icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Bab 3
Digoda Lelaki Hidung Belang
Jumlah Kata:1435    |    Dirilis Pada: 22/06/2022

"Aku mencintaimu, Jani. Aku nggak peduli apa kata orang. Aku hanya ingin kamu dalam hidupku," kata seorang cowok sambil memegang kedua tangan gadis di depannya. Si gadis hanya menangis sesenggukan. Ia tampak merasa sedih, tapi juga bahagia. "Jadi, kamu mau kan menjadi istriku? Menjadi ibu dari anak-anakku?" lanjutnya.

"Tapi–" Belum sempat menyelesaikan kalimatnya lelaki tadi langsung menempelkan telunjuknya di bibir

"Hust. Kamu nggak perlu mikirin hal lain. Aku ingin kita berdua bisa terus bersama dalam suka maupun duka dan dari sekarang sampai kelak kita menua," ujar si cowok lagi. Akhirnya gadis itu tersenyum lalu mereka saling berpelukan erat.

"Hems…. So sweet," gumam Mel saat menonton film dari aktor tampan favoritnya yang sedang tayang di layar kaca. "Wah! Ini kan Universitas Pelita Bangsa. Enak banget kampus mereka digunakan untuk shooting oleh aktor setampan Ezio Clay. Pasti para Mahasiswa disana bisa melihat langsung wajah tampannya. Lalu mereka juga bisa kenalan sama dia dan foto bareng. Duh! Jadi, tambah iri deh," tambah Mel dengan tatapan yang terus tertuju pada televisi tabung dua puluh satu inci di depannya. Tanpa ia sadari Sunandar si ayah sudah ada di belakangnya dengan menggunakan kursi roda.

"Mel," panggil Sunandar yang langsung membuat Mel terkejut.

"Ayah. Kok Ayah ada disini sih? Ayah kan belum sehat benar. Harusnya kalau Ayah butuh apa-apa tinggal bilang saja sama Mel. Pasti Mel akan segera datang dan membantu keperluan Ayah," ujar Mel seraya berjalan mendekati Sunandar. Mel pun langsung jongkok di depan kursi roda lelaki berumur lima puluh tahun itu.

"Mel. Ayah udah mendingan kok. Ayah malah merasa bosan kalau harus di kamar terus. Makanya, Ayah cari udara segar kesini," balas Sunandar.

"Syukurlah, Yah. Mel benar-benar takut Ayah kenapa-napa. Di dunia ini kan Mel cuma punya Ayah. Jadi, Mel nggak mau Ayah sampai sakit kayak kemarin," kata Mel sambil meletakkan kepalanya di pangkuan Sunandar. Lelaki itu tersenyum lemah. Lalu tangannya yang terangkat mengelus rambut putrinya dengan pelan.

"Maaf ya, Mel. Gara-gara Ayah sakit-sakitan kamu jadi batal kuliah dan kejar cita-cita kamu." Mel seketika mengangkat kepalanya mendengar ucapan sang ayah barusan.

"Ayah. Ayah ngomong apa sih? Mel kan udah berkali-kali bilang sama Ayah. Kalau cita-cita terbesar Mel itu bikin Ayah seneng. Jadi, kalau Ayah masih merasa sakit artinya Mel belum bisa mencapai cita-cita Mel. Dan hal itu akan tetap jadi prioritas Mel." Gadis itu berkata dengan sungguh-sungguh.

Sunandar menatap wajah Mel sambil tersenyum manis. Padahal dalam hatinya terasa teriris. Ia merasa sangat bersalah tak bisa memberikan kebahagiaan untuk sang putri tercinta selayaknya orang tua pada umumnya. Apalagi Mel sudah kehilangan ibunya sejak ia lahir ke dunia. Itu berarti Mel sudah kehilangan kasih sayang dari sosok ibunya. Sehingga, seharusnya Sunandarlah yang berkewajiban membuat Mel merasa bahagia. Namun sayangnya, Sunandar tak bisa berjalan semenjak tiga tahun yang lalu.

Tepat saat Mel sedang duduk di bangku kelas tiga SMA. Ia pernah pernah mengalami kecelakaan saat menjadi driver ojek online. Sumsum tulang belakangnya rusak setelah kejadian naas itu. Tak hanya sumsum tulang belakang Sunandar yang bermasalah, ternyata dinding paru-parunya juga terjadi cedera akibat hantaman yang cukup keras saat kecelakaan terjadi. Sunandar pun pernah tak sadarkan diri selama beberapa hari. Ia hanya terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit.

Saat itu Mel tampak sangat terpuruk. Bahkan, ia sempat ingin mengakhiri hidupnya, jika sampai terjadi hal terburuk pada Ayahnya. Untungnya, Sunandar lekas sadarkan diri, meskipun dengan keadaan tubuh yang seperti ini. Tetapi hal itu seakan memberikan secercah harapan pada Mel. Ia pun berjanji pada dirinya sendiri. Bila ia akan melakukan apapun agar bisa membuat sang ayah bisa sembuh kembali.

Kembali pada Mel yang tengah menggenggam erat kedua tangan ayahnya. Senyum gadis itu terus mengembang dengan tatapan yang penuh harapan.

"Ya, udah. Ayah jangan mikir macem-macem lagi ya. Mending sekarang Ayah tidur aja. Mel pun mau siap-siap buat berangkat kerja," kata Mel sambil beranjak.

"Mel. Kenapa sih kamu nggak minta sift siang aja? Malem-malem gini kan bahaya buat cewek kayak kamu kerja. Belum lagi kalau ketemu sama orang yang tidak bertanggung jawab di jalan. Ayah kan jadi khawatir."

"Ayah. Jangan khawatir ya! Shitf malam itu kan gajinya besar. Lagian, aku bisa jaga diri baik-baik kok. Dan temen-temen kerja juga baik-baik semua. Jadi, Ayah jangan khawatir ya. Aku janji. Kalau tabungan Mel sudah cukup untuk membayar biaya operasi ayah. Mel akan keluar dari tempat itu dan nyari pekerjaan yang jam kerjanya siang hari." Lagi-lagi Sunandar hanya bisa tersenyum. "Ya, udah. Mel antar Ayah sampai kamar dulu ya!" kata Mel. Ia segera berjalan ke belakang kursi roda itu. Kemudian mendorongnya menuju kamar Sunandar. Tak hanya itu, sampai dalam kamar Mel juga memapah tubuh Sunandar hingga berpindah ke atas ranjang. Ia menyelimuti tubuh lelaki yang sangat ia cintai itu dengan selimut bergambar macan kumbang. "Ayah istirahat ya. Mel mau siap-siap dulu," ujar Mel sebelum pergi.

Empat puluh menit kemudian Mel sudah sampai di StarLight Lounge. Ia langsung masuk ke ruang karyawan untuk segera berganti pakaiannya dengan seragam waitress khas tempat itu. Setelah berganti pakaian tak lupa Mel juga segera merias wajah dan menata rambutnya menjadi Cepol dengan rapi. Setelah penampilannya dianggap sudah memenuhi standar karyawan tempat itu. Mel segera keluar untuk bergabung bersama rekan-rekannya di luar.

"Mel!" panggil salah rekannya saat melihat Mel keluar dari ruang ganti. Mel pun langsung menoleh.

"Ada apa Sis?" tanya Mel bingung.

"Bantuin gue dong. Pesanan di meja Seratus sebelas banyak banget nih. Gue sampai kewalahan membawanya," kata Siska itu.

"Ya, udah. Ayo kita kesana secepatnya!" timpal Mel. Mereka pun segera berjalan beriringan menuju dapur. Lalu mereka mulai mengangkat masakan demi masakan itu. Lalu membawakan beberapa botol wine dan Vodka menuju meja yang maksud Siska.

"Selamat malam, Tuan. Ini ini pesanan anda," kata Siska yang sampai lebih dulu di meja bundar dekat jendela yang sudah dikelilingi oleh para wanita dan lelaki yang tak menghiraukan keberadaannya. Kemudian ia pun segera meletakkan beberapa menu hidangan andalan dari atas nampan yang ia bawa. Mel melakukan hal yang sama. Sambil melayangkan senyumannya ia meletakkan beberapa botol wine dan Vodka beserta gelas kecilnya. Namun, setelah ia meletakkan botol itu dan hendak balik badan. Tiba-tiba tangan kanannya dicengkram oleh salah satu pria yang duduk paling ujung.

"Mau kemana cantik?" ujarnya dengan nada menggoda. Memang dibandingkan dengan para waitress di tempat ini. Wajah Mel yang tampak paling menonjol. Tak hanya wajahnya, bodynya pun sangat bagus dengan tinggi dan berat badan ideal yang membuat iri semua orang. Sebenarnya ini bukan kali pertama dia digoda oleh lelaki hidung belang macam ini.

"Maaf, Tuan. Saya harus kembali ke dapur," jawab Mel dengan nada merendah sambil mengibaskan tangannya. Kepalanya pun tertunduk dalam-dalam dengan ekspresi wajah ketakutan. Bukannya iba lelaki itu malah terlihat senang. Ia pun segera beranjak dan berjalan lebih dekat dengan Mel.

"Alah. Gaji kamu berapa sih disini? Saya bisa kasih puluhan kali lipat. Kalau kamu mau jadi simpanan saya, Cantik," kata lelaki yang mungkin sudah seumuran dengan Sunandar itu. Sambil mencolek dagu Mel. Reflek Mel menghindar.

"Maaf, Tuan. Tapi, gaji saya disini sudah lebih dari cukup. Terima kasih atas tawarannya," tolak Mel halus. Lalu ia segera melangkah pergi. Sayangnya, lelaki itu tak menerima penolakan dalam bentuk apapun. Makanya ia kembali menangkap tangan Mel dengan gerakan yang lebih kuat.

"Kalau saya bilang tetap disini! Itu artinya kamu jangan pergi!" bentaknya. Hingga membuat semua orang menoleh. Sementara teman-temannya hanya cekikikan.

"Maaf, Tuan. Tapi saya harus pergi." Mel mengibaskan tangannya lagi.

"Alah. Nggak usah naif kamu. Kamu pasti butuh uang, kan?" Orang itu semakin nekat. Bahkan, tanpa izin ia berniat memeluk tubuh Mel. Tentu saja Mel langsung membela diri. Dengan kuat ia mendorong lelaki itu hingga jatuh.

Brukkk!

Lelaki itu pun tersungkur ke lantai. Namun, tak lama ia segera bangkit. Semua orang terkejut melihatnya. Sesaat lelaki itu mengawasi sekitar. Betapa malunya dia saat ini. Lelaki itu segera bangkit. Kemudian….

Plak!

Satu tamparan keras mendarat di pipi Mel.

"Kurang ajar kamu! Berani-beraninya kamu mendorong saya!" ujar lelaki itu.

"Maaf, Pak. Saya tidak sengaja. Sungguh saya tidak sengaja," kata Mel sambil menggelengkan kepalanya beberapa kali. Matanya mulai berkaca-kaca, tapi ia tahan sekuat tenaga agar tidak tumpah begitu saja. Sungguh, ia merasa bersalah atas kejadian tadi.

"Ada apa ini, Pak? Ada yang bisa kami bantu?" ujar seorang lelaki dengan setelan jas krem melekat di tubuhnya.

"Anda manager tempat ini?"

"Betul."

"Pecat dia sekarang juga. Dia sudah berani mendorong saya sampai jatuh."

"Saya mohon maaf atas tindakan yang tak mengenakkan hati Bapak. Biar saya tegur anak buah saya. Kalau perlu saya kasih tindakan tegas," balas lelaki itu sambil melirik Mel yang tak berani mengangkat wajahnya sedikitpun. Si lelaki hidung belang tersenyum penuh kemenangan mendengar ucapan si manager tadi. Lalu ia segera kembali ke sofa bersama teman-temannya. "Mel. Ikut saya ke ruangan!" ujar si lelaki itu yang membuat badan Mel mendadak bergetar hebat.

'Hah. Apa? Gue mau dipecat?' batin Mel putus asa.

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Prolog2 Bab 2 Tak Mau Dijodohkan3 Bab 3 Digoda Lelaki Hidung Belang4 Bab 4 One Stand Night 5 Bab 5 Pulang Bareng Pujaan 6 Bab 6 Ketika Axel Jatuh Cinta 7 Bab 7 Tak Mengenal Kata Penolakan 8 Bab 8 Dekati Ayahnya untuk Dapatkan Anaknya 9 Bab 9 Godaan Sang CEO10 Bab 10 Dijemput CEO Tukang Maksa11 Bab 11 Sip Gosip!12 Bab 12 Cemberutmu Menggemaskan 13 Bab 13 Mencari Model Pengganti 14 Bab 14 Menang Lelang 15 Bab 15 Siapa Laki-laki Itu16 Bab 16 Siapa Lelaki yang Menjemput Mel 17 Bab 17 Kita Nggak Pacaran 18 Bab 18 Dapat Bos Baru19 Bab 19 Tugas Melayani Axel20 Bab 20 Axel si Bayi Besar21 Bab 21 Aku Tak Kuat22 Bab 22 Sunandar Masuk Rumah Sakit23 Bab 23 Hari yang Sangat Berat 24 Bab 24 Mendapatkan Pekerjaan Baru25 Bab 25 Menikah untuk Bayar Hutang 26 Bab 26 Untung Bertemu Kamu 27 Bab 27 Terjebak Permainan Axel 28 Bab 28 Menjadi Istri dan Aspri Axel29 Bab 29 Kau yang Menakjubkan 30 Bab 30 Bersamamu yang Mempesona 31 Bab 31 Bertemu Xavier 32 Bab 32 Menikah dengan Axel33 Bab 33 Dasar si Maniak 34 Bab 34 Happy Wedding Day 35 Bab 35 Menjadi Istri Axel36 Bab 36 Menikah Setelah Tertangkap Basah 37 Bab 37 Adegan Malam Pertama 38 Bab 38 Gagal di Malam Pertama Pagi pun Jadi39 Bab 39 Bertemu Milly40 Bab 40 Urusan Ranjang41 Bab 41 Lima puluh Jam Bersamamu 42 Bab 42 Masalah Baru43 Bab 43 Mencari Jalan Keluar44 Bab 44 Pergi Ke Jepang 45 Bab 45 Menemui Mr. Hiroshi 46 Bab 46 Ide Brilian Mel47 Bab 47 Malam Basah Penuh Gairah 48 Bab 48 Gara-Gara Lembur Malam49 Bab 49 Hanami Terindah Bersamamu50 Bab 50 Tak Kusangka51 Bab 51 Jangan Lakukan Itu 52 Bab 52 Axel Si Pencemburu 53 Bab 53 Terlalu Posesif54 Bab 54 Jangan Berpaling Dariku55 Bab 55 Kedatangan Ezio56 Bab 56 Perta Tak Terduga57 Bab 57 Perjanjian Konyol Camelia 58 Bab 58 Niat Licik Axel59 Bab 59 Hanya Aku Dihatimu60 Bab 60 Si Keturunan Kaya61 Bab 61 Hargai Orang Lain62 Bab 62 Bus Penuh yang Mendekatkan Cinta63 Bab 63 Tak Pernah Kuduga64 Bab 64 Dia Istriku 65 Bab 65 Aku Cemburu 66 Bab 66 Hanya Ingin Bersamamu 67 Bab 67 Hanya Kamu yang Kumau68 Bab 68 Tak Mau Jauh Darimu69 Bab 69 Malu Setengah Mati 70 Bab 70 Siapa Pacar Arya71 Bab 71 Gara-gara Borgol72 Bab 72 Di Rooftop Rumah 73 Bab 73 Tak Seperti Rencana 74 Bab 74 Kedatangan Orang Ketiga75 Bab 75 Pura-pura Jadi Pacar Ezio76 Bab 76 Kau Hanya Milikku Seutuhnya 77 Bab 77 Kau Memang Berbeda, Mel78 Bab 78 Kembali ke Masa Kecil 79 Bab 79 Kenyataan Pahit 80 Bab 80 Gagal Total 81 Bab 81 Tak Pernah Terbayangkan 82 Bab 82 Hari Sempurna atau Hari Menderita 83 Bab 83 Sakit ini Lebih dari Sakit 84 Bab 84 Tak Mungkin 85 Bab 85 Kenapa Begini86 Bab 86 Hanya Pemuas Nafsu 87 Bab 87 Jangan Seperti Itu88 Bab 88 Hatiku Hancur 89 Bab 89 Tak Seperti yang Dibayangkan 90 Bab 90 Luka Dalam yang Sangat Dalam91 Bab 91 Penggalan Memori yang Menyakitkan 92 Bab 92 Mel Menghilang 93 Bab 93 Entah Siapa yang Salah94 Bab 94 Akhirnya Menemukanmu95 Bab 95 Super Hot Private Jet 96 Bab 96 Bertemu Sunandar 97 Bab 97 Badai Pasti Berlalu98 Bab 98 Apa Hubungan Kalian Sebenarnya 99 Bab 99 Selamat Pagi, Sayang100 Bab 100 Ada Apa Sama Loe