur. Berawal dari ritme pelan, sedang hingga dengan kecepatan penuh. Sungguh, ia tak bisa menahannya lebih lama lagi. Sesuatu di dalam batangnya memaksa untuk keluar. Axel semakin memacu adrenalinnya. Semakin cepat, cepat, cepat dan….

"Aaahhhh!!" Kedua insan itu melenguh panjang bersama. Tatkala semburan magma putih kental menyembur dari pusat kenikmatan masing-masing. Axel yang kelelahan meletakkan kepalanya di pundak gadis itu sambil memeluknya dari belakang dengan erat. Sedang di depannya, kedua tangan si gadis tampak mencengkram dinding dengan kepala yang menempel pada marmer itu. Matanya pun tampak terpejam. Di bawah sana keduanya masih menikmati kedutan-kedutan kecil yang menjadi sisa-sisa kenikmatan mereka.

Setelah sadar gadis itu segera melepaskan pelukan Axel. Ia mendorong tubuh lelaki itu hingga terduduk di toilet duduk. Lalu meraih seragam pelayannya yang berserakan di lantai sebelum pergi.

"Tunggu!" cegah Axel saat gadis itu melewati pintu. Si gadis pun hanya menoleh sekilas kemudian melanjutkan langkahnya meninggalkan Axel seorang diri. Axel berniat mengejarnya, tapi ia baru sadar jika pakaiannya belum terpasang benar. Axel segera menaikkan celananya, hingga tak sengaja ia menemukan sebuah tanda nama yang terjatuh di lantai. Axel segera memungutnya. "Camelia," gumamnya membaca tulisan pada benda itu.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku